"Aw!" Prilly meringis kesakitan. Pasalnya, tonjokkan Ali yg harusnya mendarat di pipi Jordan, malah melenceng ke pipi Prilly karena ia berusaha memisahkan keduanya dengan cara berdiri di tengah2 mereka.
"Prilly?! Li, lo liat pipi Prilly jadi lebam karena tonjokkan lo! Brengsek. Pergi sekarang dan ga usah temuin kita semua lagi" pekik Jordan emosi, ia tak bisa menahan emosi yg telah membara.
"Heh bangsat, lo belom dengerin penjelasan gue. Gue ga hamilin dia! Percaya sama gue." Ali menunjuk Marsha, dia yg dimaksud adalah Marsha.
"Ali lo ga boleh munafik! Jelas2 semalem kita--"
"Gue ga nyadar, dan ga mungkin juga gue ngelakuin itu! Lo gak usah ngada-ngada." potong Ali cepat.
Sedangkan Ghina dan Kevin bingung harus berpihak ke siapa, mereka memilih untuk diam. Tak ada jalan lain lagi selain itu.
"Udah deh. Gue bener2 bingung harus berpihak ke siapa, gue ga ngerti. Maksud kalian apa sih? Please, selesain secara kepala dingin. Jangan ada yang egois dulu." ujar Ghina menengahi.
"Iya setuju, kita dengerin dulu penjelasan Ali dan juga Marsha" timpal Kevin.
"Ya ampun, nunggu penjelasan apa lagi sih?", "Jelas2 gue hamil.." lanjut Marsha mempelankan volume suaranya.
"Lo bikin malu aja, ya? Lo kayak gitu, sama aja lo mempermalukan diri lo sendiri. Lo keliatan lebih murahan, tau ga?!" Ghina yang sudah pusing dengan celotehan Marsha pun angkat bicara. Marsha berdecak kesal.
"Marsha emang bener, kok. Ga ada yang perlu dijelasin lagi. Udah ada buktinya, test pack itu." Prilly menunjuk testpack yg digenggam Marsha, dan segera pergi berharap teman2nya tidak memperdulikannya lagi.
"Prilly!" pekik Ali dan ingin mengejarnya, tapi lagi2 lengannya ditahan. Bukan ditahan dengan Marsha kali ini, Jordan lah yg menahannya.
"Semuanya udah cukup jelas. Lo emang cowo brengsek." Jordan menekankan kata2 brengsek. Ia pun mengikuti langkah Prilly, begitu juga dengan Ghina.
"Buktiin kalo emang lo ga salah" ujar Kevin menepuk pelan bahu Ali, sebelum mengikuti langkah teman2nya. Sekarang, hanya tersisa Marsha dan Ali berdua saja.
"Li--"
"Ga usah cari gue lagi." geram Ali.
***
Ghina, Kevin dan Jordan sedang jalan bersama di koridor kampusnya, tidak ada Prilly karena hari ini kelas Prilly diliburkan, dosennya sedang sakit.
"Vin, kok gue ga liat Ali sih? Udah 3 hari loh, gue ga liat tu bocah" bisik Ghina pada Kevin, ia tak mungkin membicarakan tentang Ali kepada Jordan. Karena, Jordan sudah sangat kesal dengan Ali. Saat mendengar namanya pun, Jordan sudah geram.
Kevin hanya mengendikkan bahunya tanda tak tahu.
"Gue denger kali" samber Jordan dengan dingin. Ghina hanya cengengesan ga jelas melihat Jordan yang keliatannya sangat muak dengan Ali.
"Piss, gue kan cuma nanya Jo.. Apa salahnya, sih? Ali kan, temen kita juga" Ghina mengacungkan dua jarinya.
"Ape lo bilang? Temen? Temen kita? Dih, ogah banget. Temen lu sih, iya." serang Jordan ganas.
"Yaah.. semarah itu, ya?" Ghina bertanya dengan polos.
"Ehh, denger ya Ghinsal alias Ghina Salsabila, gue udah pernah bilang kan ga usah bahas si Alibaba lagi? Yaudah. Karena gue udah ga peduli lagi sama tu bocah!" Jordan berjalan mendahului Kevin dan Ghina. Ghina menoleh ke Kevin yang sedang geleng2 kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Fanfiction"Berilah aku satu kesempatan dan aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik." Kisah tentang seorang Playboy yang hobby mengganti-ganti pacar tiap minggunya. Aliando Syarief, cowok playboy terkenal di kampusnya. Tetapi hidupnya berubah setelah...