Chapter 12 - Tercekik

42 8 0
                                    

Sekelarnya mereka makan siang, Runa dan kawan-kawan melanjutkan rute jalur darat mereka, memasuki rumah cermin, rumah miring, dan rumah boneka. Disusul dengan wahana air. Mereka menaiki arum jeram beberapa kali dilanjut dengan niagara.

"Menyenangkan sekali!" Sierra tertawa ketika mereka turun dari wahana air niagara. Ini sudah ketiga kalinya mereka menaiki wahana tersebut.

"Sebentar lagi waktu berkumpul, kita ganti baju yuk?," ajak Sierra sambil menjauhkan tas dari tubuhnya yang basah.

"Yuk." Eithan, yang menjadi orang yang paling basah di antara mereka, memeras kaos outing yang dikenakannya.

Tubuh Eithan yang terlihat fit membuat Runa menatapnya tanpa sadar. Bahunya yang lebar dan lengannya terlihat kokoh. Wanita itu tidak terlalu basah, dikarenakan punggung Eithan yang melindunginya.

"Ngomong-ngomong Run, kita mungkin sampai malam, apa nanti kamu ada yang jemput? Soalnya bus cuma sampai kantor saja," ujar Sierra.

"Oh, nanti paling aku naik ojek, Kak. Aman kok harusnya," jawab Runa santai.

"Pulang denganku saja." Eithan yang berjalan di belakang mereka menyela. "Bisa selesai jam sembilan atau sepuluh malam, bahaya sekali kalau kamu naik ojek." Sekarang mereka bertiga berjalan berdampingan dengan Runa di tengah.

"Eh, jangan, aku tak enak merepotkan. Lagipula aku tidak bawa helm."

"Di kantor ada kok. Di pantry ada helm cadangan, boleh dipakai siapapun yang butuh asal besoknya dikembalikan," sela Sierra sambil mengedipkan matanya.

"Nah, begitu saja. Gak masalah 'kan aku antar kamu pulang?," tanya Eithan.

"Tapi rumahku lumayan jauh dari kantor..." jawab Runa lemah.

Sesungguhnya otaknya ingin menolak, tetapi hati kecilnya diam-diam berbunga karena diperhatikan. Meski ia juga ragu apakah akan baik-baik saja pulang berdua Eithan.

"Tidak kok. Tenang saja," ujar Eithan lalu bayangannya melesat masuk ke dalam toilet pria.

Runa mengikuti langkah Sierra dengan gontai. "Terima saja," kata Sierra ketika mereka memasuki toilet. "Toh memang betul bahaya kalau kamu pulang malam naik ojek. Lebih baik sama Eithan 'kan. Setidaknya kita tahu pria itu tidak akan menyakitimu."

Runa tersenyum tipis. "Iya..."

Tentu, Runa tahu betul bahwa pria dengan segudang kebaikan itu tidak akan pernah menyakitinya secara sengaja. Malah, mungkin Runa yang menyakiti pria itu...


***


Pertengkaran terakhir mereka merupakan sehari sebelum ulang tahun Runa.

Kala itu, Eithan sedang sibuk menyeimbangkan waktu kuliah dan kerjanya. Pria itu kerja di pagi sampai sore hari, lalu kuliah di malam hari. Terkadang masih mengambil beberapa sampingan. Jadwalnya penuh dari Senin sampai Sabtu.

Awalnya Runa memahami kesibukan pria itu, toh Eithan bekerja juga untuk dirinya, supaya ketika kencan pria itu bisa membiayai semua kebutuhan kencan mereka. Namun, lama kelamaan Runa merasa sedih. Jadwal kencan mereka berkurang. Yang tadinya hari Sabtu Minggu, menjadi hari Minggu saja. Yang tadinya satu minggu sekali, jadi dua minggu sekali.

Di hari kencan pun Eithan sering datang di siang menjelang sore hari. Mereka akan pergi menonton bioskop lalu makan malam dan pulang. Runa sedih karena sepertinya waktu mengobrol di antara mereka berkurang, lantaran Eithan juga tidak bisa sering membalas chat dari Runa.

Ketika Runa mencoba membahas kerisauannya ini, Eithan hanya menyelipkan popcorn di mulut wanita itu, mencegah Runa untuk mempermasalahkan ini lebih lanjut.

TIME AFTER TIMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang