07. Triple Kill 🔮

34 4 6
                                    

"Woy! Berhenti di sini saja, Kak! Jangan sampai ke dalam sekolah!" pekik Adiva panik ketika motor yang ia tumpangi dan dikendarai oleh Bintang itu sudah melewati halte yang tadi dijanjikan laki-laki itu untuk berhenti di sana.

"Jamnya mepet banget. Ntar yang ada lo nggak boleh masuk karena telat." jawab Bintang sedikit berteriak.

Dan akhirnya, Adiva hanya bisa pasrah ketika motor yang ia naiki itu melewati gerbang sekolah dan tentunya langsung mendapatkan banyak berbagai tatapan terkejut dari para warga sekolah.

Bagaimana tidak mereka terkejut saat mereka baru saja menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, ketua geng yang paling tersohor di sekolahnya itu pergi ke sekolah dengan membonceng seorang wanital Dan lagi, mereka juga bisa melihat dengan jelas wajah Adiva di balik kaca helm yang bening itu.

Adiva hanya bisa meringis dalam hati dan menundukkan kepalanya dalam walau rasanya percuma.

Apalagi saat, motor yang Bintang kendarai itu melaju pelan ke arah deretan motor sport lain yang mana bagian tersebut sudah di klaim milik Xetrapati. Dan di sana, anak Xetrapati masih berkumpul!

Kalian tentu sudah bisa membayangkan bagaimana kondisi Adiva sekarang, bukan?! Apalagi saat suara-suara anggota Xetrapati mulai terdengar nyaring di telinganya.

"Ciee, bang Bintang udah nggak jomlo lagi, nih kayaknya." seru seorang laki-laki manis yang mengenakan jaket bertuliskan Xetrapati yang melapisi seragam sekolahnya.

Dia adalah Leon, anak Xetrapati dibawah angkatan Agler yang mana diketuai oleh laki-laki tampan bernama Edgar, adik sepupu Agler sendiri.

Tanpa mendengarkan semua suara-suara anak Xetrapati, Adiva segera turun dari motor Bintang dan segera beranjak pergi dari sana.

"Wait! Mau ke mana?" cegah Bintang yang langsung menarik pelan sebelah tangan Adiva agar tidak segera beranjak dari sana.

"Ke kelas! Gue ada piket!" terangnya sedikit keras.

"lya, gue tau. Tapi lo yakin ke kelas masih pake helm gitu?"

Seketika, Adiva kembali mendengar gelak tawa dari anak-anak Xetrapati yang menertawakan kebodohannya.

Adiva sendiri pun langsung merutuki kebodohannya sendiri. Dan dengan segera, ia langsung melepaskan heim tersebut dari kepalanya.

Namun, pada dasarnya Adiva yang terburu-buru itu, membuatnya tidak kunjung bisa melepaskan helm tersebut. Dan akhirnya, Bintang ikut turun tangan dengan kembali menarik kedua tangan Adiva agar la bisa menggantikannya untuk melepaskan kunci helm tersebut.

Makin keraslah teriakan anak-anak Xetrapati yang semakin terang-terangan menggodanya itu.

Dan karena tidak ingin mendengar semakin jauh hingga membuatnya menjadi bahan ejekan, Adiva segera berlari dari sana setelah helm yang la pakal tadi berhasil dilepas oleh Bintang dari kepalanya

"Woy Hati-hati!" peringat Bintang keras hetika melihat Adiva yang berlari itu tersandung oleh sebuah batu yang syukurnya tidak sampai membuat Adiva jatuh tersungkur.

Dan mungkin kalau sampai itu terjadi, anak-anak Xetrapati akan semakin membullynya. Double kill!

Bintang sendiri kembali berjalan sampai menaruh helm Adiva tadi ke atas motornya. Lalu, Bintang melepaskan helmnya sendiri dan menaruhnya juga ke atas motornya.

"Lo jadian sama Adiva?" tanya seorang anak Xetrapati lagi yang tidak lain adalah sahabat dekat Bintang sendiri, Kenzo.

"Enggak." jawab Bintang singkat. Tidak mungkin bukan, Bintang mengatakan yang sebenarnya setelah sebelumnya ia sudah berjanji pada Adiva untuk tidak membocorkannya pada orang lain, termasuk sekalipun itu sahabatnya sendiri.

Bintang's is my husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang