X: Birds Fly (18+)

445 34 3
                                    

Setelah membuang ponselnya ke luar jendela mobil, Jeonghan kembali menatap ke pria yang tengah menatap fokus ke jalanan. Setelah beberapa meter mengemudi, ia lalu mengarahkan mobilnya menuju ke sebuah gang sepi yang hanya diterangi cahaya remang lampu jalan, lalu memarkirkan mobilnya di wilayah yang tidak disinari oleh cahaya lampu jalan. Pria itu kemudian melepas mantelnya, melempar sembarangan ke bangku belakang, kemudian ia menarik tangan Jeonghan dan memaksanya untuk duduk di atas pangkuannya. Tak lupa, Seungcheol menaikkan jendela mobilnya, memberi ruang privasi untuk dirinya dan Jeonghan.

"Kau sudah membuang ponselmu?" Seungcheol memegang pinggang pemuda di pangkuannya, mengelus perlahan dengan jemarinya, kemudian bergerak naik untuk membuka kancing kemeja yang Jeonghan kenakan satu per satu.

"Hm." Jeonghan mengangguk pelan, ia lalu mengarahkan tangannya untuk turut melepaskan kancing kemeja biru tua yang Seungcheol kenakan. "Tidak bisakah kau sabar? Aku harus mandi. Dan kenapa kau harus menampakkan diri di lokasi tadi? Untung saja Jeong Shin-Eui tidak menyebut namamu!"

"Tidak bisa, Jeonghan... hampir delapan bulan aku menjadi orang asing gara-gara penyadap sialan yang terpasang di ponselmu. Dan tidak, ia tidak akan berani melakukan hal itu. Ia memahami peraturannya sendiri, dead men tell no tales. Dia tidak akan mau mati."

"Mingyu hanya menuruti perintah Inspektur Jeong. Ia sudah berbaik hati memberikan kode dengan menuliskan informasi tentang penyadap tersebut di buku catatanku." Jeonghan menunduk, mengecup leher Seungcheol dan sesekali memainkan lidahnya.

"Inspektur? Cih, apakah kau masih beersedia memanggil bangkai yang sudah tidak berbentuk itu sebagai inspektur?" Seungcheol membuka kemeja yang Jeonghan pakai, menatap pada tubuh indah kekasihnya yang sangat ia rindukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Inspektur? Cih, apakah kau masih beersedia memanggil bangkai yang sudah tidak berbentuk itu sebagai inspektur?" Seungcheol membuka kemeja yang Jeonghan pakai, menatap pada tubuh indah kekasihnya yang sangat ia rindukan. Ia mendorong tubuh Jeonghan dengan perlahan, kemudian mendekatkan kepalanya ke arah dada Jeonghan. Mengecup, menghisap, dan menggigit puting Jeonghan dan mengundang lenguhan dari kekasihnya.

Jeonghan meremat rambut hitam Seungcheol, membiarkan jemarinya menelisik di helai rambut indah itu. "Anhh... selama lima—ngh! Lima tahun, Seungcheol—ah! Selama lima tahun aku menahan diri agar tidak memanggilnya bajingan—Cheol, hentikanhh! Geli!"

Pria yang masih sibuk menikmati tubuh lelaki terindahnya itu terkekeh kecil, ia lalu menarik diri dan menatap Jeonghan yang melanjutkan tuturannya. "Bahkan, setelah aku lulus Akademi Polisi dan melanjutkan pendidikan di Korean National Police University, bajingan Jeong itu masih mampu menghalangi karirku!"

"Sst... sayangku, tenanglah. Kini, ia sudah menjadi makanan ikan di lautan ditemani anggota timnya. Senior Park sangat baik hati bersedia membantuku. Hanya dengan iming-iming jabatan Superintendent, ia meloloskan semua manipulasi laporan yang kulakukan." Seungcheol mendekat ke wajah Jeonghan, memberi kecupan-kecupan kecil di bibir manis pria itu. "Jika saja paman dari si bajingan Inspektur Jeong bukanlah Jeong Shin-Eui, anggota kabinet presiden, maka ia tidak akan mampu mengalahkan kekasihku yang cerdik dan baik hati ini." Seungcheol mengelus rambut Jeonghan, tersenyum penuh kemenangan.

The Time Between Dog and WolfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang