"Hai Prill" sapa Ali saat menemui Prilly di koridor kampus.
"Hai juga Ali" balas Prilly sambil mengukir senyuman termanisnya. Ya, prilly sudah tak sedingin dan secuek dulu, Prilly tidak mau menyia-nyiakan waktunya bersama Ali dan juga teman2 yg lainnya selama ia masih bisa bernafas.
Ali yang melihat perubahan Prilly sangat senang, bagaimana bisa gadis es di hadapannya ini mencair? entahlah, ada bagusnya juga sih, pikir Ali.
"Mau kemana?" tanya Ali sambil mensejajarkan langkahnya dengan Prilly.
"Mau ngumpulin tugas ke dosen nih, ada yg belum gue kumpulin" jawab Prilly menunjukkan file2 berisi sekumpulan kertas tebal.
"Ooh gitu, yaudah mau gue anterin ga?" Prilly tampak berfikir sejenak.
"Boleh" ali tersenyum mendengar jawaban Prilly. Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang memperhatikan mereka dengan cemburu. Bahkan sekarang orang itu telah meneteskan airmatanya.
"Ali.. Prilly.." gumam seseorang itu.
"Marsha! Lo kemana aja sih gue cariin kemana2.." pekik Ghina. Tentu saja sepasang mata yg memperhatikan Ali dan Prilly adalah Marsha.
"Marsha.. lo nangis?" Ghina terkejut saat mendapati mata Marsha sembab. buru2 Marsha menyeka air matanya.
"Ng..gue kelilipan doang kok Ghin" balas Marsha tertawa kecil.
Tentu saja tidak semudah itu Ghina percaya, Ghina dan Marsha kan sudah bersahabatan dari SMA begitu juga dengan Prilly.
"Gue tau lo bohong, Mars. Udahlah cerita aja sama gue, kita udah sahabatan berapa lama sih? Apa lo masih kurang percaya sama gue?" Ghina memegang kedua bahu Marsha. Marsha pun memeluk erat Ghina, ghina mengelus punggung marsha memberi ketenangan untuk sahabatnya ini.
"Yuk duduk dulu" Ghina mengajak Marsha untuk duduk di kursi yg ada.
"Kenapa sih? Lagi patah hati?" Ghina dengan mudah menebak perasaan Marsha, dari gerak geriknya keliatan kalau marsha baru saja patah hati.
"Hmm.. ngga. Gue sedih aja kenapa orang yang gue sayang ga pernah bales perasaan gue" Marsha tersenyum getir. Ghina menautkan alisnya, orang yg Marsha sayang? bahkan Marsha tidak pernah menceritakan apapun tentang orang yg Marsha maksud.
"Ali?" tebak Ghina tepat sasaran. Ghina tau betul cara Marsha menatap Ali penuh makna.
"Ngaku aja, gue ga bakal ngasih tau siapapun itu." Marsha mengangguk lemah.
"Tapi gue minta lo jangan kasih tau Ali.. kalau Prilly kayaknya udah tau. Tapi lo tau sendiri kan Ali sama Prilly udah kayak magnet selalu aja deketan gak bisa berpisah. Gue harus apa Ghin?" lirih Marsha sambil memijat pelipisnya. Kenapa masalah percintaannya begitu rumit?
Ghina teringat sesuatu. Prilly. Ya, lebih tepatnya penyakit Prilly. Ghina terdiam sejenak, ia harus berpihak pada siapa? Bingung, itulah yang Ghina rasakan.
"Ghin? kok bengong?" Marsha melambai2kan tangannya tepat di depan muka Ghina.
"E-eh, iya? gue juga bingung Mars kalau masalah cowok, lo tau sendiri kan gue jomblo udah berapa lama?" Ghina terkekeh diikuti Marsha yg ikut terkekeh juga.
***
"Ali mana sih, tadi katanya mau ngajak ke suatu tempat" gumam Prilly sambil celingak-celinguk mencari sosok Ali.
"Nyari siapa sih?" Marsha mengagetkan Prilly.
"Eh, lo Mars. Hmm..gue ga nyari siapa2 kok" balas Prilly gugup. Marsha hanya manggut2
"Ga mungkin gue ngasih tau ke Marsha kalo akhirnya lo bakal cemburu juga Mars. Maafin gue, gue ga maksud buat nikung lo.." batin Prilly
"Yaudah, gue pulang duluan ya sama Ghina. Bye Prill" Marsha mencium singkat pipi Prilly, membuat Prilly tidak tega untuk jalan bareng Ali. Prilly tidak mungkin menyakiti hati sahabatnya sendiri.
"Gue cuma mau ngabisin waktu gue bareng Ali, dan sahabat2 gue. Gue cuma mau seneng2 doang, udah itu aja. Gue tau hidup gue ga bakal lama lagi" batin Prilly meneteskan air matanya, tapi cepat2 ia seka.
"Prill, udah nunggu lama?" tiba2 ali muncul di hadapan Prilly.
"Eh, engga kok Li. Emang lo mau ngajak gue kemana sih?" tanya Prilly, Ali hanya senyum misterius.
"Alii apaan sih, bikin penasaran aja" rengek Prilly manja.
"Iya iyaa, udah ikut aja ya barbie chubby" ledek Ali dan dibalas dengan cubitan kecil dari Prilly.
Setelah beberapa menit menyusuri jalanan yang bisa terbilang sepi, akhirnya sampailah mereka di sebuah tempat yang sepi, nyaman dan damai. Tempat ini sangat sepi, hanya ada Ali dan Prilly. Pemandangannya sangat indah, bunga2 bertebaran dimana mana, ayunan bergerak terbawa angin, rumput hijau terbentang luas, kupu2 berterbangan dan ada juga danau yang menghiasi tempat ini.
"Ooh, lo mau bawa gue kesini? bilang dong" Prilly duduk di rerumputan hijau.
"Iya, lo suka?" Prilly menatap Ali kemudian mengangguk.
"Gue sering kesini kalo lagi bosen" ucap Ali
"Gue juga, tapi kok ga pernah ketemu sih?" Prilly mengerinyitkan dahinya.
"Ga tau, mungkin aja kita beda waktu" ucap Ali.
"Terus lo mau ngapain bawa gue kesini?" tanya Prilly. Ali yang tadinya menatap lurus danau, kini beralih menatap Prilly.
"Gue sayang sama lo Prill, gue mau lo jadi milik gue" batin Ali berteriak, rasanya ingin sekali mengucapkan tapi sulit bagi Ali. Bukan, Ali bukan pengecut. Ia hanya ingin menunggu waktu yg tepat untuk menyatakannya, bukan sekarang.
"Gapapa, ikut gue yuk" lagi2 Ali menarik Prilly ke suatu tempat yg tidak jauh dari danau tadi.
Disinilah Ali dan Prilly, di tempat yg sangat sunyi, angin sore menerpa rambut Prilly hingga rambutnya terbawa angin.
"Gue mau ketemu mama" lagi2 Prilly bingung dibuatnya. Ini adalah tempat pemakaman, apa mamanya Ali sudah tidak ada? pertanyaan itu terus berputar dipikiran Prilly.
Ali berjalan menuju sebuah makam yang bertuliskan "Aprilia Syarief" yang sepertinya adalah makam mama Ali.
"Hai ma, aku mau kenalin cewek yg ada disamping aku, nama dia Prilly. Prilly juga sama kayak mama, sama2 wanita yang kuat" Ali melirik Prilly sambil mengelus batu nisan mamanya.
Tanpa disadari, cairan bening sudah meluncur mulus dari kedua mata hazel Prilly. Ternyata dibalik sosok playboy Ali, terdapat hati yg baik dan mama yg hebat. Banyak hal yg prilly tidak ketahui tentang Ali. Dibalik Ali yg periang, ternyata ada hal tersembunyi yg menyedihkan yg tidak pernah Prilly tau.
"Gue baru kenalin satu cewek ke mama, dan cewek itu adalah lo Prill" Prilly semakin tersentuh mendengar ucapan Ali. Ditambah lagi ali yang mengeluarkan air mata, mungkin Ali kangen dengan mamanya.
"Halo tante, aku Prilly. Anak tante hebat loh, Ali itu sosok yg kuat asal tante tau aja. Ali juga sosok yg periang loh tan, tante pasti bangga banget kan punya Ali? sama tan, Prilly juga bangga punya temen kayak Ali" Prilly ikut berbicara dengan mamanya ali sambil mengusap batu nisannya.
"Sekarang ali sama prilly emang cuma temen ma, tapi nanti pasti ali jadi teman hidupnya prilly" canda Ali, prilly tertawa kecil mendengar ocehan Ali, tapi tiba2 perasaan Prilly menghangat entah kenapa.
Prilly dan Ali sama2 menyeka air matanya yg keluar begitu saja. Prilly pun mengusap punggung Ali yang memberi ketenangan sendiri bagi Ali.
"Makasih ya Prill" ucap Ali, Prilly pun mengangguk mengerti apa yang Ali maksud.
"Ma, Ali pulang dulu ya nanti Ali sering2 kesini kok, ajak Prilly juga" Ali berpamitan dengan mamanya.
"Iyaa, Prilly pulang dulu ya tante.. baik2 disana ya" Prilly ikutan berpamitan dengan mamanya Ali.
Tiba2 saja Prilly melihat Marsha di tempat yg sama. Sedang apa Marsha disitu? pikir Prilly. Ingin sekali Prilly menghampiri Marsha yang sepertinya sedang bersedih itu, tapi situasi sangat tidak memungkinkan karena Prilly tidak mungkin menghampiri Marsha bersama Ali. Bisa2 Marsha cemburu akan kedatangan ali dan prilly.
Ali pun langsung merangkul Prilly dan mengantar Prilly pulang ke rumah.
---
Hii, gimana menurut kalian part ini? hmm feelnya ga dapet bgt kayanya nih haha. tetap vote dan comment yaa, votes yg banyak jangan lupa :p commentnya juga jgn lupaa, biar cepet next. hihi thankyou<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Fanfiction"Berilah aku satu kesempatan dan aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik." Kisah tentang seorang Playboy yang hobby mengganti-ganti pacar tiap minggunya. Aliando Syarief, cowok playboy terkenal di kampusnya. Tetapi hidupnya berubah setelah...