World No. 14 : Terusik

42 3 3
                                    

Lagi-lagi, Ren meremat kuat-kuat bulatan setir mobilnya kala apa yang ia lihat pagi tadi tebersit di benaknya tanpa aba-aba.

Dua kali. Dua kali Fayren Rhodelta melihat Rivalez Bastramulya mengusak lembut puncak kepala adik tirinya dan diakhiri dengan senyum atau tawa kecil anak itu —dan dua kali itu juga, ketenangan batin Ren berhasil diobrak-abrik tanpa ia tahu penyebab pastinya.

Menyadari bahwa ia mulai hilang fokus dalam mengemudi, Ren menepikan mobilnya sejenak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, menyandarkan punggungnya sepenuhnya ke sandaran jok mobilnya, lalu menghirup nafas panjang dan menghembuskannya cepat.

Sial. Dirinya ini sebenarnya kenapa?

Kedua netra Ren hanya menatap lurus ke depan tanpa titik fokus yang pasti, sebelum beberapa detik kemudian fokusnya tiba-tiba ditarik oleh presensi seseorang yang terlihat berjalan kaki dengan kepala yang sedikit tertunduk di depan sana.

Itu, adalah pelaku utama yang mengobrak-abrik ketenangan batinnya hari ini —Vexanta Atriaz.

Ren terdiam sejenak mengamati pergerakan manusia itu, sebelum kemudian menginjak pedal gas mobilnya untuk mendekatkan jarak dengan anak itu, menurunkan kaca jendela mobil sebelah kirinya dan setelahnya,

TIN!

membunyikan klakson mobilnya keras-keras dengan tanpa dosanya hingga bahu manusia yang berusia dua tahun lebih muda darinya di depannya itu melonjak.

Anak itu menghela nafasnya pelan —terlihat dari bahunya yang perlahan luruh, lalu membalikkan tubuhnya dan melangkah mendekat ke arah mobil pelaku yang berhasil membuatnya menjenggit dan jantungnya mendadak berdetak lebih cepat itu, kalau-kalau manusia yang ada di dalam situ ingin dirinya melakukan sesuatu.

Vexa tidak perlu bertanya-tanya siapa yang berani-beraninya membuat jantungnya nyaris berpindah dari tempatnya. Siapa lagi manusia yang gemar mencobai kesabarannya selain ayah tiri dan ibu kandungnya jika bukan kakak tirinya?

Dan, benar saja. Hal pertama yang anak itu lihat saat ia melongok ke dalam dari kaca jendela mobil sebelah kiri yang terbuka, adalah Fayren Rhodelta yang tengah menodongkan selembar uang rupiah berwarna hijau.

"Beliin gue minum di seberang. Minuman jeruk botolan, dua."

Vexa mengalihkan pandangannya ke seberang demi memastikan apa yang ada di sana, lalu mengangguk-anggukkan kepala kala kedua manik matanya mendapati adanya minimarket di seberang sana, dan setelahnya mengambil lembaran rupiah warna hijau yang ada di tangan kanan Ren.

"Cepetan. Nggak pake lama."

Vexa, tak menanggapi ucapan kakak tirinya dengan sepatah kata pun. Ia hanya melangkahkan kakinya ke belakang mobil Ren, lalu menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada kendaraan yang melaju cukup cepat untuk membahayakannya. Dan setelah dirasanya jalanan itu cukup aman, ia mulai melangkahkan kakinya ke seberang sana.

🌎🌍🌏

Anak yang baru saja melaksanakan apa yang dititahkan kakak tirinya itu mengetuk pelan kaca jendela mobil sebelah kiri yang tadi sempat ditutup kembali oleh pemiliknya, sebelum akhirnya kaca yang menghalangi pandangan dua manusia itu perlahan-lahan bergerak turun.

Vexa mengulurkan tangan kanannya yang menenteng kantung kresek berisi dua botol minuman yang diminta oleh Ren beserta uang kembalian yang ia capit di antara ibu jari dan jari telunjuknya itu tanpa kata hingga ke dekat manusia yang meminta, yang kemudian segera direbut oleh kakak tirinya tanpa babibu lagi.

Ren pun mengeluarkan salah satu dari botol plastik di dalam kantung kresek itu. Tapi, baru satu kali ia memutar tutup botolnya berlawanan dengan arah jarum jam,

The World will Never Revolve Around YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang