Fiveteen: Obsession

1.8K 66 22
                                    

Happy Reading

➷➷➷

Seorang lelaki dengan aura mengerikan menghampiri meja bartender sambil menggenggam sebuah tangan kecil milik seorang gadis. Ia menerobos paksa di tengah padatnya kerumunan dan riuhnya suara musik yang berdentum.

"Card id kamar paling atas!" Lucian, lelaki itu menatap datar bartender yang nampak kaget.

Bartender itu mengangguk cepat lalu memberikan sebuah kartu untuk kamar VVIP yang hanya ada satu. Memang, club ini tidak hanya menyediakan alkohol dan sejenisnya tetapi juga terdapat puluhan kamar bagi yang ingin menginap. Club ini tergolong mewah serta berisi orang-orang kaya yang berdatangan.

"I-ini tuan muda!" Ucap bartender itu menundukkan pandangannya.

Lucian segera mengambil kunci itu dengan cepat. Ia lalu menggendong Cesy yang sudah hampir tak sadarkan diri dengan brydal style.

"Jangan tidur, sayang. Gue belum kasih hukuman," bisiknya menyeringai tipis.

Dengan langkah lebar, Lucian bisa dengan cepat sampai. Lelaki itu menempelkan kartunya lalu pintu terbuka otomatis. Lucian masuk dan secara otomatis pun pintu terkunci dari dalam. Lelaki itu membanting Cesy ke ranjang king size miliknya lalu mencopot sepatu heels gadis itu dan juga sepatu hitam miliknya.

Dalam remang-remang, Cesy yang masih sedikit sadar mencoba melihat lelaki yang sekarang menindih tubuhnya. Ia bisa merasakan sapuan hafas hangat yang berjarak hanya beberapa senti dari wajahnya.

"Hey, jangan tidur sayang!" Suara berat itu terdengar disertai beberapa kecupan pada lehernya.

Cesy menggeliat geli. "Emhh, jangan!" Ia mencoba menghindar dari setiap kecupan nakal lelaki itu.

"Udah kaya gini masih bisa ngelawan hm?" Lucian terkekeh lirih.

Cesy hanya diam karena kantuk yang begitu terasa. Matanya sudah setengah tertutup. Mungkin sebentar lagi ia akan menutup matanya rapat.

"Sayang," panggil Lucian. Tangannya mengusap bahu mulus Cesy yang terekspos dengan sensual.

Tak ada jawaban.

"Cesy, you heard me baby?" Panggilnya lagi dengan sorot mata sayu menatap tubuh Cesy dengan penuh nafsu.

"Hm," dehem Cesy sangat lirih. Baru pertama kali ini ia mendengar Lucian memanggilnya dengan nama depan. Ah sudahlah, ia tidak kuat lagi menahan rasa kantuk ini.

"Can i fuck you?" Suara Lucian terdengar serak. Tak ada jawaban.

"Baby?" Panggilnya namun sial, gadis itu sudah menutup matanya rapat tertidur pulas.

Lucian mengerang kesal. Menatap kekasihnya yang kini tertidur pulas dengan bibir yang sedikit terbuka begitu menggiurkan.

Ah sial! Nafsunya di ujung tanduk. Dengan kasar, Lucian mulai merobek baju ketat yang dipakai Cesy lalu membuangnya ke sembarang arah. Kini, hanya tersisa pakaian dalam gadis itu. Lucian mulai menanggalkan bra hitam Cesy. Dan terlihatlah payudara putih berisi milik gadis itu.

"Shit! I'm mad baby!"

Kedua tangan berurat milik Lucian mulai meremas kedua bongkahan kenyal itu dengan sensual. Bibirnya mulai melumat lembut bibir Cesy dengan mata terpejam. Lidahnya membelit, menghisap kasar lidah Cesy dengan nikmat.

Sial! Dia kecanduan.

"Bangun sayang," Lucian menepuk-nepuk pipi Cesy agar gadis itu bangun. Agar Cesy merasakan betapa tersiksanya ia sekarang. Agar Lucian bisa mendengar Cesy yang mendesah di bawahnya. Namun nihil, gadis itu sangat pulas dan tak merespon sedikitpun.

Lucian menghela napas kasar. "Sial! Harusnya gue kasih obat perangsang aja!" Desisnya.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, tangan lelaki itu menyusuri setiap inci lekuk tubuh Cesy. Mengusap leher lalu bergulir kebawah meremas payudara kanannya yang pas untuk tangannya. Bulat, padat dan berisi. Ia lalu mengemutnya selayaknya permen. Dijilatnya dengan mata terpejam. Tubuh keduanya begitu menempel. Lucian merasakan miliknya begitu keras.

Sejak pertama kali bertemu dengan Cesy, Lucian selalu merasa terangsang hanya dengan sentuhan kecil. Jujur saja, ia sering berfantasi liar tentangnya. Lucian mati-matian memendam keinginan untuk menyetubuhi gadis itu.

"Persetan! Gue butuh pelepasan!" Lucian membuka celananya. Ia tidak akan memasuki Cesy sekarang karena tidak akan seru jika Cesy tidak ikut mendesahkan namanya. Lucian hanya ingin membuat miliknya tidur kembali.

Kini, milik Lucian sudah berdiri keras dengan posisi Lucian berada di atas Cesy. Ia lalu meludah untuk membasahi kejantanannya agar lebih licin lalu mengocoknya. Di rasa sudah cukup, ia lalu mengarahkan miliknya ke arah vagina Cesy yang masih tertutup celana dalam. Lucian menusuk-nusukkannya disana.

"Ahh... Fuck! Lo nikmat banget sayang, gue bisa gila." Ia lalu menggesek-gesekan miliknya dengan pelan ke vagina Cesy.

"Shit! Ahhh," desahnya dengan pupil mata yang bergerak ke atas. Lucian bersumpah lain kali ia akan meminta Cesy menggunakan tangan dan mulutnya untuk memuaskannya.

Merasa ada yang kurang, kedua tangan Lucian meremas payudara Cesy dengan kuat. Bibirnya mulai melumat lagi bibir yang membuatnya candu itu sembari bergerak dengan tempo sedang. Ia membayangkan jika Cesy kini tengah mendesah menyebutkan namanya dengan miliknya yang terus menghujam gadis itu.

"Fuck ahh... Amour, you're mine!" Lucian terus bergerak semakin cepat lalu ia merasakan jika miliknya semakin membesar.

"Ahh, I want to cum!" Tepat setelah mengatakan itu, miliknya memuntahkan sperma begitu banyak. Membasahi celana dalam Cesy hingga seprei.

Lucian menatap nanar spermanya yang terbuang sia-sia lagi dan lagi. "Tunggu aja Amour, lain kali gue pastiin rahim lo penuh sama sperma gue."

Ia lalu menatap lekat wajah Cesy yang sedang tertidur pulas dan tak terganggu sedikitpun. "Bahkan waktu liat lo tidurpun, gue selalu nafsu sama lo. Apalagi kalo liat lo banyak tingkah kayak tadi,"

"Mungkin kali ini gue masih bisa tahan. Tapi untuk besok-besok, gue nggak janji buat nggak main brutal," Tatapan tajam Lucian kini berubah menjadi tatapan sayu dengan aura hypernya yang begitu pekat.

Selama ini, Lucian tidak pernah merasa bergairah kepada siapapun setelah kejadian 'itu'. Namun kepada Cesy, ia merasa kembali bergairah lagi. Ya, katakanlah ia memang seorang hyperseks. Tetapi sekarang, hanya kepada Cesy seorang. Gadis itu miliknya. Hanya milik Lucian seorang.

➷➷➷

Hapunten🙏🏻
Aing teh no komen
😶😶😶

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LUCIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang