PART 4 ◇ SEBUAH RAHASIA
"Hai…," sapaan itu membuat Vanila mengedikan bahunya.
Vanila melihat sosok pemuda dengan balutan seragam dari sekolah lain. Vanila tahu sosok tersebut adalah siswa dari sekolah yang tadi menjadi lawan tanding team basket sekolahnya.
"Kamu nyapa aku?"
Vanila menunjuk dirinya sendiri dan melihat ke sekeliling tempat di mana dia berdiri sekarang ini. Dilihatnya dia dan pemuda itu saja yang ada di tempat ini.
"Iya kamu," ucap pemuda itu sambil tersenyum simpul.
Vanila mengangkat sebelah alisnya. "Ada apa?"
"Kamu pacarnya kapten team basket sekolah ini 'kan?"
Vanila sempat berpikir dengan ucapan Tia tadi, ternyata benar apa yang telah gadis itu katakan. Orang yang memang tidak mengenal dia dan Vano pasti akan menganggap jika mereka itu sepasang kekasih. Vanila benar-benar tidak tahu akan hal itu, ternyata dirinya itu terlalu polos.
"Ehh, bukan!" Jawaban Vanila membuat pemuda itu mengangkat sebelah alisnya.
"Tapi, tadi kalian terlihat—" ucapan Pemuda itu terpotong oleh ucapan Vanila.
"Kami saudara kembar," jelasnya.
Pemuda itu sempat memasang expresi datar, namun hal itu tak lama karena setelah itu pemuda itu mengeluarkan suaranya. "Oh, aku kira kalian pasangan. Habis terlihat mesra sih." Vanila meringis mendengar ucapan pemuda itu.
"Oh iya … kenalkan, aku Martin." Pemuda itu memperkenalkan dirinya, "aku anggota dari team lawan sekolahmu tadi.
Ternyata benar dia memang salah satu dari pemain di lapangan tadi, batin Vanila. Gadis itu sempat mengenali pemuda itu, tapi dia lupa di mana melihatnya.
"Namaku Vanila," ucapnya lalu menjabat uluran tangan pemuda tampan itu.
"Dan yang tadi kamu kira pacarku itu Vano, dia saudara kembarku," jelasnya sambil tersenyum manis dan hal itu membuat Martin terpesona akannya.
"Kamu cantik, ya...." Puji Martin jujur.
Vanila yang dipuji terang-terangan seperti itu merasa malu dan salah tingkah, wajahnya terlihat merona.
"Ehemm!" Suara itu membuat Martin menoleh.
Vanila melihat sosok di belakang Martin itu dengan wajah muram, karena pasalnya Vanila melihat Vano sedang menggandeng tangan Tia. Entah mengapa hal itu membuat dadanya terasa sakit. "Kakak," gumam Vanila pelan.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Vano penuh curiga, terutama pada pemuda di hadapannya itu.
"Hai … aku Martin, anggota dari team lawanmu tadi. Kita belum berkenalan secara pribadi bukan." Martin memperkenalkan dirinya pada Vano.
Vano menjabat tangan Martin dengan kokoh. "Ya ... Vano," ucap Vano datar.
"Ternyata kalau dilihat dengan seksama kalian mirip ya." Apa yang Martin ucapkan membuat dahi Vano berkerut.
'Apa maksudnya dia bicara seperti itu?' Batin Vano.
"Aku baru tahu kalau kalian kembar, tadinya aku kira kalian itu sepasang kekasih. Habis tadi saat di pinggir lapangan kalian terlihat mesra sekali." Martin menjawab pertanyaan di kepala Vano.
Vanila sempat melihat Tia mendelik ke arahnya, gadis itu memberikan tatapan penuh tuduh pada Vanila. 'Lihat sendirikan!' Maksud batin Tia dan Vanila mengerti akan tatapan tajam yang diberikan kekasih saudara kembarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Thread
RomanceKetika benang merah membentang di antara keduanya dan menjadi pembatas atas perasaan yang mereka rasakan, akan menjadi apakah cinta tulus yang hadir di tengah-tengah mereka? Seperti apa yang diinginkan Vanila, Vano memeluknya hingga dia tertidur pul...