"Baby Avi, ayo ke sini sama oma" Panggil seorang wanita paruh baya Berlin Ravenzia. Wanita itu merentangkan kedua tangannya, namun Avi memilih diam dan menatap polos Berlin.
Matanya menatap sekeliling begitu banyak orang di ruang tengah ini yang sedang menatapnya dengan tatapan lembut, membuatnya sedikit merinding di buatnya.
Melihat keterdiaman Avi, Lea mengerutkan keningnya. "Ada apa baby?" Tanya Lea membuat Avi langsung menatap kearah Lea.
Avi terdiam sejenak, namun tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya. Ia menatap kearah pintu utama mansion.
"Icuh, icuh, uway" Avi menunjuk kearah pintu mansion, ia ingin berjalan-jalan keluar dari mansion. Sekaligus ingin melihat seberapa luas mansion Ravenzia milik Dominic.
Mereka semua mengalihkan pandangannya kearah pintu mansion yang di tunjuk oleh si bungsu. Setelah itu, mereka kembali menatap kearah Avi.
"Sayang, ini sudah mau sore, di luar dingin, di sini aja ya, kita main" Ucap Lea lembut, membuat Avi menggelengkan kepalanya, matanya mulai berkaca-kaca.
"Uway!, uway!" Avi memberontak ingin di lepaskan oleh Lea. Bahkan kini Avi mulai mengamuk, Lea menatap kearah Dominic untuk meminta persetujuan.
Dominic menghela nafas panjang, tidak biasanya bungsunya ini sangat rewel ingin keluar, biasanya dia akan menurut.
"Hanya sebentar" Ucap Dominic dengan keterpaksaan. Lea menganggukkan kepalanya lalu bangkit dari duduknya dengan Avi yang berada di gendongannya, ia menatap kearah seluruh keluarganya.
"Maaf semuanya, aku harus membawa Avi sebentar" Ucap Lea di balas anggukan oleh mereka semua.
Setelah mendapatkan anggukan oleh mereka semua, Lea mulai melangkah meninggalkan ruang tengah.
"Aku akan menyusul mommy" Ucap Gara bangkit dari duduknya dan pergi menyusul sang mommy dan Avi.
Setelah kepergian Gara, Lea dan Avi, di ruang tengah terjadi keheningan beberapa menit.
"Untuk apa kalian datang kemari?" Tanya Dominic datar memecahkan keheningan.
"Kenapa?, kau tidak suka kami datang kemari!?" Tanya seorang pria paruh baya, itu adalah ayahnya Dominic Marcello Ravenzia.
"Bukan, bukan begitu maksudku, kenapa kalian datang dadakan seperti ini?" Ucap Dominic memijat pangkal hidungnya, kenapa ayahnya ini emosian, ia hanya bertanya.
"Tentu saja ingin bertemu dengan cucuku itu" Jawab Marcello dengan santai.
Mendengar hal itu, Dominic mendengus, sudah ia duga, mereka datang ke sini hanya untuk bertemu anak bungsunya itu.
1 jam kemudian..
Di luar mansion, terlihat Avi yang duduk dengan beralaskan karpet lantai plastik, mereka sedang berada di taman belakang mansion agar lebih aman dari pada taman yang di depan mansion.
"Baby, kita masuk ya, ini sudah sangat sore" Bujuk Lea, namun tidak di hiraukan oleh Avi yang sibuk memainkan bunga-bunga yang di petik, hingga hancur tak berbentuk.
"Baby, besok lagi aja ya mainnya, sekarang kita harus masuk" Ucap Gara juga membantu Lea untuk membujuk si bayi.
Namun masih sama, Avi tidak menghiraukan ucapan mereka berdua, Gara menatap Lea sambil menganggukkan kepalanya.
"Kita harus masuk kembali baby, maafkan mommy" batin Lea. Lalu mengangkat tubuh Avi ke dalam gendongannya, sedangkan Avi berusaha memberontak, namun, tenaganya tetap kalah dengan Lea.
Avi mulai menangis, namun Lea tidak perduli, ia tetap membawa tubuh Avi untuk masuk ke dalam mansion, di ikuti Gara yang berjalan di belakangnya.
Mendengar suara tangisan dari Avi, membuat atensi semua orang yang berada di ruang tengah, menatap kearah Lea yang menggendong Avi yang menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Avi [SLOW UPDATE]
Fiksi RemajaBagaimana jika seorang remaja yang berumur 17 tahun bertransmigrasi ke tubuh seorang bayi yang baru berumur satu tahun? Alvian Mahatma berumur 17 tahun memiliki wajah yang tampan, rahang yang tegas, sifat yang dingin dan acuh tak acuh, ia mati kare...