Bab 1

1.1K 42 5
                                    

Partha cannot live without Sauri (Krishna), nor can Sauri live without Partha. Nor is there anything in the world that is unconquerable by these two, viz., Krishna and Arjuna.

Partha tidak dapat hidup tanpa Sauri (Krishna), dan Sauri juga tidak dapat hidup tanpa Partha. Tidak ada satu hal pun di dunia ini yang tidak dapat ditaklukkan oleh keduanya, yaitu Krishna dan Arjuna.

---- Yudhistira to Krishna [Jarasandha-Vadha Parva]

***

Semuanya terasa tidak nyata. Pada hari Arjuna bagun pagi ini dan kakaknya menerima undangan dari Hastinapura, segalanya nampak akan berjalan sebagaimana mestinya.

Sayangnya dia salah. Arjuna bukan Sahadeva yang bisa merasakan firasat buruk dan ahli dalam astrologi. Dia hanya seorang pemanah yang baik dan dicintai oleh keluarga kecilnya, itu cukup bagi Savyasachi.

Telinganya mendenging dan otaknya macet sesaat ketika dia mendengar rencana busuk sepupunya untuk istri mereka, Drupadi. Wanita yang sangat dicintai Arjuna, cinta pertamanya, disaat dirinya tidak benar-benar mengerti apa itu cinta.

Waktu terasa sangat lama bagi Duryudhana yang menunggu Dursasana membawa Pancali ke persidangan. Maka waktu juga terasa jauh lebih lama bagi Jishnu, yang diam tanpa melakukan apa-apa.

Setelah kakak tertuanya mempertaruhkan segala milik mereka dalam permainan dadu yang curang itu, Gudakesha tidak bisa lagi berfikir dengan jernih.

Selama ini dia mengikuti saudara Yudhistira dengan membabai buta karena dia yakin akan dharma yang dijunjung tinggi kakaknya. Dia tidak percaya bahwa suatu saat, kelicikan Paman Sangkuni akan menjerumuskan mereka pada malapetaka.

"Aku bosan menunggu. Jadi aku akan bermain dengan budak-budakku dulu. Baru setelah pelayan Drupadi datang, kita semua bisa melakukan hal lain" kata Duryudhana dengan bangga, seolah tidak sedang membicarakan istri saudara sepupunya, dan tidak berada di tempat dimana keluarga besarnya berkumpul.

"Menurutmu permainan apa yang cocok untuk mereka, temanku Karna?" Duryudhana menepuk bahu Karna, meminta pendapat.

"Bukan hak ku untuk memutuskan, teman. Tapi sesuai aturan, kamu bisa melakukan apapun pada mereka"

Di satu sisi, Karna merasa sedikit kasihan pada para Pandawa. Namun sebuah ruang di hatinya merasa lega mengetahui orang-orang yang selama ini menghinanya merasakan perasaan tidak berdaya karena status.

(Catatan: Setidaknya, ini dari sudut pandang Karna. Pertama, Suta bukanlah sebuah kasta, itu adalah varna [secara singkat, lebih mirip pekerjaan]. Suta juga adalah varna yang mulia, tapi mereka secara budaya masyarakat zaman itu tidak memegang senajata. Aku akan menjelaskannya lebih lanjut nanti di What if 2 atau di Bishma's Secret. Disini, aku mengikuti versi serial tv. Dalam serial straplus 2013, Bhima menghina kelahirannya. Tapi itu dikarenakan Karna berteman dengan Duryudhana dan memusuhi Arjuna. Bhima adalah orang yang penuh cinta pada rekan dan keluarganya, dan mungkin sedikit dibutakan oleh cinta itu. Ini menjelaskan kenapa dia membalas Dursasana begitu kejam. Nakula dan Sahadeva mungkin memupuk kebencian pada Karna karena sebab yang sama. Dan Arjuna, oh dia hanya anak yang manis. Persaingannya dengan Karna tidak membutakannya. Dia tidak terobsesi mengungguli seseorang dan hanya mengusahakan yang terbaik)

"Kau sungguh rendah hati temanku. Aku senang bisa punya teman sepertimu" katanya tulus. "Jadi, bagaimana kalau bermain dengan musuh besarmu, budakku Arjuna!"

Bhima, yang sejak kecil memiliki perasaan protektif terhadap saudara-saudaranya tersulut. Dia memelototi Duryudhana, sambil memaki nama itu dalam hatinya.

Mahabharata What If 1: Arjun Gets Attacked in Dyut SabhaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang