Bab 6 : Deru Malam di Montmarte

9 3 0
                                    

Dua mobil meluncur melalui jalanan malam Distrik Montmartre, membentuk jejak cahaya yang membelah kegelapan. Drift Night, balapan malam yang menguji kecepatan dan keahlian mengemudi, menjadi panggung pertempuran antara Enigme dan Rene. Atmosfer tegang menyelimuti kabin masing-masing mobil, menciptakan ketegangan yang nyata.

Rene, dengan keahliannya yang mumpuni dalam drifting, menguasai setiap tikungan dan meluncur dengan kecepatan penuh. Mobilnya menari-nari di aspal, seolah-olah ia menyatu dengan jalur yang berliku. Di balik setir, senyuman kemenangan terpancar dari wajah Rene, yakin bahwa kemenangan sudah di genggamnya.

Di sisi lain, Enigme, yang juga terampil dalam mengemudi, merasakan tekanan untuk mengejar. Namun, jalur yang berliku dan tajam membuktikan sebagai tantangan yang sulit. Meskipun berusaha dengan segenap kemampuannya, ia kesulitan mengejar ketangguhan Rene. Setiap tikungan, setiap derap rem, memperkuat kenyataan bahwa Rene memiliki kendali penuh atas jalannya.

Garis finish tampak begitu dekat, dan senyum kemenangan tergambar di wajah Rene. Namun, tiba-tiba, dari kejauhan, terdengar deru mesin mobil polisi yang mendekati. Cahaya biru dan merah menyala memenuhi jalanan yang seharusnya jadi tempat balapan.

Rene seketika melihat ke arah yang sebenarnya, matanya membesar menyadari kehadiran polisi yang mendekat dengan cepat. Enigme dan Lea, yang juga menyadari situasi genting ini, saling pandang dalam kepanikan. Tanpa ragu membanting stir, memecah formasi balapan dan bergegas ke arah yang berlawanan untuk menghindari kejaran polisi.

Mobil polisi yang menderu cepat seakan menjadi ancaman yang tak terelakkan. Masing-masing mobil balap memilih jalannya sendiri, meliuk dan menyelip di antara mobil yang berada di jalanan kota. Deru mesin dan suara sirine polisi menciptakan kericuhan yang tak terduga di tengah balapan yang sudah tegang.

Dalam kepanikan, Enigme dan Lea berada di dalam mobil yang meliuk-liuk untuk menghindari kejaran polisi. Mesin mobil mereka berderu, dan cahaya lampu-lampu polisi yang berkedip-kedip menciptakan atmosfer tegang di dalam kabin. Enigme, yang memegang setir dengan erat, melihat ke belakang melalui kaca spion sambil mencoba merencanakan langkah selanjutnya.

Lea, duduk di kursi penumpang, meremas coklat yang dia bawa sebagai teman setianya saat bekerja. Wajahnya mencerminkan kekhawatiran, tetapi dia tetap tenang. "Enigme, kita perlu menghindar dari polisi ini. Ayo cari jalur alternatif atau tempat sembunyi," kata Lea dengan suara tenang, mencoba meredakan ketegangan.

Enigme, dengan fokus penuh, mengambil jalur menyusuri jalan kecil dan gang sempit, berusaha menghilang dari pandangan polisi. Suasana tegang di dalam mobil semakin terasa dengan bunyi sirine yang semakin dekat. Lea memantau peta jalanan digital di layar gadgetnya, memberikan petunjuk dan saran untuk melewati rute yang tidak terduga.

Mereka berhasil menyusup di antara gedung-gedung kota, memanfaatkan setiap lorong kecil dan tempat tersembunyi yang mereka temui. Cahaya lampu polisi yang merah menyala memancar di kejauhan, tetapi Enigme dengan cermat mengarahkan mobilnya melalui rute gelap dan terpencil.

Lea, yang duduk di sampingnya, melihat ke belakang dengan lega ketika jarak antara mereka dan polisi semakin membesar. "Phew, kita hampir tertangkap," ucapnya dengan suara lega, wajahnya masih mencerminkan adrenalin dari kejadian tadi.

Enigme mengangguk setuju, "Kita perlu menemukan tempat aman untuk bersembunyi sementara. Polisi lebih fokus pada Rene, tapi kita tidak boleh lengah."

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, menyelusuri kawasan perkotaan yang sunyi dan terlupakan. Suara mesin mobil yang pelan menyatu dengan malam yang sunyi. Mereka mencari tempat yang tidak mencolok, tempat di mana mereka bisa merencanakan langkah selanjutnya tanpa ketakutan akan kehadiran polisi yang mengintai.

Énigme : Le Voleur de Mémoire.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang