"Marsha, Prilly?" ucap Ali yang ternyata sedaritadi ada di belakang mereka.
Prilly menoleh dan menatap nanar Ali, sedangkan Marsha hanya bisa diam di tempat.
"Kalian kenapa ribut?" tanya Ali lagi. Ah, syukurlah Ali tidak mendengar percakapan antara Marsha dan Prilly.
"Gu..gue.." gumam Prilly
"Gapapa." balas Marsha. Dengan mata yang sembab, ia segera berlalu dari Ali dan Prilly.
Prilly hanya bisa menatap punggung Marsha yang semakin lama semakin menjauh dari hadapannya.
"Prill.." Ali mencoba mendekati Prilly dan mengelus bahunya.
"Li.. jangan deketin gue lagi." Prilly menepis tangan Ali yang mengelus bahunya kemudian melangkah pergi dari hadapan Ali, sosok yang sangat dirindukannya namun harus ia jauhi demi sahabatnya sendiri.
"Prill! Tunggu, tapi kenapa?" Ali mencoba mengejar Prilly
"Gue ga bisa." ucap Prilly tanpa menatap Ali, ia tidak ingin tatapan teduh Ali malah membuat Prilly susah untuk menjauhinya.
"Prill kenapa? Ga bisa kenapa Prill? Gue ga bisa jauh dari lo. Lo kenapa sih?!" Ali memegang kedua bahu Prilly.
"Gue ga bisa Ali, ga bisa!" pekik Prilly menolak pegangan Ali. Ali membawa Prilly ke dalam pelukannya, ada apa dengan gadis ceria di hadapannya ini?
"Ali lepasin!" Prilly meronta dalam pelukan Ali, tapi tetap saja kekuatan Prilly tidak sekuat Ali. Ali malah semakin mendekap Prilly.
"Ali..." lirih Prilly dan kemudian membalas pelukan ali erat.
"Jangan mencoba menjauh dari gue Prill.. gue ga bisa. Dan gue yakin lo juga ga bisa kan? gue ngerti itu" bisik Ali masih mengeratkan pelukannya kepada Prilly, dirasakan Prilly menganggukan kepalanya dan menitikkan airmatanya.
Ali merenggangkan pelukannya dan menyeka air mata yang ada di pipi chubby Prilly.
"Jangan nangis" Ali tersenyum dan mengelus pucuk kepala Prilly.
"Ali, lo ga denger apa2 kan tadi?" tanya Prilly memastikan.
"Enggak." Ali menggelengkan kepalanya.
"Kalian ada masalah ya?" tanya Ali, Prilly mengangguk pelan.
"Ga usah dipikirin, di dalam persahabatan pasti pernah ada masalah kok." jelas Ali yang begitu menenangkan hati Prilly. Adem banget rasanya denger suara Ali yang lembut gitu.
"Iya Li, makasih ya"
"Ekhemm. Ternyata ya lo berdua, gue cariin dari tadi ehh taunya lagi pelukan disini" terdengar suara sahabatnya, Ghina. Ghina datang bersama Jordan.
"Eh ada lo Ghin, Jor" seketika ali dan prilly melepaskan pelukannya sebelum melirik satu sama lain.
"Lengket bener tuh ye, udah kayak lem uhu" ledek jordan disertai tawanya.
"Lengket2 gini masih sebastian loh Jor" timpal Ghina.
"Sebastian?" tanya ali dan prilly bersamaan.
"SEBATAS TEMAN TANPA KEPASTIAN" balas Jordan dan Ghina kompak. Mereka pun terkekeh kemudian kabur.
"Haduh, kelakuan tuh anak berdua." dengus Prilly.
***
Malam harinya, marsha tampak murung. Marsha mengambil gadgetnya lalu mengutak-atik gadgetnya tersebut dan membuka aplikasi instagram.
@prillylatuconsina96 post a photo.
Marsha melihat foto Prilly yang likenya bisa terbilang banyak, kemudian marsha iseng2 melihat commentnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
Fanfiction"Berilah aku satu kesempatan dan aku akan memanfaatkan kesempatan itu dengan baik." Kisah tentang seorang Playboy yang hobby mengganti-ganti pacar tiap minggunya. Aliando Syarief, cowok playboy terkenal di kampusnya. Tetapi hidupnya berubah setelah...