II: Sharpen Your Knife, I Am Ready To Admit My Sins

355 52 1
                                    

"Permisi, apakah benar ini adalah klinik hewan milik Veterinarian Choi?" Jeonghan mendekap erat kucing hitam yang tadi ditabraknya. Kini, ia sudah berada di salah satu klinik hewan terdekat yang masih beroperasi. Di depannya, seorang wanita tengah merapikan sebuah buku dan memasukkannya ke dalam buku.

"Iya, benar. Tetapi, lima menit lagi kami akan tutup. Apakah ada yang bisa kami bantu..." Wanita itu kini menurunkan pandangannya ke kucing hitam yang Jeonghan peluk, "aku akan memanggil Dokter Choi. Sebentar."

"Terima kasih, terima kasih." Jeonghan lalu menundukkan kepalanya dan tersenyum pada kucing di dekapannya, "kau akan baik-baik saja... sebentar lagi, dokter yang hebat akan mengobatimu." Ujarnya sambil mengusap-usap kepala kucing tersebut, yang tanpa Jeonghan sangka kini mengeong dan mendekatkan kepalanya ke jari-jari Jeonghan.

Tanpa Jeonghan sadari, seseorang dengan kemeja biru muda dan celana kantor berwarna cokelat tua tengah menatapnya dari arah pintu ruang praktik. Pria itu tersenyum kecil mendengar obrolan Jeonghan dengan si kucing kecil, kemudian ia memutuskan untuk berjalan mendekat. "Selamat petang, kudengar dari Nona Lee jika ada seorang pasien tambahan hari ini." Suaranya terdengar lembut, tidak ada nada menyindir atau tekanan, membuat Jeonghan selama beberapa detik bernapas lega karena dokter yang bertugas di klinik hewan ini tidak akan memarahinya yang membawa seekor kucing di jam petang.

"I-itu, aku menabrak seekor kucing dan sepertinya ia terluka. Aku tidak pernah merawat hewan apapun sebelumnya jadi aku tidak terlalu paham cara untuk mengobatinya. Oleh karena itu, aku memutuskan untuk membawa kucing ini ke klinik hewan terdekat. Beruntungnya aku, ternyata klinik Anda masih beroperasi." Jeonghan berceloteh panjang, ada getaran khawatir di suaranya dan pria di depannya dapat menyadari hal tersebut.

"Aku akan mengobatinya, bolehkah aku menggendongnya?" Pria itu menatap pakaian yang dikenakan Jeonghan, ia lalu tersenyum kecil. "Dan Anda dapat beristirahat sembari menunggu di sini, sepertinya Anda baru saja pulang dari bertugas, Tuan...."

"Jeonghan, namaku Yoon Jeonghan. Aku salah satu petugas kepolisian yang bertugas di Public Safety Bureau dan–oh astaga, maafkan aku. Tidak seharusnya aku mengoceh dan tentu, Anda boleh menggendong kucing ini." Jeonghan kemudian berjalan mendekat ke arah pria dalam kemeja biru muda itu dan menyerahkan kucing hitam di gendongannya. "Oh! Aku menggunakan rompi polisiku untuk menghangatkannya."

"Anda melakukan hal yang tepat, Tuan Yoon–"

"Jeonghan, panggil aku Jeonghan saja. Dan terima kasih karena telah bersedia menunda jam istirahat Anda, Dokter..." Jeonghan sedikit kebingungan, ia tidak menemukan papan nama dokter di depan meja klinik dan tidak ada tanda pengenal seperti di rumah sakit.

"Seungcheol, namaku Choi Seungcheol." Pria itu tersenyum sembari mengambil kucing hitam yang tadi di dekapan Jeonghan.

Dokter Choi, aku berutang banyak padamu!


Setelah sekitar dua puluh menit berlalu, pintu ruang praktik pun terbuka. Perempuan yang tadi berjaga di depan telah pulang sejak lima menit yang lalu, ia sempat memberikan pesan pada Jeonghan bahwa kucing yang dibawanya baik-baik saja dan agar Jeonghan tidak terlalu mengkhawatirkan insiden tersebut. Sejatinya, sejak Jeonghan duduk di bangku lobi klinik, ia sempat merasa panik dan takut jika tindakan cerobohnya tadi telah menyebabkan kucing malang itu kehilangan hidupnya. Namun, mendapatkan informasi kecil dari Nona Lee, Jeonghan dapat beristirahat dengan lebih lega.

Seungcheol, nama veterinarian yang mengobati kucing hitam itu, berjalan keluar sambil melepaskan slop tangan yang digunakan. Ia lalu menginjak tuas kotak sampah dan membuang slop itu. "Kabar baik, Tuan Yoon–"

"Jeonghan saja."

Seungcheol tersenyum kecil, "ya, benar. Kabar baik untukmu, Jeonghan, kucing yang kau bawa tadi tidak memiliki cedera serius. Hanya saja, ia mungkin akan kesulitan berjalan untuk selamanya. Jadi, yah, itu dia kabar buruknya."

Mendengar informasi dari Seungcheol, Jeonghan meremat ponsel yang ada di genggamannya dan kepalanya menunduk perlahan. Ia mungkin tidak merenggut nyawa kucing tersebut, tapi ia telah menyebabkan kucing itu terluka dan kesulitan untuk berjalan di kemudian hari. Ia benar-benar merasa bersalah akan hal ini.

"Hey, Jeonghan." Seungcheol kemudian duduk di sebelah Jeonghan, ia menoleh dan tersenyum kecil. "Jangan khawatir, ia akan baik-baik saja. Sayang sekali, aku tidak dapat merawat kucing di hunianku. Namun, aku dapat menghubungi pet shelter terdekat untuk mengadopsinya."

Jeonghan menolehkan kepalanya untuk menatap Seungcheol, dengan sedikit ragu ia berkata, "apakah... apakah boleh jika aku saja yang merawatnya? Tetapi, aku tidak memiliki pengalaman apapun dalam merawat seekor kucing. Aku mungkin akan banyak bertanya padamu, Seungcheol."

"Tentu saja, itu bukan masalah. Akan tetapi, untuk sementara kucingmu harus dirawat di sini karena selain cidera, berat badannya juga di bawah rata-rata dan aku ingin memastikan jika ia benar-benar bersih dari penyakit. Sepertinya, kucing hitam itu adalah kucing liar, aku tidak melihat kalung penanda di lehernya."

Jeonghan menganggukkan kepalanya. Ia lalu membuka fitur Kontak di ponselnya. "Kalau begitu, apakah aku boleh meminta nomor ponselmu atau nomor klinik ini? Apa saja, yang dapat dihubungi untuk menanyakan kondisi Gumang."

"Gumang?"

"Oh... saat menunggu tadi, aku memutuskan untuk menamainya Gumang." Jeonghan tersenyum kecil, ia kemudian menyerahkan ponselnya pada Seungcheol.

Seungcheol pun mengambil ponsel Jeonghan dan mengetikkan nomor di sana. Setelah memeriksanya dua kali, ia lalu mengembalikan ponsel tersebut kepada Jeonghan. "Simpan sebagai Seungcheol, itu adalah nomor pribadiku. Kau dapat menghubungiku terkait Gumang atau nanti saat kau merawatnya di rumahmu."

Jeonghan kemudian menyimpan nomor yang telah diketikkan oleh Seungcheol, sementara dokter yang menangani Gumang tadi hanya menatap Jeonghan dengan senyuman yang tak kunjung hilang dari bibirnya.


Setelah kembali ke kantor dan menyerahkan laporannya, Jeonghan langsung pulang ke rumah dengan sepeda gayungnya. Ia tidak memiliki kendaraan selama bekerja di Gangseo, Jeonghan hanya mengandalkan mobil Hyundai Sonata atau sepeda motor BMW R200RT yang merupakan fasilitas dari pihak kepolisian.

Jarak dari Kantor Pusat Gangseo dengan kontrakan huniannya tidaklah begitu jauh. Dengan sepeda, ia hanya menghabiskan waktu sekitar sepuluh menit jika bersantai dan enam menit jika Jeonghan mengayuh penuh semangat. Hanya melewati satu lampu lalu lintas dan dua gang, akhirnya ia sampai di hunian kecilnya yang ia bayarkan dengan seperempat dari gajinya sebagai polisi.

Setelah memarkirkan sepeda dan memasang pengait roda, Jeonghan lalu naik ke lantai dua, menuju ke petak huniannya. Ia sudah tidak sabar untuk masuk dan membasuh diri dengan air segar, minum teh hijau dingin dari lemari es mininya, dan memejamkan mata untuk beristirahat sebelum besok kembali bertugas.

Ternyata, hari ini tidak seburuk yang Jeonghan bayangkan. Sebentar lagi, hunian yang sepi dan kecil ini akan ditempati oleh seekor kucing hitam yang akan menemaninya setiap hari. Dalam tidurnya, Jeonghan tersenyum membayangkan jika ia akan memiliki teman kecil untuk menghiburnya saat baru bangun maupun sepulang kerja. Ia tidak sabar untuk bertemu lagi dengan Gumang.

The Time Between Dog and WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang