17-|| SEBUAH KOTAK ||

840 93 26
                                    


⚠️TANDAI TYPO⚠️

⚠️TANDAI TYPO⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bunyi bell pulang terdengar, seluruh murid SMA Trisatya berbondong bondong keluar dari kelas.

Zevanya melangkahkan kaki nya menuju tempat parkiran sekolahnya, ia berhenti tepat di depan kendaraan bermotornya saat hendak menaiki nya tiba tiba ada yang memanggil namanya.

"VANYAAAA" Teriak Liza.

"Ehh?"

"Vanya bentar pulang sekolah lo free gak?" Tanya Chelin

"Kenapa emang?"

"Kita mau ke cafe nihh, lo ikut?"

"Emm boleh"

"Oke bentar kita ke cafe Valerey"

"Kenapa gak sekarang aja?" Tanya Reva

"Boleh sih, tapi masalahnya badan gue lengket banget nih"

"Yaudah kita kerumah aja dulu ganti baju sekalian mandi, terus nanti kita ke cafe" Ujar Ilona

"Ehh Lona tangan lo udah gapapa?" Tanya Zevanya

"Udah kok, cuman masih agak merah"

"Hmm oke deh kalau gitu gue diluan yahh" Pamit Zevanya lalu menjalankan motornya.

***

Ceklek

Zevanya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah, ia melirik kanan kiri.

"Sepi banget" Gumam nya.

Ia berjalan dan menduduki dirinya di sofa.

"Huftt" Zevanya memijit kepalanya. Ia tiba tiba teringat dengan orang tuanya.

"Vanya"

Zevanya menoleh mendapati ayahnya yang kini sudah duduk di depannya.

"Apa yang kau pikirkan?"

"Aku memikirkan mereka ayah. Apa mereka baik baik saja? Mereka sudah makan?"

Zevanya menatap kosong kearah depannya. Ayahnya kasihan dengan anak tirinya itu.

"Mereka pasti akan-" Ucapan ayahnya terpotong saat seseorang menekan bell rumah.

Zevanya dan ayahnya saling tatap. Zevanya bangkit dari duduk nya di ikuti oleh ayahnya.

Ia membuka pintu dan mendapati sebuah kotak yang tergeletak di bawah. Vanya mengambil kotak itu.

"Ini... siapa yang mengirim kotak ini?" Tanya Zevanya pada ayahnya.

Ayahnya tak menjawab, ia melirik kanan dan kekiri. Matanya tak sengaja menangkap seseorang yang bersembunyi di balik pohon.

"Vanya masuk kedalam" Pinta Ayahnya.

Zevanya hanya mengangguk lalu masuk ke dalam rumah. Ayah nya mengambil handphones di dalam saku nya lalu menelfon seseorang.

"Halo"

"Iya tuan, ada apa menelfon saya?"

"Stevano cari siapa orang yang mengirim sebuah kotak dirumahku"

"Baik tuan"

Ayahnya kemudian mematikan telepon nya, ia langsung kaget saat mendengar teriakan Zevanya.

"AYAHH!" Teriak Vanya dari dalam rumah. Dengan segera ayahnya berlari masuk, ia melihat Zevanya yang terduduk lemas dengan mata berair dan seluruh badannya bergetar.

"Hei, kau kenapa?" Tanya ayahnya yang kini sudah duduk di depannya.

"Ayah, lihat apa yang mereka lakukan pada orangtua ku" Zevanya menunjukkan foto yang tadi ia temukan dalam kotak.

Foto itu menampilkan ibunya yang diperkosa dan sang ayah yang cekik.

Tangis Zevanya semakin deras, Ayah tirinya itu memeluknya.

"Kenapa!? Apa yang terjadi" Panik Bunda nya yang baru saja tiba dirumah.

Bundanya lalu mendekat dan melihat foto tadi, ia menutup mulutnya.

"V-Vanya sayang, Vanya tenang ya. Udah berhenti nangis nya" Ucap Bundanya menenangkan Zevanya.

Tok tok tok

Mereka bertiga melihat pelaku yang mengetuk pintu. Itu Stevano.

"Masuklah"

Stevano masuk, ia melihat ke arah Vanya yang menangis.

"Bagaimana?" Tanya ayah tiri Zevanya.

"Tuan, yang mengi-" Ucapan Setavano terpotong.

"Ayah, lebih baik kau bicarakan ini di ruang kerja mu saja" Kata Bunda.

Mereka semua pun mengangguk dan menuju ruang kerja. Zevanya mendudukkan dirinya di salah satu kursi, dirinya masih terisak.

"Kau sudah menemukan pelakunya?" Tanya Ayah tiri Zevanya.

"Sudah tuan, pelaku yang menaruh kotak nya itu Dean sendiri."

Ayah nya mengangguk.

"Sudah kuduga, anak itu yang menaruhnya"

"Ayah kita harus bergerak cepat, aku tidak mau orang tua ku disika lebih kejam lagi!" Ucap Zevanya.

"Ya... kau benar, besok malam kita akan pergi ke tempat nya. Stevano, siapkan semua nya"

"Baik tuan"

"Pulanglah, Vanya istirahat di kamarmu"

Zevanya dan Stevano saling pandang.

"Ekhemm, Ayah. Aku ingin bicara sebentar dengan Ano"

"Ya baiklah, tapi jangan berbicara disini. Cari tempat lain"

Mereka berdua mengangguk, Zevanya menarik tangan Stevano melangkah keluar dari ruang kerja. Mereka pergi ke halaman belakang.

***

"Kau habis dari mana?" Tanya Devan.

"Mengirim paket" Jawab Dean

Devan mengangkat alisnya, apa maksudnya?

"Huh aku mengirim kotak spesial untuk orang spesial" Ucap Dean dengan senyum smirk.

"Siapa?"

"Vanya, aku mengirimkan nya kotak. Ah pasti dia sangat menyukai isinya"

"Memang nya apa isi kotak itu?"

"Foto orang tua nya yang sedang tersiksa"

Devan mengangguk.

"Jadi apa rencana selanjutmu?"

"Nanti aku akan mengirimkan mereka lokasi keberadaan orang tuanya, saat mereka datang aku akan memperlihatkan sesuatu kepada mereka yang membuat mereka tak bisa berkata kata"

"Hm? Aku penasaran. Oh ya aku belum tau kau menyembunyikan orang tua nya dimana?"

"Di gedung tua yang terletak di tengah hutan. Gedung itu bertingkat lima. Nanti, tepat di mata gadis itu, akan ku perlihatkan bagaimana rasanya melihat orang yang disayangi terbunuh"

"Kau... akan membunuh orang tuanya?"

"Yahh, tepat di depan mata nya!"

ZevanyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang