Menikah..
Miranti seperti bermimpi. Hari ini ia telah menyandang nama Darwis dibelakang namanya.
Tidak ada perayaan mewah khas resepsi pernikahan.
Hanya ada jamuan makan antara keluarga Darwis dan Wilmer.
Tidak ada photo pernikahan. Karena Stevi tidak berkenan.
Keluarga Darwis sendiri terkenal karena tertutup. Bahkan tidak ada satupun photo kebersamaan dirumah besar itu. Hanya ada photo turun temurun silsilah keluarga.
Jadi keluarga Wilmer memaklumi.
Poppy berbisik. "Jika kamu tidak kuat, telepon aku. Keluarga ini aneh."
Mimi merespon dengan meremas tangan Poppy.
"Aku merasa bersalah karena menyuruh Stevi bertanggung jawab." Poppy membalas meremas tangan Miranti.
Mereka berdua saling menatap.
_________________________________________________
Seusai makan malam yang canggung itu. Stevi membawa Miranti ke penthousenya.
Mimi mengira ia akan tinggal di rumah utama Darwis.
"Kita tinggal di apartemen. Saya tidak ingin memberi kenangan buruk di rumah utama. Pilihlah kamar di rumah ini, tapi jangan pernah masuk ke kamar utama. Saya tidak suka." Ia melirik Miranti yang berdiri sambil melihat penthouse yang baru di huni itu.
Mimi mengangguk.
"Diatas meja itu ada perjanjian yang harus kau tandatangani. Bacalah. Tapi besok pagi harus selesai. Pengacara akan mengambil dokumen ini dan menyimpannya."
Setelah Stevi menghilang dari ruangan itu, Mimi berjalan menuju meja di ruang tengah. Ia membaca isi perjanjiaan itu. Yang isinya tidak ada satupun yang menguntungkannya.
1. Pihak A tidak boleh menuntut hak apapun bahkan sebagai suami istri
2. Tidur di ruang terpisah
3. Segala jenis pengeluaran keuangan sudah diatur
4. Pihak A tidak bisa ikut campur pada urusan pihak B, apalagi asmara
5. Perpisahan akan terlaksana setelah anak lahir
6. Pihak A tidak bisa menuntut tunjangan apapun
7. Tidak memperbolehkan membahas pernikahan kepada siapapun
8. ....
9. ....
10. ...Mimi mengelus perutnya. Sembari membaca isi perjanjian sebanyak 2 lembar itu.
"Setidaknya ayahmu akan merawatmu nanti Scoopy."
"Scoopy tidak akan hidup susah. Keluarga kita tidak akan menderita karena ulah ibumu ini."
Miranti berdiri setelah menandatangani surat itu. Ia tidak ingin berpikir dua kali. Setidaknya orang orang yang dikasihinya akan aman.
_______________________________________________
Mimi yang terbiasa bangun pagi seperti linglung dia ada dimana. Ia berjalan keluar kamar dan mengamatinya. Sejenak ia lupa kalau sudah pindah rumah.
Memakai kaos kebesaran dan juga celana pendek, ia berjalan mencari dapur.
Meja dan tempat lemari tertata terlalu tinggi untuk ukuran tinggi Miranti yang hanya 155cm. Ia terpaksa berjinjit untuk mencari panci.
Sebelum menyalakan api. Mimi kembali ke kamar dan membuka kopernya, mencari kotak susu dan roti cemilan favoritnya.
Saat melewati tangga lantai 2, ia mendengar suara orang merintih sakit. Sejenak bulu di tubuhnya merinding, ia menengok arah jam dinding, masih pukul 5 pagi. Bukan hantu.
Lantai 2 adalah arah kamar Stevi. Apa pria itu sedang sakit?
Mimi menggelengkan kepala.
Lalu terdengar suara pintu berdebam. Mimi menjatuhkan kotak susu dan cemilan yang dipegangnya.
"Mirantii."
Itu suara Stevi.
Mimi bergegas menuju ke atas, dan mendapati Stevi duduk bersandar dengan keringat dingin membasahi kulitnya.
"Bang Stevi kenapa?"
"Sa..saya mual dan muntah."
Mimi mencoba memapah Stevi berdiri dan kembali masuk ke kamarnya.
"Tunggu bang, saya buatin teh hangat."
Mimi bergegas turun dan menyalakan api kompor. Ia cekatan membuatkan minuman hangat untuk stevi. Meski harus berjinjit kesana kesini mencari kotak penyimpanan makanan dan minuman ditaruh dimana.
Segera Mimi melesat kembali ke arah kamar, muka Stevi sudah tidak sepucat tadi dan ia duduk bersandar di kepala ranjang.
Mimi meniup pelan teh menggunakan sendok, dan menyuapi Stevi.
"Abang sakit? Ke dokter ya?"
Stevi menggeleng.
"Tapi.."
Stevi mengangkat sebelah tangannya.
"Morning sickness. Gara2 kehamilanmu. Gisel pernah membicarakannya, tapi tidak saya dengar dengan baik" Ucapnya.
"Ohh." Miranti terlihat sedih. Jika bisa ia saja yang mengalaminya. Jangan ayah anaknya.
"Sudah beberapa kali seperti ini. Nanti agak siang hilang sendiri."
Entah kenapa Stevi menjelaskan alasan sakitnya pada Mimi.
______________________________________________
Pernikahan yang dipaksakan ...
Mimi menjalani aktifitas seperti biasa, ia tetap bekerja.
Poppy membulatkan kedua matanya saat melihat Mimi masuk ke butiknya untuk bekerja.
"Hai, boss." Sapanya lalu menuju lantai 2.
Poppy memandang wajah sahabatnya itu, lalu bergegas menyusulnya.
"Kamu gila, Mi?"
Mimi tertawa mendengar pertanyaan itu.
"Mungkin."
"Kamu sekarang keluarga Darwis, jangan bekerja lagi."
Mimi mengerutkaan hidungnya.
"Dengan sangat menyesal tapi aku harus bekerja boss, cicilan apartemenku masih 2x lagi."
"Mii.."
"Apaaa?"
Poppy gemas melihat sahabatnya.
Mimi menghela napas.
"Semua baik baik saja. Aku masih ingin bekerja, sebelum perutku membuncit, aku jenuh jika diam saja."
"Hanya itu?" Poppy meremas bahunya.
"Iyaa." Mimi melepas tangan Poppy.
Mimi tidak ingin sahabatnya ini terbebani, jadi ia akan beraktifitas seperti biasa.
"Kami sepakat merahasiakan pernikahan. Jadi tolong jangan membahasnya. Aku tetaplah Miranti." Pintanya.
12/04/2024

KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI DAN LANGIT MIRANTI
ChickLitMenyelamatkan nyawa seorang gadis dari keluarga kaya membuat kehidupan Miranti berubah menjadi 180°. Dia yang seorang yatim piatu sedari kecil akhirnya merasakan hangatnya persahabatan. Sudah terbiasa susah dan tertolak sedari kecil membuat Miranti...