terungkap

6.8K 337 3
                                    

Hari ini lelaki kelinci itu sudah berkutat dengan layar komputernya, rencana ingin menyelesaikan berkas yang sudah di tugaskan padanya.

"Na, pak Jenaro bakalan masuk hari ini. Anak-anak udah pada heboh, katanya sih mau ada pengecekan." Bisik haechi tepat di samping nave duduk.

Nave yang mendengar itu pun mengangguk. "Perasaan kita udah rapi, kenapa harus ada pengecekan?" Bingung nave.

Haechi menepuk keningnya. "Astaga na, pengecekan tugas yang beliau kasih ke kita satu bulan yang lalu." Jelas haechi.

"Satu bulan yang lalu aku gak ada di kasih tugas apapun, berarti aku gak dicek?" Tanya nave lagi.

"Ya bisa jadi." Ujar haechi kembali fokus menyelesaikan pekerjaannya.

...

Di lantai bagian dimana semua karyawan divisi keuangan di kumpulkan. Di mana ada nave dan haechi berada, mereka turut berbaris menyambut pemilik perusahaan yang baru saja tiba.

Tatapan tajamnya langsung mengarah pada nave yang berdiri. Lelaki kelinci itu menunduk dan menggerakkan kakinya, sedikit bermain.

"Nave." Suara berat dan bernada tajam itu membuat fokus nave terbagi.

Lelaki itu mengangkat pandangannya, melihat sang atasan dengan mata bulatnya. "Saya, pak." Jawabnya.

Jenaro berjalan menuju dimana nave berdiri, tubuh besar dan tegap itu sudah ada di hadapan nave yang mengharuskan lelaki kelinci itu untuk mendongak. Jenaro menelisik penampilan nave, melihat dengan teliti yang membuat nave kebingungan.

Semua karyawan bergidik ngeri, takut terjadi apa apa yang membuat hari itu akan memburuk. Berbeda dengan sasaran, nave sepertinya tidak takut apapun, dirinya menatap santai bosnya itu.

"Pak Jenaro, saya ada salah?" Tanyanya karena merasa Jenaro tidak akan berkata apapun.

"Kata echi, hari ini bapak mau ngelakuin pemeriksaan, apa saya juga harus di periksa?" Tanya nave kembali.

Jenaro menggeleng, pria yang berkuasa itu berbalik dan berjalan kembali di tempat ia berdiri tadi. "Saya menerima laporan bahwasannya kamu tidak masuk lagi tanpa izin."

Kata-kata Jenaro membuat nave mengangguk. "Kemarin, saya gak masuk pak."

"Semua laporan yang sudah saya tugaskan kepada kalian, berikan kepada saya langsung ke ruangan saya." Ucap Jenaro dengan tegas pada seluruh karyawan.

Jenaro tidak menjawab kembali percakapannya dengan nave, membuat lelaki itu menatap Jenaro bingung. "Dan kamu ... Keruangan saya." Jenaro menunjuk nave sebelum ia berjalan menuju ruangannya.

Nave menatap haechi. "Echi, pak Jenaro kenapa ya?"

Haechi mengangkat pundaknya. "Gak tau, hati-hati aja deh, na." Ujar haechi sambil berjalan kembali ke kursi nya.

Nave bertambah bingung sekarang "Mending buatin pak Jenaro kopi." Monolog nave.

...

"Permisi pak Jenaro, ini kopinya."

Nave meletakkan kopi buatannya di meja kerja Jenaro. Jenaro menatap nave dengan tajam. "Saya tidak meminta."

Nave terkekeh. "Iya, siapa tau kopi buatan saya bisa buat pak Jenaro gak marah marah."

"Soalnya kata echi, pak Jenaro hampir pecat saya." Lanjutnya.

Jenaro masih setia menatap nave yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. "Kalau kamu saya pecat sekarang juga bagaimana?" Pertanyaan terlontarkan dari mulut sang atasan dengan tajamnya.

privileges of Mr. Agrisyam's wife || BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang