Chapter 1: Dia yang berada di Planet Sunjaba (bagian 1)

82 8 0
                                    

Jadi, setelah merutuki power sphera yang tak jelas asal usulnya itu, kami bertemu dengan seorang gadis yang lebih muda 1 tahun dari ku. Namanya (name). Dia mengundang kami ke rumahnya karena penginapan di kota pusat sudah penuh. Dia bilang, kalau mau mencari penginapan yang masih kosong, ada di Desty. Tapi masalahnya, jarak dari kota pusat ke Desty itu seperti dari Jakarta ke Kuala lumpur. MIKIR. Untunglah ada gadis baik ini. Kalau tidak, kami pasti tidur di pesawat.

Rumahnya cukup sederhana dan terbuat dari kayu. Rumahnya juga terletak di hutan yang jauh dari kota. Tapi masih ada jalan raya. Dia memiliki lapangan yang pas untuk kami menyimpan pesawat. Dia memiliki ladang buah yang mirip seperti tomat, aku tak tahu namanya apa. Dia juga memiliki peternakan sapi. Tipikal gadis desa sekali. Rupa gadis itu juga tidak beda jauh dengan manusia-semua orang di kota pusat mirip manusia-yang membedakan hanyalah kuping mereka yang agak sedikit runcing. Seperti Fang.

Nah, sebagai balasan atas kebaikan (name), kami membantunya dalam berkebun dan beternak. Saling menguntungkan, kan.

"(Name), ini tamonya mau diletakkan dimana?"

"Ah, tolong letakkan di meja saja"

Kalau boleh jujur, (name) itu tipe calon mantu idaman. Dia serba bisa, cantik pula. Aku duduk di kursi dan memandanginya yang sedang memasak. Kurasa aku punya kebiasaan baru sekarang, memandangi (name). Aku tidak akan pernah bosan memandangi wajah cantik bak bidadari. Kalau misi ini sudah selesai, aku tidak akan bisa melihatnya lagi. Eh, bisa sih kalau aku mengajaknya untuk ikut ke bumi atau dirinya mau menjadi kekasihku. Itupun kalau dia mau.

"(Name), apa kau tertarik pacaran?" denganku?

"Pacaran? Maksudmu menjalin kasih? Tidak. Aku lebih suka hal yang lebih serius"

Itu artinya dia menolakku, kan? Pintu hatinya sulit didobrak. Kurasa aku harus menggunakan cara lain agar dia mau bersamaku. Tapi, cara apa?

"Boboiboy, kau mau mencoba ini?"

Aku menatap makanan seperti pie. Terlihat menggiurkan. Tapi, bagaimana dengan rasanya? Apakah seperti biskuit Yaya? Tampilan cantik dengan rasa mematikan? Duh, membayangkan rasa biskuit Yaya benar-benar membuatku merinding.

"Boboiboy? Kau mau mencobanya atau tidak? Kalau tidak mau, aku akan memberikannya pada Gopal"

"Aku mau!"

Aku memasukkan potongan kecil pie ke dalam mulut. Rasanya manis dan agak asam, tapi masih bisa dinikmati. Enak, dan tidak membuat pingsan. Pie ini akan menjadi makanan favoritku. Aku ingin dibuatkan terus pie seenak ini. Apa aku bawa (name) pulang saja ya? Atau ku culik saja? Toh, dia tidak punya keluarga disini. Ah, pikiran absurd, menyingkirlah.

"Bau lezat apa ini?!"

"Oh, Gopal. Kebetulan aku buat pie. Kau mau?"

"Kau tahu aku (name)"

Duh, kenapa dia kesini sih? Ah, mengganggu waktu berduaanku dengan (name). Dasar teman tidak peka.

"Lebih baik dari biskuit Yaya"

Tentu saja, siapa dulu dong yang buat. Calon istri ku gitu loh.

"Memang biskuit Yaya kenapa? Perasaan, biskuitnya enak kok"

Aku dan Gopal tersedak mendengarnya. Bagaimana bisa (name) menyukai biskuit Yaya yang mematikan itu? Pasti ada yang salah dengan indra perasanya.

"Hey, kau tidak merasa pingsan, mual atau diare?"

"Tidak"

"Kau ini makhluk macam apa?! Bagaimana bisa kau tidak merasakan apa-apa saat memakan biskuit Yaya?!"

Regresi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang