Tiga Puluh Tiga

1.8K 122 7
                                    


"Putraku...," Zhan terus meneteskan air matanya melihat putranya yang tak sadarkan diri dengan banyaknya darah yang mengalir dari kepalanya.

"Dokter Shen tiba!"

"Cepat siapkan alat, kita harus melakukan operasi," ujar dokter Shen dengan wajah paniknya dan langsung memasangkan oksigen pada anak kecil itu.

"Dokter Xiao, serahkan padaku," ucap dokter Shen menepuk pelan pundak Zhan seraya tersenyum tipis meyakinkan.

Zhan meremas kuat jari jemarinya menahan rasa sesak yang menghujam dadanya. Air mata terus menetes tanpa seizin sang pemilik. Dengan langkah kaki berat, Zhan melangkah pergi dari ruangan operasi.

Pintu kamar tertutup dan lampu merah menyala. Di situ tangis Zhan seketika pecah dan ia tak mampu menahan keseimbangan sehingga tubuhnya ambruk ke lantai.

"Zhan!"

Yibo dengan sigap membantu Zhan untuk berdiri dan berniat untuk membawanya duduk. Tetapi dengan cepat Zhan mendorong tubuhnya kasar.

"Menjauh dariku!" ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar.

"Zhan..."

"Apa yang sudah kau lakukan pada putraku?! Kenapa kau melakukan ini padaku?! Kenapa kau begitu jahat?!" isak Zhan dengan sebisanya mengeluarkan suara padahal lidahnya terasa kelu.

"Putramu?"

"Kenapa kau kembali?! Aku tidak ingin melihatmu!! Pergi kau dari sini!! Pergi!!" Zhan mendorong-dorong tubuh Yibo seraya menangis histeris.

Yibo meneteskan air matanya sedih melihat Zhan yang tak lagi menganggap kehadirannya dan mengusirnya untuk pergi.

"Zhan, maafkan aku."

"Pergi!!"

Zhan mendorong kuat tubuh Yibo hingga pria itu jatuh tersungkur. Zhan melepaskan kaca matanya kemudian mengusap wajahnya yang basah akibat air mata lalu ia memilih duduk di kursi tunggu dengan menangis terisak-isak tanpa suara.

"Zhan!" panggil Sehun panik yang kemudian berlari ke arah Zhan dan memeluk erat tubuh pria itu yang bergetar.

"Yah...kenapa menangis?" tanya Zhein seraya mengguncang-guncang tubuh ayahnya.

Yibo terdiam dengan perasaan hancur. Ia melirik anak kecil itu dengan raut wajah bingung kemudian melirik ke arah Zhan. Ia tidak pernah menyangka jika pria itu sudah menikah dan memiliki putra kembar. Ia merasa hancur mengetahui hal itu, apalagi melihat Zhan berada di pelukan orang lain membuat rasa sesak kian bertambah lantas tak dapat menemani Zhan di saat ia merasa terpuruk.

"Ein sayang, ayo kita berjalan-jalan," ucap Dilraba yang kemudian memeluk Zhein dan menggendongnya.

"Di mana Ain?" tanya Zhein dengan raut wajah bingung lantas tak mendapati saudara kembarnya dan melihat ayahnya menangis terisak-isak seperti itu.

"Ain sedang tidur," jawab Dilraba seraya tersenyum meyakinkan Zhein.

Tatapan Yibo dan Zhein bertemu kala Dilraba melewati pria itu begitu saja. Seolah ada getaran di hatinya yang bertautan dengan anak itu saat melihat tatapannya. Yibo merasa anak itu adalah miliknya.

"Ge...putraku...," isak Zhan lirih seraya meremas kuat lengan Sehun.

"Tenanglah Zhan, Zhain sedang diobati," ucap Sehun menenangkan sembari mengusap pelan kepala Zhan.

Yibo menatap keduanya bingung. Ia sangat-sangat bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi. Ia mencerna apa yang dilihatnya hari ini dan ia mengambil kesimpulan bahwa Zhan sudah menikah dengan wanita tadi dan sudah memiliki dua orang putra. Salah satunya adalah yang ia tabrak.

Loving Your HurtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang