Chapter 6 || Bertemu kembali ||

52 19 2
                                    

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم




"Mau kita beli seisi dunia pun, kita gak bakal bisa beli hatinya kalau bukan kita yang dia mau."

-Ustadz Hanan Attaki-

"Cinta kita tidak bisa menyatu, karena penghalang dinding yang tinggi bagi seorang gadis biasa seperti ku jika bersanding denganmu."

-Rhizura Bryintya Rahelzia-

Zura mengendarai motornya menuju tempat halte bus, ia harus menjemput sang Abang di sana. Di sana juga sudah ada Abang nya yang tengah duduk di kursi halte bis.

Zura segera memberhentikan motornya tepat di hadapan sang Abang. "Assalamualaikum, Bang Nan. Maaf kalo Zura lama."

Radnan Alteroz-abang Zura segera bangkit dari duduknya dan menghampiri sang adik. "Wa'alaikummussalam. Gak papa, Dek, Abang juga baru tiba di sini," ujar Radnan menatap sang adik.

"Yasudah, Abang langsung naik aja. Kita pulang," titah Zura kemudian ia menyodorkan helm.

"Mending kamu turun dulu, Dek," suruh Radnan merih helmnya.

Seketika Zura melongo mendengar ucapan Radnan, masa dirinya harus turun?

"Hah?" cengo Zura menatap ke arah Radnan bingung.

Tak! Radnan menjirak keni Zura gemas. "Maksud Abang, kamu turun! Biar Abang yang bawa," ucap Radnan kembali.

"Oh, kirain mau nurunin aku," kesal Zura. Ia turun dari motornya, dan di bergilir Radnan yang membawa motornya.

***

Di sisi lain, lebih tempat di kamar milik Gus Hidma. Terlihat Gus Hidma menatap kerah depan dengan tatapan kosong. Ia mengingat kejadian dimana dirinya dengan dengan Ustadz Farhan berdebat hanya karena seorang gadis.

Tapi entah kenapa, pikirannya terus terbayang-bayang dengan gadis yang tak sengaja ia temui kemarin.

"Astaghfirullah, kamu mikirin apa sih, Ma." Gus Hidma mengusap wajahnya kasar dan terus beristighfar.

"Kenapa kamu mikirin perempuan yang bukan mahram kamu, astaghfirullah. Lebih baik saya sholat dulu." Gus Hidma bangkit dari duduknya dan berjalan ke kamar mandinya untuk melaksanakan sholat.

Bahkan, ia sesekali meminta maaf atas kelancangannya yang berani memikirkan lawan jenisnya. Bukan hanya itu, Gus Hidma juga sesekali menyebutnya di dalam doanya.

Ia berharap, Allah mengabulkan doanya. Saat ini yang harus Hidma lakukan adalah terus berdoa pada Allah. Jika hasilnya dia bukannya, maka ia akan mengikhlaskan bersama orang lain.

'Rayu dulu penciptanya, baru ciptaanya!'

***

Zura dan Radnan sudah berada di kosannya. Mereka tengah menikmati makanan yang Zura beli tadi sebelum pulang.

"Kemarin ibu nitipin surat lamaran kerja ke Zura, untuk Zura nyari lowongan di tempat kerja Zura," ucap Zura meletakkan piringnya.

Flashback on

Zura berada di halte bus, ia mengantarkan kedua orang tuanya. Sebelum berangkat, Fira menyodorkan sebuah map coklat kepada Zura.

HIDMAFAN AL-FATH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang