Chapter 3

94 78 4
                                    


!Happy Reading!

⬇️
⬇️
⬇️
⬇️
⬇️

"Nyebelin banget tu orang, awas aja kalo ketemu lagi. Aku bejek-bejek tu orang" Gerutu alana kesal setelah keluar dari toko tersebut.

Alana memilih untuk pulang jalan kaki karena masih jam 20.30 WIB dan menghemat ongkos. Jika ditanya apakah alana tau jalan menuju kosannya? Tentu Ia tau, bahkan sudah hapal.

Alana yang biasanya berjalan dipinggir jalan raya. Hari ini entah ada angin apa, alana ingin melewati sebuah gang yang bisa dengan cepat sampai ke kosannya.

"Eh ada apaan tu?" Monolog alana kaget sambil menyipitkan matanya agar bisa melihat lebih jelas. Ini adalah pertama kali ia lewat gang setelah beberapa minggu di Bandung. Malah disuguhi pemandangan yang paling tidak ia sukai, yaitu orang yang sedang berantem. Enak kalau berantemnya jumlahnya sama, Lah ini 1 lawan 5.

"Tolongin gak ya?" Monolog alana ragu-ragu sambil menatap para pemuda itu. Ia merasa sedikit kasihan dengan pemuda satu itu yang harus menghadapi 5 orang sekaligus.

"Tapi gimana caranya aku bantu dia? Berantem? Bisa sih. Tapi lagi malas berantem. Apa muter balik aja dan membiarkan tu orang mati? Ais... berpikir dong ana. Masa kamu tega sih ninggalin orang yang sedang dipukuli begitu." Ucap alana bimbang sambil memukul kepalanya untuk mencari cara menyelamatkan pemuda itu tanpa ia harus ikut masuk dalam perkelahian tersebut. Dan akhirnya ia memiliki ide, ia mencari suara sirine polisi di hp nya lalu menyalakannya dengan volume besar.

Suara sirine tersebut terdengar ditelinga mereka.

"Woy, polisi cabut sekarang! Tinggalin aja ni orang disini!" Teriak salah satu pemuda menyuruh teman-temannya menyudahi perkelahian tersebut.

Mereka langsung pergi dari sana meninggalkan seorang pemuda yang mereka pukuli tadi. Alana pun langsung mematikan suara itu dari hpnya dan berjalan mendekat kearah pemuda tersebut.

"Kamu gak papa?" Tanya alana pelan sambil berjongkok menyamakan tingginya dengan pemuda tersebut. Karena pemuda tersebut sedang berbaring di aspal jalanan, mungkin karena lelah berkelahi.

Mata pemuda itu yang semula nya terpejam untuk meredakan rasa sakit yang ada di tubuhnya. Kini membuka matanya untuk melihat pemilik suara lembut yang menyapanya itu. Saat pemuda tersebut membuka matanya, ia tidak sengaja menatap mata alana yang menurutnya sangat teduh teduh.

"Hey, kamu gak papa kan? Apa ada luka serius?" Tanya alana dengan raut wajah sedikit khawatir.

"Gak ada, Gue gak papa" Balas pemuda itu tersadar, dan langsung memutuskan kontak mata tersebut. Ia berusaha untuk bangun dari acar baringnya

"Sini aku bantu!" Ucap alana sambil memegang tangan pemuda itu, tapi pemuda itu berusaha melepaskan tangan alana dari tangannya.

"Gak usah, gue bisa sendiri" Balas pemuda itu, saat alana melepaskannya. Ia malah hampir terjatuh.

"Tuh kan, udah gak usah gengsi. Aku ikhlas kok bantu kamu! Serius gak boong kok" ucap alana meraih kembali tangan pemuda itu. Alana pun langsung menatap pemuda itu dengan mengangkap sebelah tangannya menunjukkan 2 jari sambil menganggukan kepalanya Agar pemuda itu percaya padanya kalau ia itu menolongnya dengan ikhlas.

Pemuda yang melihat alana bertingkah seperti itu, hanya bisa menggigit pipi bagian dalamnya karena menahan gemas. Pemuda itu pasrah dibantu oleh alana. Alana membawa pemuda itu kepinggir dan untuknya alana selalu membawa hansaplas dan tisu. Jadi ia bisa mengobati luka pemuda itu.

"Sini aku bersihin luka mu" ucap alana menggunakan luka itu dengan tisu basah. Karena ia hanya punya itu didalam tas nya.
Alana membersihkan luka pemuda itu dengan telaten lalu alana menempelkan hansaplast itu pada luka pemuda tersebut. Pemuda itu hanya diam memandang wajah tenang alana.

ALANA'S LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang