Five

4.3K 303 33
                                    










"anjing!" umpatan tersebut keluar dari bibir sang alpha. Semua barang berserakan di ruangan gelap itu, hanya cahaya layar komputer lah yang menerangi ruangan tersebut.

Tangannya meraba meja, mencari barang canggih. yaitu, handphone. Ia mainkan jarinya itu untuk mengotak atik barang canggih tersebut.

"pergi atau pas lo pulang cuman tinggal mayat mama lo, mau?!" bentaknya, lawan bicaranya yang sedang melakukan komunikasi melalui handphone dengannya pun ketakutan akan ancamanya.

"i-iya.. gue pergi kok, tapi jangan apa-apain mama gue please.." terdengar suara wanita menjawab ucapannya tadi. Begitu mendengar wanita itu akan pergi sesuai perintahnya, ia menyengir bagaikan iblis.

Telpon ia tutup, kembali duduk di kursi yang berhadapan dengan komputernya itu. Ia tersenyum lebar saat melihat bahwa wanita yang ia telpon tadi benar benar melakukan perintahnya.

"you're mine and only mine, darl" gumamnya dengan senyum lebarnya yang menyeramkan.

Ia terlihat seperti orang yang sedang obsessed.



















"sa, aku pulang dulu ya? mama nyuruh aku bantu bantu di rumah hehe" ujar Nayara memecahkan keheningan antara dirinya dan kekasihnya itu, Haesa.

"yaudah, aku manasin motor dulu" jawab Haesa, Nayara dengan sigap menahan tangan Haesa saat ia ingin bangun dari duduknya.

"eh gausah sayang, aku pulang pakai gocar aja lagian ini udah gelap kalau kamu bawa motor takutnya kenapa kenapa apalagi kan tangan kamu masih⎯"

"⎯justru itu babe" selak Haesa.

Nayara langsung bangun dari duduknya begitu juga Haesa. "gausah sayangku, aku pakai gocar ajaa, aman kok" ucap Nayara berusaha menyakinkan Haesa.

Melihat Nayara yang memang tidak ingin di antar oleh Haesa membuat dirinya hanya mengangguk. Ia juga tidak bisa memaksa Nayara.

"yaudah, ayo aku antar ke depan komplek" Nayara mengangguk, menerima tawaran Haesa.











Baru saja kakinya melangkah ke dalam kamar, handphonenya malah berdering. Dengan reflek, Haesa membuka handphonenya dan menampilkan kontak yang tengah menelponnya.

Xavier.

"ngapa lagi si anjing" batin Haesa kesal. Walaupun merasa kesal, Haesa tetap mengangkat telpon dari Xavier itu.

"kalau kamu sendirian gitu di rumah kan enak buat diliat, bukan malah main sama jalang itu" perkataan yang begitu aneh dilontarkan oleh lawan bicara Haesa dalam telpon itu.

"heh anjing?! maksud lu apa bangsat?! cewe gua bukan jalang!!" tentunya ucapan Xavier membuat darah Haesa seketika membara.

"dan lu tau dari mana cewe gua tadi di rumah ama gua?!" tanyanya.

"then, mengapa dia mau saja saya dekatin?" jawab Xavier yang malah membuat Haesa semakin kesal.

"bacot, jawab pertanyaan terakhir gua" tegas Haesa.

"you don't need to know" jawaban yang di lontarkan Xavier melalui komunikasi tersebut membuat Haesa terkekeh pelan.

"he thought I didn't know huh?" batin Haesa yang disertai oleh seringai nakalnya.

"i already knew it, dude"

Balasan Haesa tentunya membuat Xavier terpaku. Haesa juga tiba tiba mengalih kan pandangannya ke arah sudut kanan atas dinding kamarnya, tepat di atas lemari tinggi yang berada disana. Terdapat sebuah kamera kecil.

Xavier yang memperhatikan Haesa melalui komputernya itu terkejut saat Haesa memandang ke arah kamera kecilnya itu.

"H-how?" kata itu keluar dari bibir Xavier. Ia panik, sangat panik saat menyadari bahwa Haesa sudah mengetahui kegilaan yang ia lakukan itu.

"gua tau kalau lu udah suka ama gua dari jaman ospek dulu xav. gua tau kalau kamera kecil itu emang sengaja lu taro di sana ya walaupun lu pake segala nyuruh nay buat naro disana diem diem wkwk"

"gua tau itu lu lakuin dengan sengaja buat mantau gua selama ini. gua juga tau kalau lu buat perjanjian ama nay makanya lu ngedeketin nay terus. dan, yang barusan. lu pikir gua gatau kalau nay pulang karna lu yang nyuruh? wkwk"

Mendengar ucapan Haesa membuat Xavier terpaku dalam kepanikkan. Ia sangat tidak percaya bahwa rencana gila yang ia lakukan itu ternyata sudah di ketahui terlebih dahulu oleh targetnya itu.

"aduh mukanya jangan panik gitu dong ganteng" Xavier yang masih terdiam dibuat semakin terkejut dengan ucapan Haesa barusan. Bagaimana Haesa tahu bahwa kini Xavier tengah dilanda kepanikkan.

Haesa menyengir karna ia tahu bahwa Xavier masih memproses ucapan ucapannya barusan.

Belum cukup membuat Xavier terkejut, Haesa tiba tiba mengalihkan layar handphonenya ke arah kamera itu.

Xavier dapat melihat wajahnya di layar handphone milik Haesa tersebut. Sontak Xavier mencoba mencari cari di mana letak kamera itu, namun sayangnya. Ruangan tersebut gelap, Xavier tidak dapat menemukan dimana letaknya kamera yang Haesa gunakan.

"ada di sudut kiri dari lu" ucap Haesa memberi tahukan letak kamera yang ia gunakan.

Begitu mendengar ucapan Haesa, Xavier langsung menoleh ke arah yang Haesa bilang. Ternyata benar, Xavier dapat melihat bulatan kecil yang berasal dari kamera yang Haesa gunakan.

"sialan" umpat Xavier yang membuat Haesa tertawa.

Xavier mencoba menenangkan dirinya dari kepanikkan yang ia rasakan. "kamu sudah tau semuanya, mengapa masih mau dengan saya?" tanya Xavier.

"lu maksa tolol" ada benar juga apa yang Haesa bilang, karna Xavier memang memaksanya.

"engga, bukan itu yang saya maksud⎯" balasnya "terus?" selak Haesa.

"⎯maksud saya, mengapa kamu tidak melawan saya secara agresif kemarin?"

"buang tenaga, males" jawab Haesa dengan ketusnya.

"tapi.. jangan akhiri hubungan ini ya, please.." ujar Xavier yang membuat Haesa tertawa terbahak bahak. Xavier kebingungan, entah apa yang lucu dari ucapannya.

"lu beneran alpha bukan si?" pertanyaan yang di lontar Haesa tentu saja membuat Xavier kebingungan.

"of course, i am. why?"

Haesa kembali tertawa mendengar respon Xavier "ga ada ceritanya seorang alpha mohon mohon begitu"

"how can you know it?" tanya Xavier, entah bagaimana bisa Haesa paham tentang alpha padahal selama ini Xavier tau bahwa Haesa tak pernah bersangkut paut dengan hal hal yang menyangkut pautkan omegaverse things.

"gua ga bego ya, lagian keknya lu cuman ngaku ngaku alpha deh"

"maksudnya?" selak Xavier.

"lu ga ada aura dominant sama sekali, pas ngomong juga lu maksain banget make alpha tone"

Mendengar ucapan Haesa, Xavier merasa sedikit kesal "ngejek?"

"maybe" jawab Haesa.

"oh wow ahaha, omega sepertimu bisa dengan seenteng itu berbicara seperti itu pada saya"

Haesa tertawa lagi, hal itu membuat Xavier semakin kesal.

"omega? wkwk, serius ni lu ngomongnya?" ucap Haesa dengan nadanya mengejek.

"tentunya, toh kamu memang omega kan?" ucapan Xavier malah membuat Haesa tidak bisa menahan tawanya.





"i'm not an omega"












"i'm a enigma, idiot"
























tbc





aku lagi mood up ni hehe, mumpung lagi free juga si

NOT AN OMEGA || hyuckmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang