BAB 7 [KEAGUNGAN]-BANYAK PERCAKAPAN, MUNGKIN AGAK NGACO

90 22 0
                                    

Setelah tiga hari si bocah itu bersekolah agama di masjid itu, Shaka semakin menyukainya.

  Azam, Guru ngaji di masjid itu, Crush Nya. Kalo di bahasa gaul sekarang.

Shaka hanya dapat menghela nafas pasrah, tak tahu harus bagaimana. Ia jadi ingat perkataan Abi, "Ama sama Ustadz bertemu karena menginginkan Abi Sholeh. Tapi tanpa sadar kalian bertemu karena takdir yang mengaitkan pada sila ke-1, Ketuhanan yang maha Esa."

Sejujurnya Shaka amat menyukai Azam, ia tak ingin jika harus pergi jauh dari sang pujaan hati ataupun tak mendengar suara Dayu nan serak basah milik Azam yang melantunkan Al-Qur'an.

Shaka menatap teduh Azam yang tersenyum jenaka pada anak-anak yang mengaji disana. Ada sedikit rasa iri di hati Shaka karena tawa itu bukan ditunjukan padanya, namun, tak apa. Ia bisa melihat senyum itu saja sudah cukup.

Air mata seketika menggenang di pelupuk mata kala melihat Azam yang masih tersenyum jenaka, Shaka tersenyum tulus.

Shaka tetap di dibawah pohon jeruk yang berada di depan masjid, ia memperhatikan satu persatu anak-anak yang mulai pergi dari sana setelah selesai mendapat tanda tangan dan Salim dengan sang pujaan hati.

Netra mata Shaka melihat ke arah abi yang tengah berusaha menulis apa yang ada di papan tulis, raut wajah anak itu amat fokus hingga Shaka terkekeh karenanya. Azam yang melihat gelagat Shaka tersenyum, ia bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Shaka yang terdiam di bawah pohon jeruk itu.

Azam meraih tangan Shaka dan menundukkan wajah orang di depannya itu. "Sini Salim sama saya,"  Ucap Azam seraya menempelkan punggung tangannya di kening sempit Shaka.

Sedangkan kini organ dalam Shaka sudah tantrum tak karuan, otaknya memanas, jantungnya berdetak lebih kencang, darahnya mulai naik hingga wajahnya memerah.

"Tangan kamu bau menyan!" Ucap Shaka sambil menginjak kaki pujaan hatinya itu.

"Sakit!" Azam sontak berseru tak terima.

"Dih, lebay kamu! Orang saya injak enggak kenceng!"

Azama memutar bola matanya malas, "Yang ngerasain kan saya! Berarti Yang sakit juga saya!!"

Azam perlahan menarik tangan Shaka agar ikut ke teras tempat dirinya mengajar itu, sedangkan Shaka hanya memasang ekspresi datarnya walau mungkin dirinya sudah benar-benar ingin menikahi orang di hadapannya itu.

Tubuh Shaka tiba-tiba diterjang boleh Azam dari samping dengan punggung si pemuda menghadap membelakangi Shaka sementara kepalanya di tidur kan di paha Shaka dengan manjanya.

"Kamu gak ada niatan belajar ngaji?" Tanya Azam mencoba memulai percakapan.

"Ada sih. Tapi gimana ya ... Kalo saya ikut ngaji nanti Abi gimana? Rezeki emang gak kemana tapi kalo enggak di cari ya percuma," Ucap Shaka sambil perlahan mengelus Surai lembut Azam.

"Jangan di elus kepalanya! Kepala saya abis ketiban kitab yang rusak di makan rayap. Kulit kamu sensitif kalo berkaitan sama ciptaan yang itu (Rayap). Nanti bintik-bintik terus gatal," Ucap Azam sambil perlahan Menyingkirkan tangan Shaka.

Oh ... He really beautiful in here— Shaka menatap wajah Azam dari tempatnya melihat, dia benar-benar ingin mencium bibir tebal dan merah milik orang di hadapannya itu, namun, hatinya benar-benar menekankan agar Shaka dapat menahan letupan perasaan yang ia rasakan.

"Mas, saya cinta sama kamu," Ucap Shaka.

"Masa? Yaudah si," Jawab Azam seadanya

Sebenarnya Shaka sudah menduga Azam tak akan mengganggap serius ucapan Shaka, tapi, yang membuat Shaka menjadi menjadi bingung adalah jawaban yang diberikan oleh Azam.

[END!] Tuyul Ini Bukan Takhayul || Crt Ke 2 || Bukan HororTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang