Dua Puluh Sembilan

1.5K 121 22
                                    


Di sebuah kamar apartment. Hanya terdengar decitan ranjang yang bergoyang dan hentakkan keras yang berasal dari kulit yang saling bersentuhan.

"Ahh...Ge~" Lusi mendesah nikmat dengan tubuh terhentak-hentak.

Yibo menggeram nikmat seraya menarik rambut panjang Lusi agar wajah wanita itu menghadapnya dan dengan mudah untuk melumatnya.

"Mmpphh..."

Yibo menghentakkan penisnya kuat dan semakin memperdalam lumatanya.

Deru nafas Yibo terdengar berat dan tatapan mata sayunya yang terlihat seperti hewan buas yang ingin melahap mangsanya.

Yibo membayangkan orang yang tengah digagahinya adalah Zhan. Ia membayangkan orang yang tengah ia lumat bibirnya adalah Zhan. Mulai dari ujung rambut hingga kaki, yang tampak di pandangan Yibo adalah pria itu.

Yibo menghentakkan penisnya dalam saat ia melakukan pelepasan. Yibo memutar tubuh Lusi hingga menghadapnya dan memeluk erat tubuhnya.

"Ahh Zhan..." lenguhnya tanpa sadar.

Mendengar nama yang tidak asing di telinga. Lusi mendorong tubuh Yibo dengan kasar hingga membuat pria itu terlonjak kaget.

"Gege selalu menyebut namanya!" teriak Lusi kesal dan menampar wajah Yibo.

Yibo mengepalkan rahangnya kuat dan mencabut penisnya kemudian melenggang masuk ke kamar mandi.

Yibo membasuh wajahnya di wastafel dan menatap cermin dengan tatapan datar. Ia juga terkadang sangat bingung dengan dirinya yang selalu terbayang wajah Zhan dan selalu memikirkannya.  Semakin hari ia semakin tersiksa dengan perasaannya yang kian membuncah.

Yibo tidak bisa terus-terusan membohongi perasaannya jikalau ia merindukan Zhan. Ia merindukan sosok yang selalu menemaninya. Ia merindukan senyuman dan kalimat penenang dari pria itu. Hanya saja Yibo tak bisa menerima fakta perasaannya.

"Aku merindukannya," ujar Yibo menyesal seraya meneteskan air mata.

Yibo menangis dalam diam. Ia tersadar betapa ia sangat membutuhkan sosok Zhan di sisinya. Ia tidak pernah terpikirkan akan hal itu selama ini, yang ia pikirkan hanyalah membalaskan dendam pada Hedi, ia ingin melihat Hedi merasakan hal yang sama dengannya dengan cara memanfaatkan Zhan. Tetapi ternyata sosok pria itu berhati lembut dan mampu membuat hatinya tersentuh, hanya saja Yibo baru menyadarinya saat pria itu sudah memilih pergi karena ulahnya sendiri.

"Aku benar-benar bodoh," isaknya dengan nafas tersengal-sengal dan dada yang kian terasa sesak.

"Aku sangat membutuhkannya..."

-----★•••★-----

Pagi ini Zhan sudah berpakaian rapi, walaupun ia tengah mengenakan pakaian santai. Baju kaos dengan celana panjang.

Zhan tengah sibuk memainkan laptopnya di sofa ruang tamu. Ia tidak melupakan tugasnya yang merupakan seorang mahasiswa yang pastinya harus banyak belajar. Walaupun penerimaan mahasiswa baru dibuka satu minggu lagi tetapi Zhan sudah sangat bersemangat untuk belajar. Ia selalu membaca informasi mengenai anatomi tubuh di artikel. Melakukan pengobatan dan beberapa istilah kedokteran. Semua ia pelajari.

Sehun keluar dari kamarnya dengan keadaan rambut acak-acakan dan mata bengkak sembari menutup mulutnya yang terus menguap. Ia berjalan menuju dapur dan melewati ruang tamu. Ia menyunggingkan senyuman saat melihat wajah Zhan sudah menjadi sambutan paginya.

"Selamat pagi," sapa Sehun seraya meneguk sebotol air mineral dari kulkas.

"Ah? Selamat pagi, pak," sahut Zhan dengan penuh semangat.

Loving Your HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang