02

149 69 69
                                    

Hallo buat kalian yang lagi rebahan?, Apa nggak cape?, Haha.

Happy reading

||•02

Terlihat pepohonan yang sudah mati dan kering, serta suasana yang gelap bak malam, memberi kesan menakutkan dengan hawanya nan dingin.

Difa mengelus tengkuknya yang meremang "perasaan tadi gue ji'un deh, ko malah ke sini." Difa berfikir sejenak.

"Duh ko gue jadi merinding ya, mana gelap gini lagi."

Difa melihat sekeliling, "apa jangan-jangan." Difa memegang rambut nya prustasi, "ini neraka?, ommo-ommo jinja." Sambungnya.

"Duh ni mungkin karna dosa gue boongin mamah nih."

"Haaa mama tolong."

Difa bingung harus berbuat apa, dia menelengkupkan kepalanya di kedua lututnya ia hanya bisa terduduk pasrah, toh mau marah percuma juga kan?!, Haha.

Angin kencang bertiup suara dedaunan terbang terdengar di mana-mana, seketika membuat pandangan difa teralihkan ke sebuah cahaya putih di depannya.

Difa tersenyum riang, "m-malaikat, tolong bawa gue, engap di sini banyak nyamok."

Seketika senyum difa pudar melihat sosok yang keluar itu, "kok cewe?, sejak kapan malaikat punya gender?."

"L-lo siapa?, siti jubaidah?."

Gadis itu tersenyum hangat dan tertawa pelan mendengar apa yang dikatakan Difa "ya enggak lah."

Gadis itu mengulurkan tangan nya, "gue Difara Alena Zein."

Sang empu hanya mengernyit kan kening nya, "lo ngajak gue kenalan?."

Fara memutar bola mata malas, "nggak gue ngajak lo sungkeman pea."

Lama terdiam Difa pun membalas uluran tangan nya, "G-gue Radifa Aliana." Difa membolak balikkan tubuh fara, "lo bukan kunti kan?." Sambungnya.

"Ya nggak lah, ya kali gue setan, ya meskipun gue udah mati, tapi gue bukan setan." Jelas fara.

"Trus ape tu sebutannya?."

"Ntah qorun mungkin."

"Wuidihh busett."

Tak

Difa mengetuk dahi fara

"Aws sakit bego."

"Qorin, qorun, qorun nama bokap gue noh, kualat lo sama orang tua baru tau."

Fara terkekeh pelan, "hehe sorry, gue kan gak tau."

"Gue di mana?." Ucap difa to the point.

"Ah iya difa, ini adalah alam bawah sadar lo, kita langsung ke intinya, lo mau bantuin gue?." Fara meraih tangan difa dan menggenggamnya.

Difa menaikkan satu alisnya, "apa?."

Fara menghembuskan nafas gusar, "bantu aku buat keluarga aku sadar dan sayang sama raga aku dan buat saudara tiri aku sengsara." Jelas Fara.

RADIFA ALIANA TRANSMIGRATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang