Chapter 3: Dia yang berada di planet Sunjaba (akhir)

46 5 0
                                    

Aku membuka mataku, mendapati diriku berdiri di depan patung Mokeru. Aku benar-benar kembali. Tapi, sejak kapan patung Mokeru dikelilingi kolam kecil? Aku baru sadar kalau tanganku dipenuhi dengan kantung belanjaan. Pantulan air menampakkan penampilan yang agak berbeda. Aku tidak menggunakan topi dinoku, jaket yang biasa aku pakai juga sekarang berganti menjadi jubah hijau lusuh, aku ingat, ini adalah hari kedua diriku di planet Sunjaba, warna putih di rambutku juga semakin menjalar ke area rambut coklat lain. Efek dari regresi kah?

Kalau aku mengulang lagi, apakah rambutku akan semakin memutih? Aku akan terlihat seperti kakek-kakek kalau itu terjadi. (Name) Tidak akan jatuh cinta padaku. Aku masih terbayang-bayang tubuh dingin (name) yang tergeletak di depan patung Mokeru. Apa sekarang akan berbeda karena ada kolam kecil?

"Sepertinya kejadian itu masih membekas di ingatan anda, ya"

Aku menoleh ke samping. Orang itu, orang yang sama dengan yang duduk di depan kafe. Apa maksud dia dengan kejadian itu?
"Apa maksud anda?"

"Jangan polos begitu. Saya tahu, anda mengulang lagi untuk menyelamatkan teman-temanmu dan kekasihmu"

Nafasku tercekat. Bagaimana bisa ada yang tahu aku mengalami regresi? Apa dia juga ikut ter-regresi? Tidak, aku yakin saat itu hanya ada aku, (name), dan orang yang mirip Mokeru. Dia mencurigakan. Kalau dia ingat putaran pertama, berarti di hari kejadian itu, aku dan Fang tidak akan bertemu dengannya, kan? "Sebenarnya, anda ini siapa?"

Aku tidak tahu bagaimana ekspresinya sekarang ini karena dia menggunakan topeng. Wajahnya pasti buruk rupa, jadi dia tidak percaya diri dengan penampilannya.

"Untuk sekarang, panggil saja saya Phantom. Saya permisi." Dia pergi. Aku kesal. Tidak di putaran pertama, tidak di putaran kedua, aku selalu saja bertemu dengan orang prik seperti dia. Kapan aku bisa bertemu orang waras. Ah, lupakan. Aku harus membuat rencana baru agar tak dikira penyusup dan (name) menjadi korbannya lagi. Aku tidak tahu mengapa kami bisa sampai dituduh seperti itu.

Apa karena anak kecil yang ku lupakan namanya itu, atau si pucat rambut orange? Ini semakin membingungkan. Aku mau jawaban yang konkrit. "Apa kau tahu sesuatu, hei, Mokeru?" Gumamku. Tak ada jawaban. Aku mengacak-acak rambutku. "Aku sudah gila berbicara dengan patung."

Aku pulang saja lah. Terimakasih karena sudah mengembalikan aku ke awal lagi, Mokeru. Kali ini, aku tidak akan gagal. Saat aku berbalik, aku dikejutkan oleh wajah pucat dan rambut orange. Aku tidak merasakan keberadaannya, sungguh. "Anda menjatuhkan jam anda." Aku ingat dengan jelas kalau di hari kedua aku tidak bertemu dengan si pucat orange ini. Lagian, jam ku jelas-jelas terpasang di tanganku. Sudah jelas, si pucat orange ini juga sama seperti si hantu opera. Mungkin.

"Saya tidak punya jam seperti itu, Ozero." Jangan salahkan aku kalau aku dicurigai oleh bocah ini. Dia membuatku kesal di putaran pertama. Kalau saja dia tidak hilang saat kejadian itu, (name) tidak akan kedinginan. Aku masih dendam.

"... begitu, ya. Kupikir kau tidak akan mengingat putaran sebelumnya seperti putaran-putaran lainnya." Aku bingung. Apa maksudnya putaran-putaran sebelumnya? Apa aku pernah mengulang? Apa aku pernah mati beberapa kali? "Apa maksudmu dengan putaran-putaran sebelumnya?" Ku beranikan diri untuk bertanya. Aku tidak mau mati penasaran, lagi. Putaran sebelumnya saja masih banyak yang belum terjawab. Sekarang malah ditambah lagi. Merepotkan.

"Nanti juga kau tahu. Aku pergi dulu. Dan juga, tolong jaga dia. Karena di putaran selanjutnya, aku tidak ada lagi."

Aku tidak mengerti. Bocah itu penuh misteri. Apa maksudnya dengan tidak ada lagi? Siapa dia yang si pucat orange maksud? semakin banyak teka-teki yang masuk ke kepalaku. Aku jadi pusing. Padahal tujuan kami hanya mencari Crownbot, malah berakhir memecahkan teka-teki yang mengarahkanku pada sesuatu yang tidak aku ketahui.

Regresi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang