CHAPTER 3 [SEGEPOK]

164 31 6
                                    

Dengan perlahan, Abi membuka kancing baju dan menyelipkan uang sejumlah besar ke dalam baju longgar yang dipakainya. Ia merasa takut dipalak preman yang melintas, terlebih ia takut uang itu hilang karena tidak biasa menyimpan uang. Dan menyimpan uang di dalam pakaiannya adalah opsi terbaik yang dapat Abi pilih.

Sambil menunggu Shaka kembali dengan kue kukus dari rumah Bu Gita, Abi duduk dengan tenang di pinggir jalan sambil sesekali memperhatikan para pengemudi yang lewat. Dia berharap Shaka segera kembali agar mereka bisa melanjutkan perjalanan menjual gorengan dan kue kukus dengan baik.

Dalam hati, Abi berdoa agar semuanya berjalan lancar dan Shaka tidak lama lagi kembali ke tempat mereka. Abi mulai merasa panik ketika Shaka belum juga terlihat, ia takut bila Ama-nya itu meninggalkan dirinya sendiri disana. Meskipun masih kecil dan bodoh, Abi tahu mana yang baik baginya. Dan kini Abi mulai merasa 'Hal tak baik' baginya.

• • •
"Cari tahu tentang anak manis yang saya temui."

"Baik ... Nyonya."
• • •

Dari kejauhan, Abi melihat Shaka sedang berlari mendekatinya dengan wajah lelah dan suara ngos-ngosan yang terdengar jelas, ia memegang jinjingan besar yang berisi kue kukus yang masih hangat. Tentu saja hatinya berbunga-bunga melihat Shaka kembali untuk dirinya, dan yakin Shaka membawa kue kukus yang akan mereka jual.

"AMA!" teriak Abi dengan gembira sembari melambaikan tangannya.

Shaka tersenyum simpul melihat Abi dan segera berlari lebih cepat mendekat. Begitu sampai di dekat Abi, ia menempatkan jinjingan kue kukus di samping wadah gorengan.

"Hah ... Hah ... Untuk kamu gak kenapa-kenapa yul," ucap Shaka sambil mengusap keringat di dahi. "Udah ini kita langsung ke desa Bojong Rawalumbu ye!"

Abi mengangguk paham, senang melihat kue kukus yang tampak begitu lezat. "Iya Ama. Ama ... Abi au ue naa atuuu aja ya!," jawabnya dengan senyum cerah.

Shaka mengangguk, "Nih, kamu juga baru makan dikit kan. Mau warna apa?"

Abi melihat kue kukus yang berwarna-warni itu, tangannya menunjuk sebuah kue berbentuk bunga. "Abi au inih Ama! Walna ink!"

"Yang pink? Anjir ... Jangan bilang ni bocah gedenya akan jadi boti." Shaka berkata sembari membatin.

Abi mengambil kue kukus yang Shaka berikan dan langsung menggigit setengah dari kue itu, enak! Abi suka!! Tapi masih lebih enakan cireng buatan Shaka sih ...!

Setelah mereka kembali menjajakan gorengan dan kue kukus, Shaka dengan kaget menyadari bahwa sisa gorengan tinggal sedikit saja.

"Lah? Yul. Kok gorengannya banyak yang ilang? Kamu makan yaa?" Ucap Shaka dengan suara yang agak panik.

Namun sebelum Shaka sempat bertindak, Abi dengan penuh semangat berkata " Ama! Abi Ndak mam picang gosong naa tadi ada Mbak beli. Ini uang na Abi impen icini," cerita Abi sambil membuka kancing bajunya.

Shaka terkejut mendengar cerita Abi, namun juga merasa lega karena tidak rugi banyak. "Ya udah. Mana uang nya- ANJIR!?" Shaka tergelincir kebelakang saking kagetnya, "Oi tuyul! Kamu beneran tuyul yah!?"

"Abi Ndak ngelti Ama ilang appah. Ini dali Mbak-mbak adii. Mbakna beli picang gosong ntuh!"

Shaka mengambil uang berwarna merah itu dengan tangan gemetar, "Hiji, dua, tilu, opat, lima-"

Abi memperhatikan wajah Shaka yang tampak sumringah, "Ama tayaknaa ceneng anget."

"What the hell? Satu juta??" Shaka tersenyum senang dan menari-nari seperti orang gila.

Abi yang melihat Shaka menari ikut tantrum disana sambil mengikuti apa yang diucapkan oleh Shaka, "Aha-Aha-Aha duit-duit ... Ha-ha-ha!!!"

"Eh, Ama! Uanna lepas atuh!" Ucap Abi, Shaka langsung berhenti dan menginjak selembar uang kertas yang terjatuh.

[END!] Tuyul Ini Bukan Takhayul || Crt Ke 2 || Bukan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang