04. Pindah Rumah🔮

62 13 6
                                    

"Kamu pulang langsung istirahat ya, sayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu pulang langsung istirahat ya, sayang. Mama tahu ini hari yang berat untuk kamu. Dan mama sangat berterima kasih sama kamu karena kamu mau melakukan pernikahan mendadak seperti demi Tante Zarrin. Makasih sayang," ungkap Luna yang tidak bisa menahan tangisnya Lagi.

Sekarang, mereka berdua tengah berada di area parkir menunggu Haikal-papa Adiva yang tadi katanya ingin membicarakan sesuatu pada Bintang.

Adiva kembali memeluk mamanya erat. Pernikahan ini Memang berat untuk Adiva. Namun, Adiva sendiri yang tadi menyetujui nya atas kemauannya sendiri. Setidaknya, Adiva bisa membalas kebaikan Tante Zerrin pada keluarganya.

Mamanya pernah bilang, kalau saj dulu tidak ada Tante Zerrin di kehidupan mamahnya, mungkin sekarang Adiva tidak akan ada. Sebab, Luna saja mungkin juga tidak ada di dunia ini lagi kalau bukan berkat bantuan Tante Zerrin.

"Walau kalian di satukan dengan car seperti ini, mama berharap semoga kalian tidak akan pernah berpisah. Tolong jaga kepercayaan mamah, sayang. Dan sekali lagi, mama sangat berterima kasih sama kamu," ungkap Luna lagi Yang rasa nya kata terima kasih saja tidak cukup Untuk membalas pengorbanan yang sekarang anaknya lakukan untuknya dan sahabat baik nya.

Adiva mengeratkan pelukannya. "Mama tidak perlu seperti ini. Diva sangat sayang sama mama. Dan semua ini Adiva lakukan karena, Adiva sangat menyayangi mama sekaligus berterima kasih dan membalas kebaikan Tante Zerrin yang pernah menyelamatkan nyawa mama. Jika bukan karena Tante Zerrin, Adiva mungkin tidak akan pernah bisa merasakan punya mama yang hebat seperti mama,"

Luna mengangguk. "Terima kasih, sayang."

Sementara itu di sisi lain, bintang yang sekarang tengah duduk di taman rumah sakit bersama ekhmmm, papa mertuanya itu dengan seksama mendengarkan semua yang di katakan oleh papa mertuanya.

"Mungkin ini semua juga mendadak untuk kamu. Tapi, papa berharap kamu bisa menjadi sosok laki-laki gentle yang bisa bertanggung jawab dengan apa yang kamu miliki sekarang. Bukan karena Adiva anak perempuan papa satu satunya lantas papa jadi berbicara seperti ini sama kamu. Tapi, satu hal harus kamu tahu, laki-laki itu yang di pegang adalah omongannya," Nasihat Haikal pada menantunya.

Bintang mengangguk paham. "Bintang tahu, pa. Terima kasih untuk nasihat nya. Dan Jujur, semua ini memang terlalu mendadak sampai rasanya Bintang kebingungan sendiri. Mungkin Bintang tidak bisa berjanji sama papa untuk tidak membuat Adiva menangis, tapi satu hal yang mungkin bisa membuat papa lebih lega, Bintang tidak akan menganggap pernikahan ini hanya sebuah permainan semata. Bintang akan mempertahankannya apapun yang nanti akan terjadi. Karena, mama sendiri yang memilih Adiva untuk Bintang,"

Haikal tersenyum puas saat mendengar jawaban dewasa anak muda yang duduk di samping nya itu. Haikal menepuk pelan pundak bintang seperti memberikan kepercayaannya kepada lelaki itu. "Ayo kita pulang. Kalian butuh istirahat," ajaknya langsung di angguki oleh Bintang.

"Iya, pa."

Keduanya berjalan beriringan di hari yang sudah semakin sore itu menuju ke arah parkiran rumah sakit di mana mobil mereka berada. Telah selesai akad pernikahan, mereka memang tidak lantas langsung pulang.

Mereka memilih untuk menunggu Zerrin yang tidak ada kemajuan sama sekali. Kondisinya masih parah seperti sebelumnya. Dan mereka hanya bisa berharap dan menunggu keajaiban dari tuhan dengan memberikan umur panjang untuk Zerrin.

Tentu bintang sangat mengharapkan hal itu bisa terjadi pada mamanya walau rasanya sangat tidak mungkin.

Dokter yang menangani mamanya pernah bilang kalau umur mamanya paling lama sekitar sekitar tiga bulan lagi. Namun, bukan kah umur dan maut itu ada di tangan tuhan? Jadi, bolehkan bintang berdoa pada Tuhan untuk memberikan mukjizatnya.

"Ayo kita pulang." Ajak Haikal sesaat setelah kedua nya sampai di tempat Adiva dan mamanya itu menunggu.

"Bintang bawa mobil sendiri, pa." Ucapnya yang memang sedari awal ia datang, bintang memang membawa mobil sendiri.

"Kalau begitu Adiva kamu ikut nak Bintang, ya. Hitung-hitung mengakrabkan diri,"

"Tapi ma," belum sempat Adiva membantah perkataan nya tadi kembali terpotong ketika mamanya kembali menyela.

"Sayang, kamu harus ingat kalau sekarang, nak Bintang adalah suami sah kamu. Dan kamu harus nurut apa kata nak Bintang," nasihatnya.

"Dan satu lagi... Pa, buka bagasi mobilnya," lanjutnya yang setelah nya menyuruh Haikal untuk membuka bagasi mobil Meraka.

TBC

Bintang's is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang