"O Sanjaya! I had no hope of victory when I heard Narada declare that Krishna and Arjuna were Nara and Narayana and that he had truly seen them thus in the world of Brahma"
"Wahai Sanjaya! Aku tidak punya harapan untuk menang ketika aku mendengar Narada menyatakan bahwa Krishna dan Arjuna adalah Nara dan Narayana dan bahwa dia benar-benar telah melihat mereka seperti itu di alam Brahma.
--- Dretarastra to Sanjaya, when he heard the news of the Pandava's victory
---[Anukramanika Parva, Adi Parva]
****
Wajah Yudhistira jelas memikirkan banyak hal. Bhima akan menuntut pembalasan, sementara Nakula dan Sahadeva masih dipenuhi kekhawatiran pada Brata Arjuna mereka. Sebagai anugerah Aswinikumar, si kembar merasa selalu bertanggung jawab untuk kesehatan saudara-saudara mereka.
Percakapan sengit itu terhenti saat Maharesi Vyasa memasuki ruangan. "Salam, Maharaj"
"Salam, Maharesi!" Dretarastra membalas, diikuti oleh semua orang.
Pandangan Maharesi menyapu ruangan dan mengganguk. Menerima salam semua orang sebelum menyatakan tujuannya. Dia melangkah mendekati Krishna, memadamkan lingkaran api pada prosesnya dan tersenyum.
"Aku kemari untukmu, Vasudev. Sesuai permintaanmu, aku sudah membuat obat untuk Rajkumar Arjuna. Mari!" Maharesi memberi isyarat untuk mengikutinya keluar.
Krishna mengangguk. Dia tersenyum lebar dan mengangkat Arjuna. "Ikut aku, Putra-putra Pandu!"
Pandawa berdiri, tidak ada yang mencegah mereka sebelum Dretarastra berseru. "Tu-tunggu! Tolong tunggu sebentar!"
"Tidakkah kita harus menyelesaikan urusan- ya- apapun itu!" Dia mencoba menjelaskan.
"Vasudev bilang permainan itu curang, tapi buktinya tidak ada! Dan jika permainan itu tidak curang, Duryudahan masih memiliki apapun yang dipertaruhkan Yudhistira!"
"Apa yang coba kamu lakukan, Yang Mulia Dretarastra!" Bishma berteriak. "Kamu seharusnya bersyukur anak-anakmu masih hidup saat ini. Apakah kamu ingin menjerumuskan Dinasti Kuru pada pemusnahan massal?!"
"Tidak, Paman. Aku hanya mengatakan kebenarannya!"
"Kebenaran?" Suara dingin Krishna menggema, kembali menakuti hati orang-orang. "Bahkan berdosa di tempat suci tidak menjadikan dosa itu sebagai perbuatan baik, Maharaj!"
Maharesi Vyasa memutuskan membantu. "Kalian bisa pergi lebih dulu. Kamu tahu jalannya, Vasudev. Silahkan gunakan obatnya jika aku belum kembali. Masih ada seseorang yang harus tinggal untuk menjernihkan situasi"
Pandawa dan Krishna mengucapkan terima kasih dan berlalu.
Bishma sudah kembali ke kursinya dan Maharesi sekarang berdiri di tengah ruang sidang. Gandari yang tadinya masih duduk di lantai kini sudah duduk di salah satu kursi.
"Silahkan bertanya, Nak. Aku tidak punya banyak waktu"
"Apakah benar kakakku curang, Maharesi?" Itu bukan suara Maharani yang lelah. Itu suara seorang ibu yang lelah.
"Ya, Maharani. Vasudev benar" Jawaban itu hanya digunakan untuk mengungkapkan kebenaran, bukan empati pada siapapun. "Permaian itu sejak awal tidak sah!"
Sangkuni mencoba menyembunyikan kehadirannya di balik tubuh besar keponakannya. Kemuculan Krishna dan Maharesi Vyasa di luar rencana terliarnya. Duyudhana juga tidak berbeda. Dia panik karena rencana mereka terbongkar, tapi tentu saja dia sama sekali tidak menyesal. Raja Angga Karna yang juga terlibat dalam kejahatan temannya dalam hati tetap bertekad melindungi Duryudhana dalam keadaan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahabharata What If 1: Arjun Gets Attacked in Dyut Sabha
Historical FictionPara Kurawa yang bosan menunggu Dursasana menyeret Drupadi memutuskan bermain dengan Panduputra Ketiga. Dan hari itu, Penguasa Alam Semesta mendapati dirinya tidak lagi memiliki keinginan untuk bernafas. [Berlanjut ke Book 2 'Mahabharara What if 2:...