✂....life after break up-chapter 03

891 154 37
                                    

“Siang, Pak Asan.”

Pak Asan, si penjaga kos-kosan, menoleh saat mendengar sapaannya. “Siang, Mbak. Baru pulang?”

“Iya, nih, Pak. Capek banget habis bolak-balik di jalan.”

“Panas-panas gini ngapaian, Mbak, bolak-balik di jalanan?”

“Habis nemenin temen ke perpustakaan umum, Pak. Nyari buku buat skripsi. Habis dari situ muter lagi ke perpustakaan kampus tetangga. Tiga kali keliling nggak ketemu-ketemu bukunya, akhirnya pulang, deh.” Jisoo sudah biasa bertukar cerita seputar aktivitasnya sebagai mahasiswi bersama Pak Asan. Dari awal ngekos di sini, dia bisa langsung akrab sama si Pak Asan daripada sama si pemilik kos-kosan yang jarang ditemui. Ditambah lagi Pak Asan orangnya baik terus ramah sama anak-anak kos. Sifatnya juga kebapak-bapakan walau orangnya agak kepoan dan Pak Asan paling sering direpotin anak-anak kos-kosan dibanding sama penjaga kos lainnya. Beliau juga asyik diajak mengobrol, makanya Jisoo betah ngobrol santai begini sama Pak Asan.

“Sumpah, Pak, panas banget di luar! Apalagi di pertigaan tadi jalannya mancetttt! Beuh, sinar matahari langsung nantangin kita.”

Pak Asan terkekeh geli. Beliau dapat langsung membayangkan betapa struggle-nya orang-orang ketika terjebak mancet di pertigaan lampu merah. “Naik motor ya, Mbak?”

“Iya, naik motor.”

“Kenapa nggak naik mobil biar adem?”

“Gak ada yang punya mobil.”

“Kan ada Mas Taeyong.”

Mulut Jisoo langsung terkatup rapat. Lagi-lagi nama laki-laki itu muncul. Sudah berapa kali coba seharian ini dia mendengar namanya? Rasanya mendengar namanya ketika sebelum putus dan sesudah putus itu beda. Belum cukup lama mereka putus, jadi Jisoo belum sepenuhnya bisa terlepas dari bayang-bayang nama laki-laki tersebut. Kelihatannya Pak Asan juga masih belum tahu kalau dia sama Taeyong sudah putus. Tapi bukan berarti dia mau memberitahunya persoalan ini. Untuk perkara satu ini, Jisoo enggan berbagi cerita sama si penjaga kos-kosan. Sementara biarlah orang-orang terdekatnya yang mengetahuinya.

“Masuk dulu ya, Pak. Gerah, nih.”

“Iya, Mbak, silahkan.”

Dengan langkah lesu, letih, dan lelah, dia berjalan pelan melewati lorong parkiran kendaraan motor dan mobil menuju kamar kos-kosannya yang terletak di lantai dua. Kos-kosan ini lumayan gede dan bisa dianggap sebagai kos-kosan mewah. Penghuni kos-kosannya campuran antara cewek sama cowok. Dulu kos-kosan Jisoo dekat sama kampusnya, tapi semenjak satu tahun pacaran sama Taeyong dia kemudian pindah ke sini memutuskan untuk ngekos bareng sama Taeyong. Padahal, jarak kos-kosan ini lumayan jauh dari kampusnya dibanding sama kampus Taeyong.

Sekarang setelah putus mau pindah juga sayang banget. Toh, bentar lagi dia mau lulus kalau skripsinya selesai tepat waktu. Setelah lulus kuliah nanti, dia bakal balik ke kota asalnya dan tidak bakal balik lagi kemari.

Setibanya di depan kamarnya, Jisoo tidak langsung beranjak untuk membuka pintu kamar. Untuk seperkian detik dia berdiri menilik sekitar berupaya menemukan keganjilan yang telah mengusik ketidaknyamannya. Mendapati sepatu Taeyong ada di antara rak sepatunya, Jisoo menebak kalau laki-laki itu pasti ada di dalam. Semestinya laki-laki itu dapat memahami maksud di balik pengusirannya dari kamar kos-kosannya. Dia mendepaknya keluar maka keseriusannya untuk mengakhiri hubungan mereka bukanlah sekadar ancaman belaka. Dia serius putus dan mau Taeyong keluar dari sini. Jisoo sudah sangat yakin menekankan bahwa barang-barangnya sudah dia bereskan, Taeyong tinggal membawanya pergi.

Tapi kenapa laki-laki itu masih kembali? Dari mana dia mendapatkan kunci duplikatnya? Ah, itu pasti dari Pak Asan.

Dia mendesah dengan resah. Jisoo sudah menyerah sama hubungan mereka, kenapa Taeyong tidak ikut menyerah juga? Dia mendesah lagi seraya memantapkan diri untuk bertatap muka bersama kekasihnya—atau seharusnya dia sebut mantan kekasihnya.

Life After Break Up | taesoo [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang