“Eh, buset!” Johnny dikejutkan oleh Taeyong yang seharian ini hanya bermalas-malasan di kos-kosannya. Sambil berdecak pelan, Johnny menarik jempol kakinya supaya si teman terbangun. Sudah genap satu minggu laki-laki ini menginap di tempatnya dan sudah genap dua kali dia bolos kuliah. Teman-teman di kampus yang merasa kehilangan sosoknya sontak membombardir Johnny dengan pertanyaan serupa yang menanyakan keberadaannya.
Tumben teman lo bolos. Ke mana tuh, anak?
Iya, betul. Tumben sekali anak itu bolos kuliah, enggak kayak biasanya. Taeyong bukan mahasiswa yang hobi membolos kuliah. Dia termasuk mahasiswa rajin dan aktif yang absen kuliah kalau ada urusan penting saja, misal kalau ada kegiatan organisasi atau ketika Jisoo kalau lagi bolos kuliah. Lalu tumben banget dua hari belakangan ini dia bolos kuliah hanya untuk bermalas-malasan di atas kasur saja.
“Lo dicariin Momo tadi.”
“Menurut lo gue cowok apaan, John?”
“HAH?” Johnny kontan menatapnya bingung. Aneh banget tiba-tiba dikasih pertanyaan begitu. Manalagi pertanyaannya tidak relevan sama pernyataan Johnny barusan. “Gue harus jawab apa?”
Taeyong mengidikkan bahu, tak tahu-menahu. Sebetulnya dia juga bingung ingin mendapatkan jawaban sebagaimana, tapi di satu sisi Taeyong kepingin tahu di mata temannya ini dia cowok seperti apa. Apakah itu mengarah ke hal-hal baik atau hal-hal buruk. Taeyong ingin mendengar pendapat Johnny tentang dirinya.
“Misal lo sebagai cewek dan gue sebagai cowok lo. Menurut lo gue cowok yang kayak gimana?”
“Hmm,” Johnny bergumam cukup panjang. Memikirkan kembali perkataannya seraya menilik sosok temannya melalui sudut matanya. Mengamati lamat-lamat sosok Taeyong yang serba acak-acakan dan pastinya, belum mandi. “Kalau gue cewek dan cowok gue modelan kayak lo. Yang pasti sih, gue bahagia.”
“Jawaban lo nggak serius amat,” komentarnya.
“Makanya dengerin dulu sampai akhir,” balas Johnny lalu mendengkus pendek. “Sebagai cewek, pastinya gue akan bahagia punya cowok modelan kayak lo—ini realitanya, ya. Secara muka lo itu oke, nggak malu-maluin, dan lo juga nggak jorok—yeah, kecuali hari ini lo jorok banget!”
Dari penjelasannya ini tidak ada kata-kata yang menarik minat Taeyong untuk diulik lebih jauh lagi. Semuanya terdengar kosong dan tak berarti apa-apa baginya karena sering mendengar ucapan serupa dari orang berbeda.
“Lo tau kan, gue benci orang jorok,” lanjutnya lagi sambil menatap jijik Taeyong yang seharian ini belum mandi. Johnny sangat menjunjung tinggi kebersihan dan dia paling benci sama orang yang belum mandi. Baginya orang-orang belum mandi itu jorok. Sama joroknya seperti orang-orang yang tidak pernah memakai deodorant untuk aktivitas sehari-hari. “Itu kelebihan lo—sebenarnya masih ada lagi cuma gak perlulah gue jabarin semua, ntar lo kegeeran lagi.”
Taeyong memutar bola matanya jenuh lantaran Johnny terus-terusan mengatakan hal-hal yang membosankan, bukan sesuatu yang sangat ingin dia dengar.
“Kekurangan lo tuh, paling lo terlalu baik sama cewek dan saking baiknya sampai lo lupa buat ngasih batasan ke mereka. Makanya banyak cewek yang ngerasa lo milik bersama. Terus hal yang paling gue benci dari lo itu, lo tukang pelupa!” Tatapan mata Johnny terlihat serius kali ini. “Jujur deh, Yong. Gue nggak suka sama sifat lo satu ini. Lo tuh, apa ya, gampang melupakan sesuatu gitu dan sering menyepelekan janji. Kalau lo udah fokus ngerjain sesuatu, lo pasti bakalan lupain hal-hal lainnya.”
“Gue ngasih batasan ke mereka kok. Gini-gini gue juga tahu diri,” timpalnya. “Dan masalah lupa ... no comment.”
“Adakalanya lo lupa buat ngasih batasan. Gue jadi cewek lo pasti cemburu tiap waktu.” Membayangkan dirinya di posisi cewek Taeyong langsung membuatnya merinding ngeri. “Jangan no comment, Bro. Kalau bisa perbaiki tuh sistem ingatan jangka panjang lo yang payah. Mikirin gini gue jadi kasihan sama diri gue sendiri kalau jadi cewek lo.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Life After Break Up | taesoo [✔️]
Fanfic"Aku minta break, kok kamu minta putus?" ©2024 by hippoyeaa