8.0

469 51 11
                                    

Sora mengambil nafas sebanyak mungkin sebelum memasuki rumah yang dia anggap sebagai neraka ini. Membenarkan tasnya dan segera masuk ke dalam rumah, namun langkahnya terhenti ketika Jungwon langsung menarik tangannya hingga berbalik menghadap laki-laki yang kini masih duduk di atas jok motor yang mesinnya sengaja di matikan.

"Kenapa?" Tanya Sora heran.

"Kalau ada apa-apa langsung teriak,"

"Iya, santai. Gue juga tau kali! Udah, ah! Awas gue mau buru-buru ambil barang terus pulang." Sora pun berjalan masuk ke dalam rumah tersebut dengan perlahan. Melihat sekeliling yang ternyata lampunya cukup banyak yang di matikan sehingga seluruh ruangan terasa gelap.

Apa si tua Bangka lagi pergi, ya?

Tak menghiraukannya lagi, Sora pun naik ke atas di mana kamarnya dulu berada dan mengambil berbagai barang-barang yang akan di pindahkan ke apartemen. Sora berjongkok untuk mengambil celengannya yang ada di bawah kasur tidur, namun dalam sekejap nyawanya seolah terangkat sebentar.

Suara pintu yang di buka dan di tutup kembali ini memecah atensi Sora yang tadinya asik mencari celengannya. Dia langsung menoleh terkejut dan panik. Sungguh, ternyata orang itu benar-benar masih ada di rumah ini.

"Sayang, mau kemana? Kok, barang-barang kamu di beresin begini?" Tanya om Darto seraya mendekati Sora yang ini sudah berdiri dengan tatapan tajam.

"Saya mau pindah ke apartemen temen saya, om. Karena saya udah banyak merepotkan keluarga ini, jadi saya sekalian cari kerja." Jelas Sora sembari menenteng barang-barang yang akan segera dia bawa.

Sok berlaga tenang padahal dirinya seperti ingin mati sekarang, rasanya seperti akan di bunuh saat ini juga. Om Darto semakin mendekat dan tangan sialan itu bergerak mengelus rambut Sora dengan lembut.

"Kamu tidak nyaman tinggal di sini? Apa uang yang om kasih masih kurang?"

Sora menjauhkan dirinya, "maaf om, tapi keputusan saya udah bulat, dan uang yang selalu om dan Tante kasih itu lebih dari cukup buat saya, terimakasih."

Om Darto tersenyum simpul lalu mengambil barang-barang dari tangan Sora secara paksa dan melemparnya ke sembarang arah. Tatapan pria itu kini terlihat sedikit kesal, namun masih mencoba tetap menahannya.

"Sayang, kenapa kamu harus pindah? Saya belum mencicipi kamu loh, kamu itu cantik, rambut kamu bagus, wangi, bersih, terawat, badan kamu juga bagus, kamu beneran cantik sekali." Om Darto mendekat terus dan mencium pipi Sora lalu berbisik.

"Kamu jangan pergi ya, sayang?" Tangan bejat itu kini mulai menggerayangi tubuh Sora, meremas payudara gadis itu dan mulutnya ia gunakan untuk mencium serta mengigit pelan leher Sora penuh nafsu.

Tangan Sora mengepal, nafasnya sangat berat, sial ternyata di keadaan seperti ini jangankan untuk melawan, untuk teriak saja dia tidak mampu.

"Om, cukup." Sora mengelak dengan sisa tenaganya, matanya mulai berair. "Om, saya bukan mainan yang bisa selalu om sentuh, saya punya harga diri, tolong berenti."

Ucapannya tidak di gubris sama sekali, kini Om Darto menarik rambut Sora cukup kuat hingga kepala gadis itu mendongak ke atas. Di ciumnya seluruh bagian yang dapat di ekspor olehnya. Memberi tanda di sana membuat tubuh Sora semakin lemas.

Sora menangis dalam diam, selalu saja begini. Gadis itu berteriak dan langsung mendorong tubuh pria tua itu dengan sekuat tenaganya, mengambil barang-barangnya lalu berlari menuruni anak tangga. Rasa paniknya kian menggebu saat Om Darto berhasil menahan tangannya, namun Sora kembali mengelak dengan tenaganya yang semakin menghilang.

Bruk!

Sora terjatuh dari tangga, namun ia masih bisa bangkit dan buru-buru gadis itu berlari keluar rumah sialan itu. Keadaanya yang sudah amat berantakan di saksikan oleh Jungwon yang ternyata masih menunggunya di motor.

Jungwon cukup terkejut melihat keadaan Sora, dia pun langsung mendekat dan menaruh tubuh tak berdaya itu di belakangnya, saat Om Darto ikut keluar dari rumahnya untuk mengejar Sora.

"Loh, ada kamu?" Tanya Om Darto lalu tersenyum ramah ke pada Jungwon.

Jungwon diam, lalu dia pun berjalan menyalakan motornya, membantu Sora naik ke atas jok motor lalu mereka pun menancap gas menuju apartemen untuk pulang.

^⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠^

Jungwon mendudukkan dirinya di samping Sora yang tengah menatap layar televisi dengan tatapan kosong, matanya yang lumayan sembab dan rambut sedikit berantakan membuat siapapun yang melihatnya mungkin akan kabur.

"Gue mau ngerokok, rokok sama koreknya ada di atas meja, tolong ambilin, Won." ucap gadis itu pelan.

Jungwon diam tidak berkutik sama sekali, matanya menelisik bekas kegiatan si pria bajingan itu pada leher hingga dada Sora. Terlihat jelas beberapa bekas gigitan dan hisapan di sana. Sungguh menjijikan orang seperti itu.

Sora menoleh menatap Jungwon dengan datar, "ambilin rokok gue, ada di atas meja. Lo budek?"

Jungwon tetap diam membuat Sora sedikit jengkel, gadis itu menghela nafas berat sebelum akhirnya memijit pelan kepalanya yang pening.

"Lo jijik liat gue begini? Habis di pegang-pegang sama kakek-kakek tua bangka yang udah bau tanah, di cium sana sini,"

Jungwon menunduk, mengigit bibir bawahnya gugup. "Lo gapapa?" Tanya Jungwon akhirnya mengucapkan sepatah kata dari mulutnya.

"Gue? Gapapa, kok. Makasih, udah khawatirin gue."

"Serius?" Jungwon mengangkat tangannya lalu menepuk pundak Sora dengan sangat hati-hati.

Sora terkekeh menyadari sikap Jungwon yang seketika berubah drastis saat ini, "kok liatin gitu? Bekas di leher gue paling 2 atau 3 hari ilang, kalau lo nggak nyaman gue bisa tutupin pake foundation gue."

Sora menghela nafas berat, "gue mau mandi dulu, badan gue jijik banget sekarang, walau bekasnya nggak akan ilang sampai kapanpun setidaknya gue udah sedikit bersih, iyakan?"

Laki-laki bersurai hitam itu lagi-lagi menunduk, "bekasnya nggak akan ilang?"

"Jelas dong, mau sampai kapanpun hasil dari ulah si tua bangka itu bakal terus ada buat gue," Sora tertawa kecil lalu berdiri dari duduknya. "Gue mandi dulu,"

"Sora," panggil Jungwon tiba-tiba.

"Hm?"

"Ada cara buat ilanginya?"

Sora menyerit bingung, "kenapa? Lo mau bantu ilangin bekas dia?"

Jungwon memasang wajah heran namun sesaat setelahnya dia pun menggerakkan tangannya seolah menyuruh Sora pergi, "udah sana mandi, hus-hus!"



























To be continued>>>>>>>>>>

UNDERSTAND | YANG JUNGWONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang