Prolog

193 55 21
                                    

أسلموالكم ورحمتله وبركاته

بسمله حيرهمن رحيم
Happy reading


Terlihat seorang gadis yang tak henti-hentinya tersenyum tipis melihat-lihat handphone-nya. Entah apa yang tengah dia lakukan. Gadis tersebut bernama Rhizura Bryintya Rahelzia atau kerap di panggil Zura ini berusia 20 tahun.

"Lagi ngapain kamu, Ra?" tanya gadis di sebelah Zura yang sedari tadi memperhatikannya. Gadis tersebut bernama Elzia, sahabat karib Zura.

"Lagi nonton YouTube, biasa cari dakwah Gus Hidma," jawabnya dengan senyumannya.

"Katanya mau move on," ledek Zia, sesekali mencolek lengan Zura.

Zura keluar dari aplikasi YouTube, ia menghembuskan nafasnya. "Gak bisa, aku udah berusaha," lirih Zura.

"Awas, lho, nanti sakit hati kalo tuh Gus Hidma di jodohkan sama yang setara."

"Tenang, aku udah siapin mental ku kok, aku ikhlas jika dia mungkin bukan jodohku. Pasti Allah mempersiapkan sesuatu yang lebih dari ini," jawabnya dengan tersenyum kecil.

"Yaudah, aku pergi dulu, ya? Mau lanjut kerja lagi," pamit Zia dan di angguki Zura.

Sebenarnya, Zura bekerja di cafe dekat dari rumahnya. Ia lebih memilih bekerja, ketibang berkuliah. Karena orang tuanya tidak mampu membiayai kuliah Zura lebih lanjut.

Keluarga Zura berada di kota Bandung, sedangkan dirinya merantau di kota Jakarta untuk mencari pekerjaan. Setiap bulan, setengah gajiannya akan ia kirim ke orang tuanya di bandung, sedangkan setengahnya lagi ia pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Dirinya juga tidak lupa untuk bersedekah dan menyimpan uang untuk ia tabung.

Karena ini masih jam waktu istirahat, Zura kembali memainkan handphonenya. Ia menekan aplikasi Instagram di handphonenya. Zura meng-scroll Instagram.

Kemudian, sebuah posting lewat berandanya, membuat ia tersenyum kecut.

Posting ....

Sudah terbukti bukan?
Gus bersanding dengan Ning
Ustadz bersanding dengan Ustadzah
Habib bersanding dengan Syarifah
Santriputri bersanding dengan santriputra

Sedangkan kita gadis biasa akan bersanding dengan siapa?

"Aku tahu itu, sedangkan aku gadis biasa sangat tidak setara dengannya yang seorang Gus. Bahkan aku saja, masih jauh dari kata lebih baik," monolognya.

"Tapi aku yakin, Allah akan mempersiapkan yang terbaik untuk orang baik. Bahkan diluaran sana tidak sesuai dengan apa yang kita pikirkan, banyak seorang ustadz menikah dengan gadis biasa. Tapi aku tidak yakin, akan hal itu." Zura segera keluar dari aplikasi Instagram dan menutup ponsel.

Allahuakbar, Allahuakbar ...

Tidak lama kemudian, adzan dhuhur berkumandang.

"Lebih baik aku sholat dhuhur dulu saja." Zura segera bangkit untuk menunaikan ibadah sholatnya. Ia meninggal tempat yang ia tempati tadi.

***

Di sisi lain, seorang pria tengah membereskan kitab-kitab yang berada di mejanya. Saat mendengar adzan, dirinya segera membereskan semua barang-barang yang ia pakai tadi.

"Assalamu'alaikum, Gus Hidma," sapa seorang pria memakai kemeja koko dan peci di kepalanya.

Hidmafan Al-Fath Zonedo, seorang pria berusia 23 tahun. Merupakan seorang Gus di pondok pesantren Al-fatah, sekaligus pendakwah yang terkenal di Indonesia.

"Wa'alaikumussalam, ada apa, ustadz?" tanya Hidma pada seorang pria dihadapannya yang merupakan Ustadz di pondok pesantren ini. Pria tersebut bernama Ustadz Farhan, teman dekat Gus Hidma yang sering menemaninya saat berdakwah.

"Afwan, Gus besok ada jadwal Dakwah di kota Jakarta," ucap Ustadz Farhan dengan sopan.

"Na'am, nanti saya akan bersiap-siap untuk besok. Syukron, atas informasinya," ucap Gus Hidma.

Ustadz Farhan menganggukkan kepalanya, kemudian ia berpamitan pada Gus Hidma untuk pergi.

"Kalo gitu, saya pamit Gus, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuhh."

Setelah kepergian ustadz Farhan, Gus Hidma segera pergi dari ruangannya menuju masjid pesantren untuk menunaikan ibadah sholatnya.

Bersambung ••••

Jangan lupa vote dan komen ya....

HIDMAFAN AL-FATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang