"adekk" panggil ayah dari luar rumah
"ayah berangkat kerja yaa, adek dirumah aja sama ibuk"aku menghampiri keberadaan ayah dan menatap nya dari depan pintu rumah
"okee ayah, nanti pulang nya bawa jajan ya!" seru ku dengan semangat
ayah ku adalah pekerja lepas atau biasa di bilang buruh, ayah ku bekerja dengan shift ayah bekerja mengikut orang jadi kalau sudah tidak di butuhkan lagi ayah akan di buang dan mencari kerja lagi tapi pekerjaan yang ayah dapat selalu sama, hanya satpam, buruh sapu atau pengangkut sampah.
tapi aku senang dengan pekerjaan ayah apalagi kalau ayah kerja mengangkut sampah. karna di sampah orang tidak akan perduli dengan apa yang ada di dalamnya karna orang orang berpikir 'itu tidak ada harganya makanya di buang orang' padahal banyak barang bagus dan mahal yang mungkin tidak sengaja terbuang contoh nya emas.
"adekk, ayah pulang liat ayah bawa apa"
panggil ibuk saat aku sedang tidur sore itu awal nya aku tidak dengar perkataan ibuk tapi setelah aku dengar suara langkah kaki dan kantong kresek aku langsung terperanjak dari kasur terbangun dan berlari menuju asal suara.
"wahh" mata ku berbinar melihat apa yang di bawa ayah, ayah mengangkat dan menujukannya pada ku kantong itu berisi roti dari sebuah brand terkenal, jika terkenal sudah pasti itu mahal tapi ayah tidak membelinya pemilik toko itu sudah mengenal ayah dan tau aku yang suka sekali dengan roti abon dan roti dengan toping kismis dia atasnya.
ayah selalu begitu saat pulang tapi kesenangan itu hanya sebentar karna kak dea selalu nomor satu untuk bersaing dengan ku alhasil kami rebutan hal ini yang membuat rumah selalu ramai
bang agam dan azzam bukan orang seperti kak dea yang penting mereka sudah coba ya sudah. mereka lebih sering membagi jatah nya pada kami berdua agar tidak berebut dan mereka saling berbagi.
walaupun roti yang di berikan si pemilik adalah roti yang hampir basi atau kadaluarsa tapi kami tetap bersyukur dengan semua yang ada
betapa indah nya semua ini, tapi dibalik sifat ayah yang telaten rapih dan pekerja keras ada sifat buruk ayah yang tidak bisa ia hilangkan sifatnya yang termprament dan hobinya berjudi.
***
hari sangat sunyi sekali, ibu duduk termenung di ruang tamu ibu sedang menanti kepulang ayah dan abang kami di rumah baru bertiga itu aku, ibu, dan kak dea. bang agam dan bang azzam punya pekerjaan sampingan untuk menambah uang untuk mencukupi kebutuhan masing masing dan membantu perekonomian keluarga.
tapi malam itu ada yang beda ayah hari itu sedang cuti ntah apa alasannya ayah sudah pergi entah kemana sejak siang hingga malam yang mulai larut tak kunjung pulang. bang agam menemani ibu menunggu ayah pulang malam semakin larut yang di tunggupun akhirnya pulang
bang agam menatap sinis ayah seakan sudah tau apa perbuatan ayahnya
"kamu dari mana aja si yah?" tanya ibu sedikit khawatir dengan ayah pasalnya ayah pulang dengan raut wajah yang sendu dan badan lemas
"paling ayah main judi buk, kan biasanya juga gitu" celetuk bang agam tapi itu tidak salah karna itulah faktanya tapi seakan tak terima ayah membentak abang
"ya emang nya kenapa? emang ayah judi pake uang kamu?"
"otak ayah kemana sih? terus kalo ayah main judi yang menuhin kebutuhan rumah siapa? ayah tulang punggung keluarga mana tanggung jawabnya!" balas bang agam kembali membentak
"sudahlah, jangan bertengkar sudah malam adik mu tang lain sudah tidur" lerai ibu agar tidak terjadi pertengkaran yang lebih hebat
ya itu lah ayah jika banyak uang akan di habiskan nya untuk judi jika tidak ada uang maka kami yang akan kena imbas nyasetiap akhir pekan bang agam akan ikut dengan ibu bekerja di rumah gurunya tak jarang aku juga ikut dan sedikit membantu ibu dan abang sementara di sisi lain bang azzam dan kak dea yang berberes di rumah.
saat bekerja ibu tiba tiba mengeluhkan nyeri pada bagian dadanya lebih tepatnya pada payudara nya.
"aduh, adek dada ibu nyeri banget kenapa ya?" keluh ibu saat sedang mengelap kaca jendela
"ibu kenapa? ibu sakit? kalau gitu tunggu sebentar adek ambilkan air dan panggilkan abang ibu duduk dulu" jawabku khawatir dengan kondisi ibu.
ibu dulu pernah di diagnosis kanker payudara dan sempat di sarankan operasi tapi ibu menolak mungkin yang ibu keluhkan sekarang adalah kanker nya yang mungkin mulai bereaksi
"kenapa bu? sakit lagi?" tanya bang agam dengan lembut
"iya"
"yaudah ibu istrahat aja biar agam yang lanjutin semua""iya bu, biar adek aja yang lanjutin lap kacanya"
usul kami berdua yang di setujui ibu dengan anggukan abang kembali kedalam untuk menyelesaikan kerjaan dan aku melanjutkan kerjaan ibu yang tanggungibu akhir akhir ini selalu terlihat lemas dan mengeluh sakit pada bagian dadanya sampai akhir nya ibu jatuh sakit. ibu di rawat inap tapi aku tidak pernah menjenguk ntah kenapa aku tidak pernah di bawa kesana, hanya bang agam yang selalu kesana, kakak sibuk mengurus rumah ayah bekerja dan bang azzam lah yang menjagaku mengajakku bermain, jalan jalan dan bercanda bahkan kami berkunjung kepasar malam. astaga itu sangat menyenang kan sangat sangat menyenang kan karna aku belum pernah kesana.
***
ibu sudah pulang dari rumah sakit, semua nya berjalan seperti biasa tapi penyakit ibu tak kunjung sembuh bahkan semakin parah hingga aku menginjak usia lima tahun. badan ibu tiba tiba kuning seluruh nya, kurus dan perut nya membuncit seperti orang hamil
"ya ampun ibu!" teriak bang agam yang shock melihat keadaan ibu
"kenapa bang?" sahut ayah
yang juga ikut shock melihat nya karna ayah baru saja pulang dari shift malam. melihat itu ayah memangil tetangga dan meminta tolong untuk mengantar kerumah sakit dengan mobil.
aku? tidak tau apa apa saat itu aku hanya mengikuti alurnya saja dan sampai saat ini yang menemani ku hanya bang azzam, ibu di rawat lagi dan bang agam yang rajin menjaga ibu
_______________________________________
permisi dek, bapak nya ada?"
"tidak, ayah tidak dirumah, ayah sedang keluar"
jawab kakak sedikit heran tentang siapa mereka dan perlu apa dengan ayah"ada perlu apa ya om?" tanya kakak
"tidak ada, kalau begitu kami pamit dulu tolong sampaikan dengan ayah jika ada yang mencari beliau" sahut orang tersebut. Dan hanya di tanggapi dengan anggukan oleh kakak
ayah tadi pagi memang pamit untuk pergi bekerja seperti biasanya tapi entah kenapa sudah malam dan mulai laru ayah belum juga pulang, aku khawatir.
ayahku itu sudah berumur lalu mengidap penyakit katarak dan rabun dekat, aku khawatir sudah selarut ini ayah belum pulang, dan ternyata ayah memang tidak pulang hingga pagi.
"yah, ayah dari mana aja si? ibu lagi sakit lo kenapa ayah malah ga pulang?"
itu suara bang azzam yang bertanya yang sepertinya dia sudah kesal melihat kelakuan ayah yang semakin kesini semakin menjadi jadi saja.
"apasih bang, ya ayah kerja lah emang mau ngapain lagi?"
jawab ayah dengan nada yang kurang senang menanggapi pertanyaan abang.
" ya masa iya ayah kerja ga pake pulang? jujur aja deh ayah pasti main judi kan" tuduh bang azzam
mendengar perdebatan yang semakin memanas kak dea segera membawa ku ke belakang rumah dan duduk di bangku yang ada sana, dia mengajak ku bermain. ntah kenapa ayah akhir akhir ini berubah semakin buruk bahkan seperti tidak peduli dengan kondisi ibu
"jangan di dengerin ya, kita main aja di sini main masak masakan"
kata kak dea agar mengalih kan fokus ku dari ayah dan bang azzam, itu berhasil hanya sebentar hingga
* PLAK
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen Fiction"kamu tuh bodoh banget! masa masuk sekolah negri aja ga sanggup!" "ya jangan samain lah bang, jaman abang mah ambil negeri tuh gampang" "ALASAN AJA!! emang kamu nya aja goblok, makanya kalo di suruh belajar ya belajar" "ASAL ABANG TAU YA, ADEK JU...