Chapter 9 || Cincin untuk siapa? ||

31 9 0
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
Happy reading




Vote terlebih dahulu sebelum baca ya, Sholeh Sholehah 🙃

"Jika aku mengatakan bahwa kamu adalah orang pertama yang aku cintai secara hebat melalu jalur langit, apa kamu akan percaya padaku?"

-Hidmafan Al-Fath-

"Kegagalan tidak mungkin akan membuat kita menyerah, justru sebaliknya ... itu akan membuat kita semakin semangat. Bukan begitu?"

-Ustadz Farhan-

"Terkadang yang membuatmu gelisah bukanlah musibah yang menguji, Tetapi bahasa rindu Allah yang gagal kau pahami"

-Abdul Qodir Al-Jailani-

Gus Hidma memasuki ndalem, ia melihat sang umi tengah duduk dengan kitabnya yang berada di tangan.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarrakatuh, umi," salam Gus Hidma, ia mendekati sang umi dan menyalimi tangan umi Syifa.

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarrakatuh. Lho, udah pulang kamu, nak?" kaget Umi Syifa.

Gus Hidma menggeleng-gelengkan kepalanya. "Belum, Hidma masih di mesjid, mi," ucapnya dengan terkekeh.

"Kamu ini, ya," geram Umi Syifa.

"Yakan umi lihat Hidma ada di sini, pasti udah pulang, Umi cantik," ujar Gus Hidma dengan memberikan senyumannya pada Sang Umi.

"Maksud Umi itu, tumben kamu awal ke sininya. Gak ada kelas ngajar santri gituh?"

"Enggak, tadi Ustadz Zefan gantiin Hidma."

Hidma membenarkan duduknya dan menatap sang umi. "Umi," panggil Hidma.

"Ya, ada apa toh, nak?" tanya Umi Syifa menghentikan kegiatan membacanya, ia beralih menatap ke arah sang anak.

"Emmh, kenapa ning Syhila berada di sini? Bukankah, beliau berada di pesantren Kyai Abdurrahman?" tanya Hidma.

"Apakah tidak ada yang direncanakan beliau tentang perjodohan waktu itu? Afwan, jika Hidma su'udzon, Hidma gak bermaksud seperti itu," lanjut Gus Hidma menundukkan kepalanya.

Umi Syifa tersenyum tipis kala mendengar pertanyaan Gus Hidma. "Kamu gak boleh su'udzhon dong, Ma. Ning Syhila akan mengajar para santriwati di pesantren ini, Kyai Abdurrahman sendiri yang menitipkannya pada Abi," jelas Umi Syifa.

Gus Hidma menganggukkan kepalanya pertanda ia mengerti. Walaupun ia menolak perjodohan dengan Ning Syhila, dan Umi-nya mengatakan tidak apa-apa. Tapi Gus Hidma tau, raut kekecewaan dari sang Umi.

Mungkin, Umi-nya berharap dirinya bersanding dengan Ning Syhila. Tapi dirinya tidak mempunyai perasaan apa-apa, dan tidak ingin menikah tanpa di dasari rasa. Terkadang masalah ini membuat rumit, sulit untuk mengambil keputusan.

HIDMAFAN AL-FATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang