"Mengambil resiko dan gagal lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa"
—星咲夜—
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dasar introvert akut, melerai perdebatan saja tidak bisa.
Jika dihadapkan dengan pernyataan tersebut, tanpa pikir dua kali Asahi akan memberikan respon ‘memang’. Tapi ayolah, ini demi harga dirinya sebagai yang tertua dan HARUSNYA menjadi contoh yang baik.
Pemuda dua puluh satu tahun itu menghela napas, bersiap buka suara yang akhirnya tidak jadi karena terhentikan oleh Yoru yang memanggilnya tiba-tiba, “bang Asahi! lo aja yang pilih.”
Yabai. Kenapa harus aku?
Tak seharusnya orang dewasa—menurut standar jepang—ketar ketir hanya karena diberi tanggungjawab untuk memutuskan sebuah pilihan. Ah tidak, bagi Asahi itu masalah yang cukup sulit, bagaimana jika keputusannya memperburuk keadaan?
Baiklah, Asahi tidak mungkin mundur, ayo pikirkan dengan logis. Jujur saja, anak itu tak melakukan hal lain selain lewat begitu saja dan membuat ingatan kembali, yang berarti bisa saja ia bukan sesuatu yang perlu ditakutkan, kehadiran yang justru membantu.
Tapi, untuk apa?
—!?
Sebuah tangan melambai di depan wajah Asahi membuyarkan lamunannya. “Asahi-san?” panggil Yume—wanita berambut pink pemilik tangan itu yang berhasil membuatnya terkesiap. Kemudian Haru ikut speak up, “apapun keputusan Asahi-san, itulah yang akan kita lakukan besok.”
Disusul anggukan dari sisanya, ya, semua. Termasuk Ashita. Yah, jujur saja itu membuatnya sedikit bernapas lega karena Haru meyakinkan bahwa tidak akan ada yang protes atas keputusan yang akan ia buat.
“Ayo, temui anak itu.”
Dengan begitu, keputusan—satu kalimat berisi empat kata—yang mungkin bisa mengubah keadaan itu terucap. Tak terlihat tanda-tanda protes dari siapapun, namun ia merasa ada yang bergumam dalam hati atas ketidaksetujuannya.
“Ayolah, lupakan tentang segala kemungkinan buruk yang akan terjadi, overthinking tidak menyelesaikan masalah. Dengan situasi begini kita harus tetap melangkah maju, kan?” Siapa sangka kata-kata bijak begitu bisa keluar dari mulut seorang Hoshizaki Yoru, makasih, deh. Berkat dirinya, beberapa orang yang tadinya kontra dengan pernyataan Asahi kini menjadi lebih santai.
Baiklah, keputusan sudah fix. Sekarang, ini dia masalahnya…
Rei yang sedari tadi kepikiran akhirnya mengangkat tangan dan bertanya, “etto- gimana cara kita nyamperin anak itu barengan?”
Benar juga, anak itu bukan hokage yang bisa melakukan kagebunshin, ia berada di tempat berbeda, dan waktu yang berbeda juga saat berpapasan dengan masing-masing dari mereka. Walau jarak waktunya tak terlalu jauh, sih.