nine

2.9K 251 11
                                    




🏍

Suara dereman motor memenuhi lapangan yang di kenal sebagai arena racing, di mana setiap awal balapan bermula di lapangan tersebut.

Mata tajam milik Haesa menatap tepat pada lawannya yang berada tepat di hadapannya. Haesa dengan lihai memainkan motor merah kesayangannya, menantang sang lawan.

Seorang wanita berjalan ke tengah di antara Haesa dan lawannya, Julian, dengan benda yang mirip dengan flag. Para penonton bersorak tak sabar ketika wanita tersebut menaikkan benda yang ia pegang, begitu juga dengan peserta balapan ini. Haesa dan Julian.

Begitu benda yang wanita itu pegang turun ke bawah, dengan seperkian detik motor keduanya berlaju begitu pesat seakan akan bisa mengalahi cepatnya cahaya.

Malam ini,
Haesa melakukan balapan demi meluapkan kekesalan tak jelasnya, tanpa memikirkan resiko yang akan datang padanya.



























Dengan perasaan kesal yang campur aduk, ia buka gagang pintu yang bercorakkan putih itu.

"kamu terlambat Haesa" tegasnya.

Melihat keberadaan pria tua itu di hadapannya membuatnya terkejut setengah mati, jantungnya berdegup kencang akan ketakutan yang datang.

"m-maaf.." lirihnya

FLASHBACK

"kamu di mana? kenapa saya datang ke rumahmu, kamu tidak ada hm?" suara berat pria tua terdengar di ponsel canggihnya.

"jawab pertanyaan saya, haesa!" tegas pria yang tengah melakukan komunikasi online dengannya.

Dengan gagap mulutnya berbicara, "aku ada urusan pa.." ucapnya berusaha menutupi kebenaran yang tengah ia lakukan.

Pria tersebut terkekeh namun terasa adanya kekesalan pada pria tersebut, "i know you're lying, little brat. just tell me the truth!" tegas pria tua itu.

"tugas kampus pa" ucap Haesa yang masih tegas untuk berusaha mengelak namun mau bagaimanapun ia mengelak, pria tua yang berstatus ayahnya itu tidak sebodoh itu untuk dibohongi.

"haesa argantara!" ucap pria tersebut namun kali ini ia mengucapkan nama lengkap Haesa dengan nadanya yang begitu tegas, sudah jelas bukan bahwa pria tua ini benar benar marah?

"aku ke arena pa.." gagap Haesa, mau tak mau ia harus jujur daripada hancur di tangan papanya.

"pardon? woa ahaha-" kekeh tak percaya papanya itu, "do you forget what i've said last time? pulang sekarang, saya masih berada di rumahmu" tegas papanya kembali.

Telepon di matikan sepihak oleh pria yang merupakan papa Haesa. Haesa hanya bisa menahan rasa kesalnya yang tengah bergejolak itu, ingin sekali rasanya ia memukul papanya namun sayang sekali, papanya itu terlalu kuat untuk ia balas dengan serangan fisik.

"agh bangsat! tua sialan" geram Haesa, ia tendang kaleng bekas yang entah dari mana ada di hadapannya.

Salah satu anggotanya melihat tingkah kesal Haesa, anggota tersebut menghampirinya dengan perasaan bingung.

NOT AN OMEGA || hyuckmarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang