permulaan.

2.6K 172 2
                                    

⚠️ TYPO BERTEBARAN ⚠️
⁉️ VOTE KOMEN ⁉️




"Mama gak pernah setuju sama pernikahan konyol kamu ini, Jenaro!!" Amarah seorang wanita berumur memenuhi ruang kerja Jenaro.

"Saya tidak perlu persetujuan anda, nyonya Veronica." Balasan dingin dari Jenaro tepat berdiri di hadapan sang ibu.

"Saya masih mama kamu!!"

"Sejak anda berselingkuh di belakang papa saya, saya sudah tidak Sudi lagi menganggap anda ibu yang melahirkan saya."

"Jenaro!!! Ceraikan lelaki jalang itu!!!"

Jenaro geram, pria itu mengepal kedua tangannya saat mendengar kata kata busuk dari mulut ibunya. "Kenapa anda mengusik hidup saya lagi?, apa suami anda sudah bangkrut?" Geramnya.

"Jaga ucapan kamu, Jenaro agrisyam." Tangan kanan wanita itu sudah bersiap akan mendarat pada pipi putranya, namun dirinya kembali sadar dan menurunkan tangannya.

Jenaro tampak tidak terusik, dirinya tetap menatap dingin ibunya.

"Mama akan tetap menjodohkan kamu sama wanita pilihan mama." Ujar Veronica.

"Coba saja kalau anda bisa, lakukan sesuka anda." Jenaro kembali duduk pada kursinya, membuat fokusnya kembali pada layar komputernya dan mengabaikan keberadaan wanita yang notabenenya adalah ibu kandungnya.

Veronica mengeraskan rahangnya, wanita yang nampak anggun dari luar itu nyatanya sangat hitam di dalamnya. Dirinya yang sudah tidak ada kepentingan lagi langsung melangkah keluar dari ruangan putranya tanpa mengatakan sepatah kata apapun lagi.

Jenaro yang sedari tadi menatap fokus pada layar komputer nyatanya seluruh pikirannya kalut, hatinya bergemuruh dengan seluruh emosi bersemayam pada dirinya.

"Sayang, saya butuh kamu." Ucap Jenaro pada panggilan telepon sebelum ia akhiri.

🔞

"Mas Jen."

Sudah ada satu jam nave hanya diam dalam pangkuan suaminya, pria itu mendekap erat tubuh kecil nave, menenggelamkan wajah tampannya pada potongan leher si kecil.

"Mas sakit?." Ucap nave karena merasakan suhu tubuh suaminya yang tidak biasa.

"My love." Dapat terdengar suara Jenaro terasa berat sekali, pria itu benar benar sakit.

"Ayo pulang, kamu sakit ini."

Jenaro menggeleng pelan, kepalanya sungguh pusing sejak tadi. "Saya tidak apa apa, sayang."

Nave menggeleng ribut, tangannya masih mengelus rambut lebat suaminya. "Engga engga, ayo pulang. Kamu sakit ini gak bisa kerja."

Lelaki kelinci itu berusaha turun dari pangkuan yang lebih tua, namun tubuhnya seolah tidak bisa berpindah karna pelukan dari tangan besar Jenaro pada pinggangnya yang sangat erat.

Suaminya masih terus menolak saat akan di ajak untuk pulang, nave yang sudah khawatir dan kesal pun memasang wajah marahnya. "Mas!! Ayo pulang, kalo kamu emang gak mau pulang mendingan aku balik ke ruangan aku!!"


"Hahaha, istri saya." Bukannya takut Jenaro malah tertawa.

Nave geram dan berujung meraup bibir Jenaro dengan tangan kecilnya. "Diem, ketawa mas jelek."

Jenaro membeku seketika, mengacungkan jari jempolnya pertanda menurut.

"Ayo pulang." Ajak nave lagi dan kali ini langsung disetujui oleh suaminya.

"Aku yang nyetir." Ujar nave.

Jenaro yang sedang merapikan penampilannya pun menjadi termenung.

"Mas ini gimana."

"Jangan panik sayang." Ujar Jenaro di samping istrinya yang sedang belajar mengendarai mobil miliknya.

"Ahhh mas itu ada emeng." Pekik nave, tangannya tidak bisa tenang memegang stir mobil.

"Sayang biar saya saja."

"Engga mas!! Emeng awas!!!" Pekik nave bukannya menginjak pedal rem malah berteriak meminta kucing yang sedang duduk dan menjilati tubuhnya itu untuk pergi.

Jenaro yang sudah panik setengah mati pun mengambil tindakan cepat dan...

mobil terhenti karena Jenaro yang langsung menginjak rem dan mematikan mesin mobil. Untungnya mereka mengendarai di halaman luas mansion kediaman agrisyam, bukan di jalan besar.

"Wuff emengnya gak jadi ketabrak." Helaan napas dari nave.

Jenaro sudah mendekap tubuh nave, posisi pria itu tidak duduk namun membungkuk tepat ke arah istrinya.

"Mas!! Mas Jen!!."

Karena pekikan dari istrinya membuat Jenaro kembali sadar dari lamunannya. "Iya sayang?"

"Mas kok melamun sih, aku yang nyetir mobil mas ya."

Jenaro menggeleng. "Tidak, biar saya saja." Tolak Jenaro dengan lembut.

"Tapi mas lagi sakit." Nave berdiri dihadapan suaminya sambil mengerucutkan bibirnya.

Pria yang lebih tua itu mengusap kening istrinya. "Saya masih sanggup."

Nave ingin menyela namun sudah lebih dulu di tarik pinggangnya oleh sang suami untuk pulang. Yah setidaknya mereka seperti itu saat masih di ruangan Jenaro, saat akan melewati beberapa karyawan Jenaro terpaksa membiarkan nave berjalan lebih dulu.


















Veronica Kendrick, ibu kandung dari Jenaro agrisyam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Veronica Kendrick, ibu kandung dari Jenaro agrisyam.


THANKS GUYS
VOTE KOMEN ⚠️

privileges of Mr. Agrisyam's wife || BxBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang