BAB 7

6 1 0
                                    

Malam ini adalah ulang tahun Om Wilmer.

Seperti biasa, Miranti yang akan membantu Tante Tasha istri Om Wilmer menyiapkan urusan dapur.

Sore itu semua sudah selesai, Miranti mengambil kesempatan itu untuk duduk di halaman belakang sambil mengipasi dirinya. Ia menyukai taman ini karena sejuk dan damai. Tidak terlalu rimbun tapi teduh. Gemericik air di kolam dan kecipak dari para ikan Koi membuatnya sejenak merasa damai tanpa memikirkan beban apapun.

"Capek?" Suara tante Tasha membuyarkan lamunannya.

"Tidak Tante, hanya membuat kue saja tidak apa apa."

Tasha mengambil duduk disamping Miranti. Ditatapnya gadis itu lalu mengelus rambut hitamnya yang di kuncir kuda.

"Kamu makan dengan baik?" Tanyanya.

Miranti mengangguk.

Tasha mendesah lalu memandang langit sore itu.

"Poppy dan Hans sudah cerita."

Miranti memandang ke arahnya.

"Kamu tahu kalau keluarga Darwis yang paling berkuasa, Mimi. Hans berteman dengan Stevan sedari kecil. Keluarga kami sudah saling mengenal sedari dulu. Waktu itu juga terjadi keributan antara Poppy dan Stevan. Mereka bisa sebebas itu karena seperti keluarga sendiri."

"Tapi Mimi, kamu satu satunya yang terluka karena kejadian ini, kami tidak bisa memaafkan diri ini." Tasha menggenggam tangan Miranti.

Miranti tersenyum lalu meremas hangat genggaman tangan wanita paruh baya itu.

"Tidak apa apa Tante, jangan khawatir. Miranti atau bayi ini akan baik baik saja."

"Tante mendengar, kalian akan berpisah setelah bayi ini lahir."

Miranti mengangguk.

"Miranti sedari kecil sudah terbiasa susah. Tidak apa apa jika ada masalah lagi."

Miranti tersenyum sambil mengelus perutnya.

"Setidaknya anak ini tidak akan hidup kesepian tanpa ayahnya." Gumamnya.

Tasha memeluk hangat Miranti seperti anak sendiri.

________________________________________________

Acara makan makan antar keluarga itu berlangsung lancar. Tapi Miranti memilih membawa sepiring buah ke taman belakang dan menikmatinya seorang diri.

Stevi datang bersama Rossa. Mewakili kedua orang tuanya yang sedang ke Paris. Melihat kedatangan mereka membuat nyeri di dadanya. Ia memilih menyendiri daripada merusak suasana. Dan mengamati dari jauh. Hans terlihat memuja Wendy istrinya.

Dan yang menjadi drama adalah kedatangan "kekasih" Poppy, Tuan Mahmoud Mousafa, dibutik mereka memanggilnya Tuan Mamud.

Terlihat Poppy menggeret Mamud ke arah taman belakang. Miranti mempercepat kipas yang dipegangnya. Poppy yang melihatnya hanya mengerutkan alis. Dan tidak peduli ada Miranti di sekitar sana. Poppy mulai adu mulut dengan Mamud.

Miranti mengorek telinganya mendengar celotehan Poppy.

Terdengar seperti, berani berani nya pria itu datang ke rumah ini, sok ramah dengan tante dan om wilmer.

Miranti menghela napas dan berdiri sambil membawa piring buahnya di tangan kiri dan kipas di tangan kanan.

Berjalan menuju arah dapur dan tidak sengaja menyandung selang air yang membentang di taman itu. Suara piring pecah membuat Poppy histeris.

"Mimiii." Sontak Gadis itu menghampiri Mimi dan membantunya untuk duduk. Beberapa orang di dalam ruangan berlarian keluar.

Mimi meringis memegang pergelangan tangan kanannya. Mamud melihat tangan Mimi yang mulai membengkak.

"Bawa ke rumah sakit. Sepertinya terkilir."

Tiba tiba Mimi menjerit sambil memegang perutnya.

Stevi yang baru datang membelalakkan kedua matanya melihat darah merembes menembus celana Mimi.

Spontan ia menggendong Mimi, lalu membawanya ke dalam mobil.

Poppy mengusap keringat yang membanjiri kening Mimi.

"Agak cepat dong step!" Bentaknya.

Stevi yang melirik ke arah kaca spion, tampak Mimi memejamkan mata dengan kulit pucat.

Oh sial.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BUMI DAN LANGIT MIRANTITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang