Bab 01

6K 412 24
                                    

Flashback

Ctas!

Ctas!

Ctas!

Suara cambuk menggema di ruangan kumuh, kotor, dan tercium bau amis darah.

Terlihat seorang pemuda yang tak berdaya, sedangkan seorang pria paruh baya yang mencambuk punggungnya berkali-kali.

"Dasar anak tidak berguna!, mati saja kamu!" Ucap pria paruh baya itu sambil mencambuk punggung pemuda itu tanpa henti.

Alvian Mahatma, pemuda 17 tahun, yang memiliki wajah yang tampan, memiliki sifat dingin dan acuh tak acuh, kini pemuda itu sedang di hukum oleh sang ayah, karena nilainya turun dua poin.

Keadaan Alvian saat ini tidak bisa di bilang baik-baik saja, darah merembes kemana-mana, tubuhnya yang tidak luput dari luka cambukan dan sayatan dan sang ayah.

"Ma-maaf dad" Lirih Alvian dengan suara yang terbata-bata.

Ctas!

"Maafmu tidak berguna!, kamu membuat saya malu!, mati saja kamu!!" Marah pria paruh baya itu yang berstatus ayah.

"Uhuk...kuakh!!" Alvian memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya. Ia tidak berdaya, sekarang tubuhnya sudah terkulai lemah di lantai, darah mengalir dari pelipisnya.

Petra—ayah Alvian menghentikan kegiatannya ketika melihat Alvian yang sudah tidak berdaya, ia melempar asal cambuknya, tanpa memperdulikan keadaan Alvian, ia pergi meninggalkan ruangan itu.

Sedangkan Alvian yang melihat kepergian Petra hanya bisa pasrah, pengelihatannya berkabut, tubuhnya sakit luar biasa.

"Aku harap, aku tidak akan pernah bangun lagi" Gumam Alvian sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.

Flashback off

Terlihat seorang anak balita yang manis sedang tertidur pulas di kasur dengan guling di kedua sisi balita itu. Perlahan kelopak mata balita itu terbuka memperlihatkan netra mata yang berwarna biru.

Mata itu terlihat sayu, menambahkan kesan tambah imut, perlahan balita itu bangun dengan sedikit susah payah.

"Apa yang terjadi?, kenapa aku bisa ada di sini?" Batin Alvian yang kini jiwanya memasuki raga Sorang balita.

Alvin belum menyadari bahwa ia berada di raga seorang balita. Namun beberapa menit dalam lamunannya, ia menguap, ketika ia melihat tangannya yang kecil, ia membulatkan matanya terkejut.

"Kenapa tanganku menjadi kecil!?" Batin Alvian bertanya-tanya.

Ia menoleh ke samping tepat adanya cermin besar, ia terkejut ketika melihat tubuhnya yang kecil, imut, dan manis.

"Ancat!" (Bangsat) Alvian mengumpat ketika melihat tubuhnya yang menjadi balita manis dan imut. Sial dia tidak cocok mengumpat di tubuh balita itu, karena ucapannya yang menjadi cadel.

"Jangan katakan kalau aku mengalami Transmigrasi!" Batin Alvian emosi. Ia mencubit lengannya, dan ya, itu sakit.

"Sial!, ini nyata!" Alvian menjerit dalam hati, rasanya ia akan mengamuk, kenapa ia harus bertransmigrasi ke tubuh balita ini, kenapa tidak ke tubuh remaja yang seumuran dengannya.

Sekarang ia benar-benar emosi, ia menghentak hentakkan kakinya yang kecil dan pendek itu, rasanya ia akan berteriak kencang, namun anehnya ia malah menangis terisak, berbeda dengan perasaannya yang sedang emosi.

Ceklek

Pintu kamar itu terbuka membuat Alvian mengalihkan pandangannya kearah sumber suara, terlihat seorang wanita dan pria masuk ke dalam, yang tampaknya umur mereka masih dua puluhan, namun sebenarnya umurnya sudah hampir enam puluh tahun.

Baby Avi [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang