Lisa melirik ke arah Mingyu dengan takut-takut, mendadak merasa tidak nyaman berada di dalam mobil itu, apalagi ekspresi Mingyu tampak sangat marah, sedikit menakutkan.
Lelaki itu mencengkeram kemudi kuat-kuat dan kemudian sedikit mengebut, untunglah mereka ada di jalan tol yang lengang, sehingga mereka sedikit aman. Tetapi walaupun begitu, jantung Lisa serasa berpacu ketika Mingyu semakin dalam menginjak gas mobilnya, membuatnya berpegangan pada sabuk pengamannya dan berdoa dalam hati karena ketakutan.Kalau gaya Mingyu menyetir seperti ini, dia tidak akan mau pergi semobil berdua dengan laki-laki itu lagi. Lisa berjanji dalam hati, melirik ekspresi lelaki itu yang sangat gusar.
Kenapa Mingyu tampak begitu marah? Telepon siapa itu tadi?
***
Mereka sampai di apartement Mingyu dan lelaki itu masih membisu, membuat suasana tidak enak, lelaki itu lalu membuka pintu apartemennya dan mempersilahkan Lisa masuk,
"Silahkan, anggap seperti rumah sendiri." Mingyu bergumam memecah keheningan, dia lalu masuk di belakang Lisa dan membanting tubuhnya di sofa, menyalakan televisi.
Lama kemudian suasana tetap hening sehingga Mingyu menoleh ke belakang dan mengangkat alisnya ketika melihat Lisa masih berdiri di sana dengan gugup di dekat pintu sambil meremas-remas jemarinya.
"Kenapa kau masih berdiri di situ?" Mingyu tampak terkejut menatap Lisa.
Pipi Lisa merah padam, dia tampak malu, "hm... aku... aku tidak tahu harus kemana..."
Mingyu menghela napas panjang menghadapi kepolosan Lisa, perempuan ini luar biasa polosnya hingga Mingyu merasa menjadi serigala yang sedang berusaha menerkam gadis kecil bertudung merah yang tidak tahu apa-apa.
Dengan sedikit gusar Mingyu berdiri, merasa agak menyesal karena suasana hatinya yang buruk membuat Lisa terkena imbasnya. Ya. Telepon pengacaranya tadi benar-benar merusak moodnya. Mingyu langsung menutup telepon setelah mengucapkan penolakan yang kasar, tidak memberi kesempatan pengacara ayahnya untuk berbicara.
Dasar lelaki tua yang kurang ajar. Meskipun tahu itu salah, Mingyu terus menerus mengutuki ayahnya. Seenaknya saja dia berusaha kembali mengatur kehidupan Mingyu setelah dulu dia meninggalkan Mingyu dan ibunya, apakah dia pikir Mingyu adalah manusia yang tertarik dengan gelar dan harta? Tidak! Lelaki tua itu seharusnya tahu betapa puasnya Mingyu karena menolak permintaannya, Mingyu bahkan akan sangat senang kalau lelaki itu memohon dan menyembah-nyembahnya dan dia akan tetap menolak permintaan lelaki tua itu dengan puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Push & Rush (The Story of Kim Mingyu X Lalisa)
FanfictionNew Story Kim Mingyu X Lalisa