tenang.

5.2K 339 2
                                    

Typo bertebaran...

"aghhh, eummm..." Lenguh nave saat area privasinya terus di usap oleh tangan besar.

Jenaro menatap nave sebentar lalu kembali fokus menyetir sambil menyeringai, tangannya masih tetap berada di selangkangan nave dengan jari jari panjang itu menyapu labia vagina milik si kecil.

Saat ini nave sudah duduk di samping kemudi, dengan kedua kakinya yang terbuka lebar menampakkan vagina merah muda miliknya.

"Heumm... Kyuu gelii."

Jenaro tetap sibuk mengusap vagina itu tanpa berniat untuk memasukinya.

Tidak lama kemudian..

"Sayang." Panggil pria itu dengan mendekatkan tubuhnya pada yang lebih kecil.

Wajah nave sudah merah padam, matanya yang sayu dan terkadang lidahnya ia ulurkan keluar. "Heumm basah."

"Sudah sadar?" Jenaro menyudahi mengerjai vagina cantik itu, dirinya melihat telapak tangan besarnya yang sudah basah oleh cairan yang dikeluarkan vagina nave.

Tidak ada jawaban dari si kecil. "Tidur lah." Bisiknya sambil membersihkan tangannya sendiri.

Jenaro keluar dari mobil dan membuka pintu agar memudahkan ia menggendong nave yang setengah tertidur itu.

Memasuki rumah yang begitu luas, sangat sepi dan gelap. Sudah lama pria itu tidak pulang, menghabiskan waktunya di apartemen miliknya saja, namun entah inisiatif dari mana pria itu ingin kembali ke rumah membawa lelaki mungil kecintaannya.

Jenaro membaringkan nave di kasur kamarnya, mengecup kening lelaki itu dan melenggang memasuki kamar mandi. Jenaro perlu menenangkan sesuatu yang membuatnya bisa kehilangan kendali.

"Arggh, nave sialan!! Cantik sekali." Erang Jenaro.

...

"Heunghhh..."

Jenaro yang baru selesai memakai pakaian menoleh ke arah kasur, melihat lelaki yang ia bawa pulang sedang menggeliat.

"Ada apa?" Tanya Jenaro tepat di telinga nave.

"Heumm peluk."

Pria yang lebih tua yang mendekap tubuh yang lebih kecil, mengusap punggung kecil itu.

"Ingin berganti pakaian?" Jenaro mengerti jika nave belum sadar sepenuhnya namun tetap bisa sedikit merespons.

Si lelaki kelinci menggeleng. "Lihat, celanamu sudah tidak ada. Kemeja ini juga sudah tidak nyaman dikenakan."

"Apakah kyu tidak kedinginan?" Pertanyaan itu membuat nave mendongak.

"Dingin." Cicitnya.

"Ayo ganti pakaian." Titah Jenaro membantu nave duduk.

Belum mengangkat tubuhnya, nave sudah lebih dulu membuka lebar mata nya dan terduduk. Jenaro yang melihat itu lantas terkejut.

"Hey, ada apa."

Bukannya menjawab, lelaki kelinci itu justru berdiri di atas kasur dan melompat-lompat tanpa celana ataupun celana dalam.

"Sayang, hey berhenti." Jenaro berusaha meraih tubuh nave. "Nanti jatuh." Ujarnya namun tidak berhasil menangkap lelaki itu.

"Aku terbang~~ suungg~~~ yehee." Riang nave.

"Sayang, kyu kemana mana itu." Jenaro meringis melihat vagina nave yang tidak tertutupi apapun.

Nave berhenti melompat, membuat Jenaro menghela napas lega. Tidak sampai disitu saja, nave turun dari kasur dan berlari mengelilingi kamar Jenaro yang tidak main main luasnya. Berlari dengan sempoyongan dan merentangkan kedua tangannya seolah ia akan terbang.

Jenaro terdiam melihat tingkah nave saat mabuk. "Menggemaskan." Jenaro mengejar nave hingga lelaki itu tertangkap oleh tubuh besar Jenaro.

Jenaro mengecup seluruh wajah nave membuat lelaki itu mengerang risih. "Ihhhh lepasin."

"Tidak sayang, lihat ini. Kamu tidak memakai apapun." Jenaro menepuk vagina nave.

"Ughhh."

"Gak ada dalaman kelinci, ihhh hilang kan." Racau nave, wajahnya sudah ingin menangis.

"Sayang, tidak ada apapun sayang." Jenaro menggendong nave dan duduk di sofa dengan lelaki itu di pangkuannya.

"Buka."

Jenaro membantu nave untuk membuka kemeja putihnya itu. "Lucu." Pria itu mencubit puting nave gemas.

"Dalaman kelinci." Nave bergumam dengan matanya sudah berkaca kaca.

"Saya akan belikan, sekarang ganti pakaian dulu." Jenaro menggendong kelinci nakalnya, membawanya masuk ke walk in closet.

Jenaro menggendong tubuh kecil nave seperti menggendong anak kecil. Hanya dengan satu tangan dan sedikit menyamping, nave juga menyenderkan kepalanya di bahu lebar Jenaro.

"Pakai ini saja."

Jenaro memakaikan nave kaos yang sangat kebesaran di tubuh si kecil dan celana pendek yang sudah lama tidak dirinya kenakan, karena sudah sangat kecil. Sedikit kebesaran celana pendek itu untuk nave, namun cukup untuk menutupi pantatnya yang sangat sintal.

Keduanya kembali ke kasur dan menuju alam mimpi bersama.

...

Kicauan burung di luar rumah, membangunkan pria yang lebih tua terlebih dahulu. Pria itu menatap buntalan yang ia peluk sepanjang malam, selimut yang keduanya kenakan hampir menutupi seluruh tubuh lelaki yang lebih kecil dan meninggalkan pucuk kepalanya.

Jenaro menyingkap selimut, dapat terlihat si kecil yang meringkuk dengan bibir mengerucut, entah apa yang dirinya mimpikan.

Ketahuilah, walau Jenaro tidak memperawani nave malam tadi, tapi sungguh pria itu tidak akan menghilangkan nafsunya kepada lelaki kelinci itu.

Buktinya sekarang ia sudah mensejajarkan kepalanya di dada nave yang menggoda dimatanya. Puting pink yang menonjol karena hawa dingin membuat Jenaro tidak dapat menahan dirinya lagi, pria itu sudah menengguk air liurnya sendiri.

Dan ... Hap ...

Jenaro menyusu di dada nave, memejamkan matanya dengan bibir yang terus menghisap rakus seolah olah hanya dirinya yang boleh menyusu pada nave, hanya dirinya.

Berakhirlah Jenaro kembali tertidur di pagi hari, untungnya dua hari kedepan ia meliburkan perusahaan.














vote & komen💢💢

JEDUARRRR OTW NGILANG LAGI🤓

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

JEDUARRRR OTW NGILANG LAGI🤓

privileges of Mr. Agrisyam's wife || BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang