3 • RASA SAKIT AKAN KEHILANGAN

15.9K 921 40
                                    

PART 3 ◇ RASA SAKIT AKAN KEHILANGAN

"Semangat ya, Sayang ... aku yakin team kamu pasti menang." Tia bergelayut manja di lengan Vano, sambil memberikan semangat kepada Vano yang sebentar lagi akan bertanding basket dengan team dari sekolah lain.

Vano tersenyum singkat. Pemuda itu terlihat sedikit gelisah kerena ada seseorang yang sedang ditunggunya sedari tadi.

Matanya tak henti-henti menjelajah di sekitar area lapangan pertandingan. Berharap menemukan sosok yang dinantinya itu muncul, namun nihil sosok itu tak juga menampakan dirinya.

"Van, ini sudah waktunya ... ayo." Alex menepuk pundak Vano, mengingatkan jika waktu pertandingan akan segera dimulai, tapi Vano tidak merespon ucapan sahabatnya itu, pemuda itu masih tetap mengedarkan pandangannya ke area sekeliling lapangan.

"Ada apa?" tanya Alex.

"Iya nih ... dari tadi sepertinya kamu bingung sendiri. Kamu lagi cari siapa sih?" Tia masih setia bergelayut manja di lengan kekasihnya itu.

"Vanila, dari tadi dia belum kelihatan," jawab Vano, dengan ekor mata yang masih mencari sosok saudara kembarnya itu.

Tia merubah raut wajahnya menjadi tidak suka saat kekasihnya itu kembali menyebut nama Vanila. 'Lagi-lagi Vanila! Apa sih, istimewanya anak itu? Di sini jugakan ada aku, kenapa Vano lebih memerhatikan kembarannya itu dari pada aku. Aku ini kan kekasihnya, dasar menyebalkan!' Racau batin Tia tak suka.

"Sudahlah nanti dia juga datang sama Mitha." Alex kembali menepuk bahu Vano dan kali ini Vano menurut. Pemuda itu mengikuti langkah Alex memasuki area lapangan karena pertandingannya akan segera dimulai.

"Semangat ya!" Tia dan team cheerleader-nya memberi semangat kepada team basket dari sekolahnya itu sambil mengangkat pom-pom warna-warni mereka.

Peluit tanda permainan dimulai pun telah berbunyi, kini kedua team dari sekolah yang berbeda mulai memperebutkan bola orens itu. Alex dan Vano yang menjadi bintang dari team-nya berusaha sekuat tenaga untuk menguasai bola, namun sayangnya saat ini Vano terlihat tidak fokus dalam permainannya. Pemuda itu sering kehilangan bola dan hal itu membuat team lawan mendapatkan angka lebih banyak dari team-nya.

"Shit!" Umpat Vano saat sekali lagi dia kehilangan bolanya.

"Van, fokus!" Alex dari sisi lapangan berteriak kepada Vano yang memang sudah kehilangan fokusnya sedari tadi.

Peluit tanda berakhirnya babak pertama telah berbunyi, semua team mulai meninggalkan lapangan untuk kembali ke bas-nya masing-masing untuk beristirahat selama lima belas menit. Kelompok team Vano tertinggal lebih dari sepuluh angka mereka harus extra di babak selanjutnya.

"Fokuslah Van, ada apa denganmu hah?" Alex kembali menepuk pundak sahabatnya itu, dan lagi-lagi Vano kembali mengitari ekor matanya mencari sosok yang sedari tadi membuatnya tidak fokus.

"Masih soal Vanila? Kau ini, dasar sister complex-uhukkkk!" Vano memukul punggung Alex hingga membuatnya tersedak minuman isotonik yang tadi diteguknya.

"Shit!" umpat Alex.

"Jaga mulutmu, ini tempat umum!" ucap Vano setelah tadi dia membuat sahabatnya itu tersedak.

Alex hanya menggeleng, dia tahu sahabatnya itu paling tidak suka jika sudah disebut-sebut memiliki kelainan sister complex pada saudaranya sendiri. Vano menenggak minuman isotonik-nya itu hingga tandas, pelu kini membanjiri wajah dan tubuhnya.

"Ini...," suara itu membuat Vano mengedikan bahunya ke arah belakang di mana sebuah handuk tengah terulur dari arah belakang bahunya.

"Maaf terlambat," ucap gadis manis yang sedari tadi ditunggu olehnya.

Red ThreadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang