* PLAK
suara itu, suara tamparan yang sangat keras hingga aku dan kak dea bisa mendengarnya dari belakang rumah, lalu di sambung dengan suara motor yang beranjak menjauh. aku berlari kedepan dan menghampiri bang azzam
" abang kenapa? abang gapapakan?"
tanyaku dengan mata yang hampir menangis melihat abang seperti itu akibat ayah, karna jujur di antara semuanya aku hanya dekat dengan bang azzam lalu kak dea datang membawa kotak p3k dan mengobati luka abang.
***
di usia ku yang sudah lima tahun, aku mulai masuk kedunia pendidikan aku masuk ke paud andika permai yang tidak jauh dari rumah saat itu ibuk masih sakit, di saat anak anak yang lain di tamani orang tuanya hanya aku yang sendirian guru dan orang tua murid memujiku saat itu dan aku bangga.
tapi kalau sekarang, di pikir pikir betapa menyedihkannya aku saat itu.saat pagi bang azzam akan mengantarku sekaligus kakak dan dirinya juga berangkat ke sekolah. saat pulang aku di jemput kak dea, aku menunggunya di paud hingga dia lewat dan memanggil dan kami pulang berjalan kaki bersama.
saat dirumah, baru saja tiba ntah apa gerangan ayah tiba tiba berberes rumah dan mencuci pakaian. tapi bagus lah kami bersyukur setidaknya pekerjaan rumah kak dea sedikit berkurang.
tak lama saat kak dea menolongku berganti pakaian, telfon ayah berbunyi itu dari bang agam. kakak memberikan telfonnya pada ayah yang saat itu sedang menjemur kain,
"walaikumsalam, kenapa bang?"
"............"
"astagfirullah bang, innalillahi"
"..."
"iya, nanti ayah bawa mereka"setelah menerima telfon itu ayah tiba tiba lemas ntah kenapa ayah terhuyung dan bersandar pada tembok kemudian terduduk di dekatnya, tak lama setelahnya mata ayah mulai berair lalu menetes ke pipi.
aku dan kak dea pun ikut duduk disamping ayah ikut meringkuk pada tembok, ayah memelukku dan kak dea
"astagfirullah dekk, kakk, ibuu nakk" ucap ayah tersedu
"memang ibu kenapa yah?" polos ku bertanya, kak dea hanya memperhatikan
air mata ayah semakin berlinang mendengar tanya ku, ayah menangis sesenggukan meraung tak karuanternyata ayah dapat kabar kalo ibu sudah tidak ada, iya di hari pertama aku sekolah ibu pergi ya aku saat itu belum tau apa apa jadi aku biasa saja kak dea yang saat itu kelas tiga smp juga terlihat kebingungan dan belum bisa memproses apa yang sedang terjadi sebenarnya
"ibuu dekk, ibu udah ngga adaaa!" ucap ayah sambil meraungkan kesedihan yang mendalam, mendengar penuturan ayah kak dea paham dan mulai menangis dalam diam dan bersembunyi di pelukan ayah.
———
ntah lah apa yang terjadi aku hanya tau bermain saja saat itu
hingga aku sudah lelah bermain dan masuk kedalam rumah di sana aku melihat mereka berkumpul bang agam, bang azzam, kak dea raut wajah mereka sangat sedih tapi tidak menangis. ntahlah mungkin air matanya sudah kering, dan ayah? ayah pingsan entah sudah yang keberapa" kalian ada yang mau cium ibu?"
tanya tetuah di sini bang azzam langsung mendekat dan mecium ibu, abang juga mengelus rambut ibu dengan sangat lembut
tak ada yang mencium ibu selain bang azzam, ntah kenapa bang agam bukan ikut mencium ibu tapi malah berlalu meninggalkan ruangan dan duduk diluar bersama temannya yang hadir untuk ikut menguburkan ibu. abang terlihat baik baik saja dia tersenyum bahkan tertawa cukup keras karna candaan temannyasedangkan kak dea mulai menangis kembali saat bang azzam mencium ibu
" air mata nya di tahan ya, jangan kena sama ibu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen Fiction"kamu tuh bodoh banget! masa masuk sekolah negri aja ga sanggup!" "ya jangan samain lah bang, jaman abang mah ambil negeri tuh gampang" "ALASAN AJA!! emang kamu nya aja goblok, makanya kalo di suruh belajar ya belajar" "ASAL ABANG TAU YA, ADEK JU...