16

3.1K 337 4
                                    

by sirhayani

part of   zhkansas

16

"Kamu jangan berlutut kayak gitu. Aku jadi ngerasa bersalah." Aku menarik Mahardika agar segera duduk di sampingku. Dia mengangguk, tetapi bukannya duduk, cowok ini malah menidurkan kepalanya di pangkuanku. Dia juga berbaring menyamping sembari memeluk bantal sofa. Untung saja sofa yang kami tempati panjang sehingga aku tak perlu khawatir kakinya menekuk dan membuatnya pegal.

.... Zoey pasti akan sangat bahagia berada di posisi ini.

"Aku mau jujur." Suara Mahardika terdengar serius. Dia mengubah posisinya menjadi berbaring dan kini cowok itu menatapku. "Selama ini, cewek yang aku sentuh cuma kamu. Cewek-cewek yang aku dekatin buat bikin kamu cemburu itu cuma sekadar aku pegang hanya saat di depan kamu atau buat bahan bikin kamu sakit hati.... Dulu."

Aku menaruh tanganku di rambutnya, tak sadar terbawa suasana pada hal yang sudah terbiasa aku lakukan.

"Aku enggak ngasih tahu kamu sejak kamu hilang ingatan karena aku ... sebenarnya masih ragu apa kamu beneran hilang ingatan ... atau sebenarnya pura-pura karena memang pengin memperbaiki hubungan kita supaya aku lebih bisa nerima alasan kamu. Kadang aku ngerasa kamu pura-pura hilang ingatan. Kadang aku ngerasa kamu beneran hilang ingatan karena Zoey yang aku tahu sebelumnya nggak mungkin berubah drastis. Kamu enggak pernah mau aku temenin ke rumah sakit buat cek kesehatan kamu."

Aku memang selalu tak ingin jika Mahardika memaksa untuk menemaniku. Alasanku adalah karena aku hanya boleh pergi dengan kedua orang tuaku.

"Aku enggak peduli kamu bohongin aku atau enggak. Aku enggak peduli juga kamu beneran hilang ingatan atau enggak." Mahardika memegang tanganku. "Yang penting kamu tetap kayak gini dan jangan tinggalin aku, ya?"

Andaikan Mahardika menerima bagaimana pun sifat Zoey atau andai saja Zoey dulunya bisa menghargai Mahardika, pasti mereka akan menjadi pasangan yang saling cinta.

"Aku enggak pernah cium cewek lain. Apalagi tidur sama mereka," katanya, meyakinkanku. "Maafin aku...."

Aku mengernyit. "Maaf kenapa, Dika? Kamu enggak salah apa-apa."

"Aku salah. Banyak bohong. Aku salah dulu deketin cewek lain."

"Itu karena kelakuan aku sendiri, kan?"

Dia menggeleng kencang. "Akunya yang nggak sabar. Harusnya aku bisa buat kamu jadi lebih baik."

"Harus sabar gimana lagi, Yang?" tanyaku. "Aku sendiri geleng-geleng dengan kelakuan aku dulu."

Mahardika mencium punggung tanganku dan membuatku hampir terlihat terkejut. Aku berusaha mengendalikan ekspresi. Yah..., dia selalu terbiasa menyentuh Zoey. Jadi, mencium punggung tangan hanyalahh tindakan kecil baginya. Namun, berefek besar untukku.

Mahardika memandangku tanpa mengatakan apa-apa. Dia pasti sedang mengagumi kecantikan Zoey. Dengan sifat buatan ini, Mahardika mampu kembali dan bertekuk lutut. Apalagi Noah yang menyukai Zoey mau seburuk apa pun sifat asli cewek itu.

Hanya Luca yang tak jelas. Meski kami terkadang berpapasan, tetapi kami hanya sekadar mengobrol biasa. Dia juga hanya sesekali berkumpul dengan Mahardika dan teman-temannya yang lain saat waktu istirahat.

AKH! Bagaimana aku harus putus dari Mahardika? Mendekati Mahardika saja butuh berbulan-bulan sampai membuatku yakin bahwa cowok itu benar-benar cinta pada Zoey.

Make Them Fall in Love with YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang