5. Kami bingung sama Erine

1.6K 236 19
                                    

Di saat yang lain masih mudik atau jalan jalan bersama keluarga, disini Erine yang tak mudik jadi bingung mau ngapain, di karenakan sobat alim dan sirkel emak-emak rumpinya pada pergi kesana kemari membawa alamat jeng jeng

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Di saat yang lain masih mudik atau jalan jalan bersama keluarga, disini Erine yang tak mudik jadi bingung mau ngapain, di karenakan sobat alim dan sirkel emak-emak rumpinya pada pergi kesana kemari membawa alamat jeng jeng.

"Huftt.." eluhnya.

Kini dia menatap jendelanya yang terbuka dan memberi angin sepoi sepoi sehingga sang empu terlihat menjadi pemeran utama di kisah ini.
"Ngapain ya? Papi sama mami malah ninggalin gua sendiri di rumah, khaelah ngebucin kok di pemancingan." Gerutu Erine. Dia bener-bener sendirian di rumah.

Akhirnya ia memutuskan untuk keliling komplek memakai sepeda berstiker bebek pemberian dari sobat alim saat berulang tahun kemarin.

Erine mengelilingi komplek dengan tenang, udara yang segar masuk kedalam indra penciuman, angin sepoi-sepoi sekarang tengah menerpa rambut hitamnya yang cantik, sang bidadari terbawa oleh suasana pagi hari yang cerah, iapun memejamkan matanya menikmati indahnya suasana ini.

Bruk!

"Awshh.." ringis Erine kesakitan, ia melihat lututnya yang memar akibat terjatuh ke dalam selokan sebelah taman yang gaada airnya.

"Gua lupa kalau lagi naik sepeda, malah tutup mata kaga tau ada selokan." Gerutunya, salah dia sendiri, sih. Siapa suruh tutup mata saat menyetir sepeda.

Lama melamun di selokan tempat ia terjatuh, tiba-tiba datang seseorang yang membantunya berdiri dan keluar dari selokan itu.

Erine yang samar samar melihat seseorang dalam siluet mentari itu tersenyum, ia pikir ini pangeran berkuda putihnya, walau belum terlihat jelas tampaknya.

"Apakah kamulah pangeranku, tuan?" Tanya Erine dengan harapan penuh ketika tangannya di tarik untuk keluar dari selokan.

Tak lama dari situ Erine melotot karena tau siapa yang sedang menolongnya. Ia si penjual nasgor yang pernah melamarnya.

"Iya, akulah pangerannya." Jawabnya.

"Apa sih lo asep nasgor? lo lagi, lo lagi. Males gua sama lo, ew." Bukannya berterimakasih malah mengejek.

"Minimal terimakasih, Jeng...." ucapnya.

"Sono angkat sepeda gua keluar dari selokan dulu." Asep tak menolak, dia dengan senang hati membantu sang pujaannya, tanpa berlama lama Asep mengeluarkan sepedah Erine yang ada di selokan itu.

"Ini, Jeng." Asep menyerahkan sepedanya dengan senyuman cirikhasnya.

Padahal si Asep nasgor ini terbilang primadona komplek, bahkan yang ngecrushin dia aja banyak. Anehnya erine ga suka padahal anaknya green flag parah.

"Makasihnya mana?" Tagihnya dengan mata berbinar, ia hanya ingin melihat Erine berterimakasih atas apa yang dia lakukan hari ini —menjadi pahlawan yang mengangkat sang pujaan dari selokan.

"Ahihiho." Balas Erine, tentu itu membuat Asep bingung.

"Itu artinya apa, Jeng?" Tanya Asep.

"Terimakasih artinya." Setelah membalas pertanyaan Asep, buru buru Erine menaiki sepedanya dan meninggalkan Asep nasgor sendirian yang sedang tersenyum.

SOBAT ALIM • gen 12 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang