BAB 9 [HILANG]

110 22 0
                                    

  Abi terbangun dari tidurnya dengan mood yang buruk, mungkin karena mimpi yang tidak menyenangkan. Dia menggosok-gosok matanya yang masih terasa kantuk, dan ketika dia melihat ke sekeliling, dia melihat Shaka tengah bergulat dengan benang dan jarum di lantai, mencoba menjahit celananya yang robek.

Tiba-tiba, tangannya Shaka tertusuk oleh jarum, membuatnya mengemutkan jari manisnya yang terasa agak sakit. Namun, Abi tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada Shaka saat itu, moodnya masih buruk.

Shaka menatap Abi dengan senyum lembut meskipun sedikit kesakitan karena jarum yang menusuk jarinya. Dia mendekati Abi dan mengangkatnya ke pangkuan pahanya dengan lembut dan agak lamban.

"Kenapa kamu?" tanya Shaka dengan nada lembut, mencoba mencari tahu apa yang membuat Abi terlihat begitu murung.

Abi tetap diam, matanya terlihat kosong saat menatap ke arah Shaka. Dia tidak merespon pertanyaan Shaka, dan ekspresinya tetap tegang.

Shaka menghela nafas berat, dia bingung namun, sedikit tahu. Abi pasti bad mood. Seluruh badannya sakit, mungkin karena kemarin dia jatuh. Tapi dia tetap mencoba menghibur Abi dengan pelukan hangatnya. Abi yang didudukan di pahanya diam, Shaka menggerak-gerakkan tubuhnya ke kanan dan kiri.

"Yul, napa kamu tidak ceritakan sama saya? Cerita dong?" pinta Shaka dengan lembut, berharap Abi mau berbicara dengannya.

Namun, Abi masih diam dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia hanya terdiam dalam pelukan Shaka, seolah-olah memendam sesuatu yang terlalu besar untuk dia ungkapkan. Shaka merasa sedih melihat Abi seperti itu.

Shaka menghela nafas berat ketika Abi tetap diam tanpa memberikan jawaban atas pertanyaannya. Dia merasakan kekecewaan melintas di hatinya padahal dia tak salah, tetapi dia tahu bahwa dia harus bersabar dengan Abi. Si bocah tuyul.

"Kamu marah karena saya telat jemput?" tanya Shaka lagi, tetapi masih tidak ada jawaban dari Abi.

Dengan sedih, Shaka mencium ujung halis rambut Abi sebelum meninggalkannya sendirian di gubuk. Dia berjalan keluar dengan langkah berat, merencanakan sesuatu.

Beberapa saat setelah Shaka pergi, Abi mulai menangis dengan pelan. Airmata mengalir di pipinya saat dia merasa kesepian dan terluka karena tidak bisa berkomunikasi dengan Shaka. Padahal dia yang bermula tak berbicara dengan Shaka namun, dia juga yang menangis karena tak berbicara dengan Shaka.

Dasar bocah gendeng.

Tidak lama kemudian, Shaka kembali masuk ke dalam gubuk dengan suara ngiung yang menggema. Dia membawa sebentuk tonggeret di tangannya sambil tersenyum lebar.

Abi menangisnya terhenti mendengar suara Shaka. Dia menatap Shaka dengan heran dan aneh ketika Shaka menghampirinya sambil membawa tonggeret.

Shaka menawarkan tonggeret itu pada Abi dengan senyum ramahnya, tetapi Abi terlihat panik dan takut. Dia segera bersembunyi di balik tas kecilnya, menutupi wajahnya dengan tas kecil bergambar tom and Jerry itu.

Shaka mengangkat Abi ke pangkuannya dengan lembut, lalu membawa mereka berdua ke depan pintu gubuk. Dia menyelipkan tonggeret ke tangan Abi, meskipun Abi terlihat agak takut.

Setelah beberapa saat, mata Abi mulai berbinar ketika dia mendengar suara tonggeret tersebut. Shaka tersenyum melihat reaksi Abi, "Ini tonggeret, suaranya kenceng ya?"

"Eum!" jawab Abi sambil mengangguk setuju.

Shaka melihat Abi dengan penuh perhatian, "Kenapa kamu nangis tadi?"

Abi terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Abina malah kalena Amana elalu elat emput Abi. Amana utah gak tayang Abi?"

Shaka segera merasa sedih mendengar kata-kata Abi, namun dia mencoba menjelaskan dengan lembut, "Bukannya gak sayang, kan saya harus jual gorengan. Kalo gak jual gorengan kamu gak bakal minum susu." Dia mencium lembut pipi Abi, "Jadi ke tamannya?"

[END!] Tuyul Ini Bukan Takhayul || Crt Ke 2 || Bukan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang