Ceklek
Pintu ruang khusus OSIS terbuka. Gara masuk dengan Avi yang masih berada di dalam gendongannya, di ikuti seorang bodyguard yang membawakan tas yang isinya keperluan Avi.
Gara mendudukkan Avi di sofa, ia juga ikut duduk di sampingnya. Gara melirik bodyguard itu memberi kode untuk pergi, mengerti akan kode isyarat dari tuan mudanya, bodyguard itu pergi undur diri.
Avi hanya duduk diam, manik matanya menatap polos Gara. Gara yang gemas melihat tatapan polos Avi mengecup wajah anak itu tanpa henti. Sehingga membuat si bayi merengek kesal. Tangan mungilnya mencoba mendorong wajah Gara untuk menjauh dari wajahnya.
Tidak ingin membuat sang bayi menangis, Gara menghentikan aksinya. Ia mengangkat tubuh Avi ke pangkuannya.
Dapat ia lihat, Avi yang menatapnya tajam, namun jatuhnya imut itu. Gara terkekeh kecil melihat hal itu. Tidak heran, keturunan keluarga Ravenzia memang mempunyai sifat seperti itu.
Cup
Dengan lancang, Gara mengecup bibir mungil nan merah itu. Membuat Avi terdiam kaku, matanya menatap Gara polos. Ia mencoba mencerna sesuatu yang baru terjadi padanya.
Sesaat kemudian bibirnya melengkung ke bawah, menandakan ia akan menumpahkan air matanya.
Gara yang melihat hal itu menjadi gelagapan. Dengan segera ia bangkit dan menimang tubuh kecil Avi, ia mengusap punggung kecil Avi dengan lembut, mengucapkan kata maaf berkali-kali.
Avi menangis kencang. Dalam hati ia terus mengumpati Gara habis-habisan. Sial! Dia kehilangan kesuciannya!
"Gara sialan! Bajingan kau Gara! Dasar mesum!!" Segala umpatan kasar Avi berikan pada Gara.
Seandainya ia sudah SMP mungkin ia akan berani untuk membunuh Gara. Atau bahkan membuat lelaki itu terjun bebas di jurang.
Sepuluh menit telah berlalu, tangisan Avi sudah tak sekencang sebelumnya, walaupun masih sesegukan.
"Baby, maaf hm. jangan nangis lagi, sayang" Ucap Gara lembut, tangan besar dan sedikit berurat mengusap lembut air mata Avi.
Avi saat menangis membuat keimutannya bertambah dua kali lipat. Mata yang sembab, hidung yang merah, begitu juga dengan pipinya.
Mata yang sembab itu menatap Gara kesal. "Sshh" Desis Gara kaget, ketika Avi yang tiba-tiba saja menggigit lehernya.
Gara membiarkan Avi menggigit lehernya, lagipula itu tidak akan sakit, gigi Avi belum tumbuh dengan sempurna, jadi ia tidak akan merasakan sakit sedikitpun.
Melihat Gara yang tidak bereaksi apapun, hal itu membuat Avi semakin kesal. Tangan kecilnya mencubit kuat leher Gara, membuat sang empu langsung mendesis sakit. Cubitan kecil itu sedikit sakit.
"Sshh, Baby.. jangan di cubit" Ucap Gara lembut, tangan besarnya mengelus tangan kecil nan lembut milik Avi.
Tangisan Avi mulai reda. Mata bulatnya menjadi sayu dan berat, Gara masih tetap dengan posisinya. Berdiri sambil menggendong tubuh kecil Avi, tangannya menepuk pelan pantat si bayi. Hal itu membuat Avi semakin terhanyut, matanya memberat, hingga tertutup rapat.
Merasa tidak ada pergerakan dari sang bayi. Gara paham kalau Avi sedang terlelap, perlahan ia mendudukkan dirinya di sofa, lalu mengubah posisi Avi menyamping di pangkuannya.
Avi menggeliat, namun dengan cepat Gara mengusap di tengah-tengah alis sang bayi. Seperti mengelus dahi kucing, hal itu ampuh, membuat Avi berhenti menggeliat.
Ceklek
Pintu ruang OSIS terbuka, memperlihatkan beberapa pemuda tampan yang masuk ke dalam dengan langkah pelan. Itu adalah teman-teman Gara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Avi [SLOW UPDATE]
Teen FictionBagaimana jika seorang remaja yang berumur 17 tahun bertransmigrasi ke tubuh seorang bayi yang baru berumur satu tahun? Alvian Mahatma berumur 17 tahun memiliki wajah yang tampan, rahang yang tegas, sifat yang dingin dan acuh tak acuh, ia mati kare...