René dan Énigme berdebat di dalam mansion, masing-masing berpegang pada prinsip dan keputusan yang sulit. René, meskipun menyadari konsekuensi dari tindakannya, tetap yakin bahwa lukisan harus dikembalikan untuk menghormati keinginan mendiang ayah Énigme dan mengungkap kebenaran yang selama ini tersembunyi.
Di sisi lain, Énigme merasa dilema antara kewajiban untuk mengungkap kebenaran keluarganya dan konsekuensi yang akan timbul dari tindakannya. Meskipun begitu, ia juga menyadari bahwa membiarkan René ditangkap akan menghancurkan tim dan hubungan mereka.
Debat mereka dipenuhi dengan emosi yang kuat, perasaan bersalah, dan keputusan yang sulit. Énigme merasa bahwa dia tidak bisa menyerahkan René kepada polisi setelah semua yang mereka lakukan bersama, sementara René yakin bahwa mengembalikan lukisan adalah satu-satunya cara untuk mengatasi kesalahan mereka. Wajah René memancarkan kemarahan yang mendalam, matanya memandang tajam ke arah Énigme.
"Kita tidak akan menyerahkan lukisan itu!" René berteriak, suaranya penuh dengan kemarahan. "Aku tidak akan menyerahkan diriku ke polisi, Énigme. Kita harus mencari cara lain!"
Énigme mencoba untuk tenang. "René, kita harus mempertimbangkan konsekuensinya. Kami tidak bisa melawan Camille."
René bangkit dari kursinya dengan kasar, meja di depannya hampir terbalik. "Aku tidak peduli dengan konsekuensinya! Aku tidak akan membiarkan diriku dihancurkan oleh Camille!"
Lea, yang selama ini diam memperhatikan perdebatan mereka, akhirnya berbicara. "René, Énigme benar. Kami harus mempertimbangkan keputusan ini dengan hati-hati. Melawan Camille tidak akan membawa kebaikan bagi siapa pun."
René menatap Lea dengan tatapan tajam. "Kalian tidak mengerti! Aku tidak akan menyerahkan diriku begitu saja. Aku harus melindungi diriku sendiri."
Énigme mencoba untuk memediasi situasi ini. "René, kita bisa mencari jalan keluar yang tidak merugikan siapa pun. Kita harus tenang dan berpikir dengan jernih."
Namun, René tetap keras kepala, keputusannya sudah bulat. Dia merasa terpojok dan harus melindungi dirinya sendiri, tanpa memikirkan konsekuensi apa pun. Di tengah kebuntuan ini, Énigme dan Lea harus mencari solusi yang tepat sebelum situasi semakin memanas.
Mereka berdua terdiam sejenak, mencoba memikirkan solusi terbaik dalam situasi yang sulit ini. René mengusulkan ide membuat lukisan palsu sebagai gantinya.
"Bagaimana jika kita membuat lukisan palsu dan mengirimkannya kepada Camille?" tanya René, matanya masih memancarkan kemarahan namun juga keputusasaan. "Kita tidak punya waktu untuk mencari cara lain."
Énigme memikirkan ide tersebut, menyadari bahwa itu bisa menjadi jalan keluar yang terbaik dalam situasi ini. Namun, dia juga tahu bahwa membuat lukisan palsu dalam waktu yang singkat bisa menjadi tugas yang sulit.
"Kita harus bertindak cepat," ucap Énigme, mencoba merencanakan langkah selanjutnya. "Lea, apakah kamu bisa mencari tahu cara membuat lukisan palsu dengan cepat?"
Lea mengangguk, menunjukkan bahwa dia siap untuk membantu. "Aku akan segera mencari informasinya."
Mereka berdua segera bergegas untuk melaksanakan rencana mereka, menyadari bahwa waktu adalah musuh terbesar mereka dalam situasi ini. Mereka harus bekerja dengan cepat dan hati-hati untuk membuat lukisan palsu yang meyakinkan, agar mereka bisa menyelesaikan masalah ini tanpa menarik perhatian pihak berwenang.
Meskipun telah mencoba berbagai cara, Énigme, René, dan Lea menyadari bahwa tidak ada jalan keluar selain mengembalikan lukisan tersebut. Mereka merasa tertekan dan kecewa dengan keputusan ini, namun mereka juga menyadari bahwa melawan Camille akan berakhir dengan konsekuensi yang lebih buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Énigme : Le Voleur de Mémoire.
ActionÉnigme : Le Voleur de Mémoire (Pencuri Kenangan) // Action - Romance (13+) // Dalam malam yang penuh misteri di Prancis, Château d'Art menjadi saksi rahasia gelap yang menghidupkan semangat Énigme, seorang pencuri ulung dengan misi tak terlupakan. D...