🍄menemani kekasih 🍄

531 58 1
                                    


Sementara itu, Ana dan Jonathan saling menatap sambil tersenyum geli, melihat bagaimana pria perfeksionis seperti Arkadius Alexander bisa melupakan keberadaan mobilnya sendiri.

"Jo, tuanmu itu ternyata sudah mulai pikun," bisik Ana.

"Tuan tidak pikun, Nona. Dia hanya lupa di mana mobilnya berada."

"Oh my God, itu sama aja, Jonathan," ucap Ana dengan nada kesal.

"JOO...!" teriak Arka saat melihat Ana dan Jonathan justru asyik berbincang.

"Ya, Tuan," Jonathan segera berjalan menghampiri tuannya.

Ana pun tak tinggal diam. Ia dengan cepat masuk ke dalam mobil tanpa menyadari bahwa sepatunya menginjak kaki Arka.

"Anaa....!" geram Arka dalam hati sambil menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Ia menatap sepatunya yang kini terdapat bekas pijakan sepatu Ana. "Sabar, Arka, dia sepupumu," gumamnya pada diri sendiri sembari membersihkan sepatunya.

"Kak, cepat! Kau sedang apa sih?" Ana bertanya dengan heran sambil melihat Arka yang masih berjongkok. "Kau sakit perut, ya? Atau—"

"Tutup mulutmu!" bentak Arka dengan tatapan tajam.

Ana langsung terdiam, menelan ludah dengan susah payah, dan memilih kembali duduk di dalam mobil tanpa banyak bicara.

"Ya ampun, kalau dia marah, benar-benar menakutkan," gumam Ana sambil bergidik. "Eh, tapi kenapa aku harus takut? Aku kan pawangnya," ia tertawa pelan di dalam hati.

"Gadis aneh!" gumam Arka ketika masuk ke dalam mobil dan melihat Ana tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas.

"Gadis aneh!" gumam Arka ketika masuk ke dalam mobil dan melihat Ana tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gadis aneh!" gumam Arka ketika masuk ke dalam mobil dan melihat Ana tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas.

*

*


Setelah sampai di tujuan, Arka, Ana, dan Jonathan berjalan masuk ke dalam hotel. Mereka bertiga menuju ruangan khusus yang telah dipesan oleh perusahaan milik keluarga Alexander.

"Kau tunggu di luar. Nanti setelah meeting selesai, aku akan menghubungimu," ucap Arka sebelum memasuki ruangan.

Ana hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Kenapa kau diam saja?" tanya Arka heran melihat Ana yang hanya menganggukkan kepala.

"Tuan, bukankah Anda yang tadi menyuruh Nona Ana untuk diam?" Jonathan menjawab dengan tenang.

Arka mendesah pelan, teringat perintahnya tadi. "Baik, sekarang bicaralah!"

"Ah, akhirnya aku boleh bicara juga. Kau tahu, dari tadi mulutku ini rasanya gatal ingin berbicara, tapi—"

"Pergilah!" potong Arka sambil mengibaskan tangan mengusir Ana.

"Ya ampun, Kak, aku baru saja mau bicara denganmu, tapi kau malah—" Ucapan Ana terhenti saat melihat Arka masuk ke ruangan bersama Jonathan. "Ana, bagaimana bisa kau mencintai pria seperti itu?" gumam Ana sambil menghela napas berat. Ia pun meninggalkan tempat itu dengan hati yang kesal, walaupun rasa cintanya pada Arka tetap terlalu besar untuk ia ungkapkan.

Bruk.

"Maaf..." Ana buru-buru mengambil tas wanita yang tak sengaja ia tabrak saat masuk ke dalam lift.

"Tidak apa-apa," balas wanita itu sambil tersenyum.

Mereka berdua masuk ke lift dan menekan nomor lantai yang sama.

"Wow, tujuan kita sama," kata Ana sambil mencoba mencairkan suasana.

"Ya," jawab wanita itu sambil tersenyum. Sambil menunggu, ia sibuk mengambil ponsel dari dalam tas dan mengetik pesan singkat. Setelah selesai, ia kembali menatap Ana. "Kau menginap di sini?" tanyanya.

"Tidak, aku hanya menemani kekasihku yang sedang meeting," jawab Ana sambil tersenyum geli, terutama saat menyebut Arka sebagai 'kekasih'. "Oh ya, siapa namamu?" tanya Ana dengan ramah.

"Kenalkan, namaku..."







🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄

Love You Brother [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang