Chapter 4 || perasaan apa ini? ||

59 30 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم



"Jika dengan orang yang salah saja kamu mampu mencintai dengan sebegitu indahnya, lantas bagaimana jika kamu mencintai orang yang tepat?"

_Ustadz Hanan Attaki_

"Rayu dulu penciptanya, baru ciptaanya."

Acara masih di mulai, suara notifikasi ponsel Zura berbunyi. Dengan cepat ia membuka aplikasi berlogo WhatsApp tersebut.

"Dari siapa, Ra?" tanya Zia melihat Zura masih fokus pada ponselnya.

"Hah? Oh, ini ... pesan dari bapak, katanya ibu sama bapak udah ada di depan kos-an," balas Zura masih setia pada ponselnya.

"What? Terus ini gimana? Kita lanjut atau pulang?" pekik Zia kaget.

Zura mematikan ponselnya, dan memasukkan kembali pada tasnya. "Ya gimana lagi? Kita harus pulang, kalau kamu mau di sini gak papa. Cuma aku gak bisa antar kamu balik lagi," jawab Zura.

"Yahhh, kapan-kapan lagi kita nonton acara yang diisi langsung sama Gus Hidma, Zura," ucap Zia dengan lirih.

"Kapan-kapan aja, Zi. Kasian ibu bapa aku di depan kos-an," ucap Zura, ia bersiap untuk berdiri.

"Yaudah, kita pulang," pasrah Zia.

Mereka bersiap untuk pulang, sedangkan di sisi lain Gus Hidma menatap ke arah Zura bingung. Ia menaikan alisnya sebelah.

"Kemana dia pergi?" batin Gus Hidma bertanya-tanya saat Zura bersiap pergi.

Begitu pula ustadz Farhan, ia sedari tadi tatapannya mengarah terhadap Zura.

"Yah, pergi. Padahal baru ketemu, semoga nanti kita ketemu lagi ya," batin Ustadz Farhan masih setia menatap kepergian Zura.

"Saya penasaran dengan gadis itu? Kenapa perasaan saya tidak karuan saat melihatnya, ya?" batin Gus Hidma. Raut wajahnya sedikit gelisah saat Zura meninggalkan acaranya.

"Padahal saya berharap, dia menonton acara ini sampai selesai. Tapi, dia malah pergi," lirih Gus Hidma membatin.

***

Setelah Zura mengantarkan Zia ke rumahnya, dirinya pun langsung pulang. Di sana ia melihat ibu dan bapaknya berada di depan teras kos-annya.

Ia segera memarkirkan motornya, dan menghampiri kedua orang tuanya. "Assalamualaikum, Bu, Pak, maaf lama. Tadi Zura habis nganterin temen Zura," ucap Zura menyalimi kedua orangtuanya.

"Tidak apa-apa, nak," ucap Fadri-bapak Zura.

"Ibu sama bapak baru juga tiba," lanjut Fira-Ibu Zura.

"Kalau begitu, ayo masuk." Zura berjalan ke arah pintu, dan mengambil kunci dari tasnya.

Setelah di buka, Fira dan Fadri memasuki ke kosan Zura, mereka menatap ke sekeliling.

Mereka segera duduk lesehan di atas karpet di bawah. "Maaf, di sini gak da kursi," ucap Zura sembari mengangkat barang-barang yang di bawa oleh kedua orang tuanya.

"Gak papa, nak. Bukannya kita udah biasa? Di sana juga gak ada yang namanya kursi," jawab Fadri.

"Oh, iya, kenapa bapak sama ibu ke sininnya mendadak?" tanya Zura.

Setelah Zura meletakkan barang kedua orang tuanya, ia segera menutup pintu dan menghampiri Fadri dan Fira.

"Maaf, kita ke sini mendadak. Udah lama ibu sama bapak gak jenguk kamu. Oh, iya, besok Abang kamu akan ke sini, dia katanya mau cari kerja," ucap Fira.

HIDMAFAN AL-FATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang